Bank Dunia Khawatirkan Tingkat Kelaparan di Gaza, PM Israel Benjamin Netanyahu Justru Siapkan Serangan ke Rafah

Perang di Gaza telah menewaskan sedikitnya 31.819 orang dan melukai 73.934 lainnya, namun Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, merencanakan serangan berikutnya di Rafah.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 20 Mar 2024, 15:00 WIB
Sebuah organisasi amal menyediakan makanan untuk berbuka puasa bagi anak-anak dan pengungsi Palestina lainnya. (SAID KHATIB/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Perang Israel di Gaza kini memasuki hari ke-166. Serangan militer telah menewaskan sedikitnya 31.819 warga Palestina dan melukai 73.934 lainnya, namun Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, merencanakan serangan berikutnya di Rafah, selatan Gaza.

Mengutip TRT World, Rabu (20/3/2024), Bank Dunia mengatakan bahwa lebih dari separuh penduduk Palestina di Gaza berada di ambang kemiskinan, termasuk anak-anak dan orang tua. Organisasi internasional itu menyerukan tindakan segera untuk menyelamatkan nyawa.

"Kami bergabung dengan komunitas internasional dalam menyerukan akses cepat, gratis, dan tanpa hambatan terhadap pasokan medis, makanan, dan layanan penting melalui semua cara yang tersedia bagi masyarakat Gaza," katanya dalam sebuah pernyataan.

Dewan direksi grup Bank Dunia pada Desember 2023 menyetujui komitmen dana sebesar 35 juta dolar AS pada mitra pembangunan yang aktif di Gaza, termasuk UNICEF, Program Pangan Dunia (WFP), dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dana ini termasuk paket 10 juta dolar AS pada WFP untuk membeli paket makanan dan voucer untuk menjangkau sekitar 377 ribu orang.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron mengatakan sangat penting untuk menghentikan perang Israel di Gaza agar sandera dapat dibebaskan. "Namun, banyak syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu agar gencatan senjata dapat bertahan lama," kata Cameron dalam sebuah wawancara saat berkunjung ke pangkalan angkatan udara Thailand.

Ia mengatakan, hal terpenting yang harus coba dilakukan adalah mengubah jeda tersebut jadi gencatan senjata permanen.


Kanada Hentikan Suplai Senjata ke Israel

Warga Palestina mengungsi melalui jalan di dekat reruntuhan rumah yang hancur di Khan Yunis, Jalur Gaza selatan pada 6 Maret 2024. Kementerian Kesehatan Gaza mendesak institusi internasional untuk mendukung keperluan hidup, kesehatan, psikologis, dan sosial perempuan Palestina, terutama di Jalur Gaza. (Foto oleh AFP)

Cameron berkata, "Kami hanya akan melakukan hal itu jika seluruh persyaratan terpenuhi. Kami harus mengeluarkan para pemimpin Hamas dari Gaza, kami harus membongkar infrastruktur teroris."

Di sisi lain, Kanada sudah menghentikan pengiriman senjatanya ke Israel, menurut sumber pemerintah negara itu pada AFP. Kanada semula mengekspor barang, seperti peralatan komunikasi, ke Israel sejak perang di Gaza pecah 7 Oktober 2023.

Tidak ada ekspor yang dilakukan sejak Januari 2024, tambah sumber itu. Israel secara historis jadi penerima terbesar ekspor senjata Kanada, dengan perlengkapan militer senilai 15,47 juta dolar AS diekspor ke Israel pada 2022, menurut Radio Kanada, menyusul pengiriman senilai 19 juta dolar pada 2021.

Hal ini menempatkan Israel di antara 10 penerima teratas ekspor senjata Kanada. Pada Maret 2024, sebuah koalisi pengacara dan warga Kanada asal Palestina mengajukan keluhan terhadap pemerintah negara itu dalam upaya menangguhkan ekspor senjata ke Israel, dengan mengatakan bahwa Kanada melanggar hukum domestik dan internasional. 


Israel Lakukan Pelanggaran Hukum Kemanusiaan

Anak-anak menunggu sambil memegang panci kosong bersama pengungsi Palestina lainnya untuk mendapatkan makanan menjelang berbuka puasa selama bulan suci Ramadhan, di Rafah di Jalur Gaza Selatan pada 16 Maret 2024. (SAID KHATIB/AFP)

Pada Senin, 18 Maret 2024, Parlemen Kanada mengeluarkan resolusi tidak mengikat yang menyerukan komunitas internasional mengupayakan solusi antara Israel dan Palestina. Human Rights Watch (HRW) dan Oxfam menyerukan agar Amerika Serikat segera menghentikan pengiriman senjata ke Israel.

Kedua organisasi tersebut menyerahkan laporan pada pemerintah AS yang berisi daftar berbagai pelanggaran hukum kemanusiaan internasional yang dilakukan Israel sejak 1 Oktober, tujuh tahun lalu. Pelanggaran ini termasuk penggunaan fosfor putih, serangan terhadap ambulans dan rumah sakit, serta pemblokiran bantuan secara sistematis, kata kelompok HAM tersebut dalam pernyataan bersama.

"Ada alasan bagus mengapa undang-undang AS melarang dukungan senjata pada pemerintah yang menghalangi bantuan penyelamatan jiwa atau melanggar hukum internasional dengan senjata AS," Sarah Yager, direktur Human Rights Watch di Washington, mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Terkait hal itu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant akan bertemu Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin minggu depan di Washington. Pejabat tersebut, yang berbicara tanpa menyebut nama dan memberi rincian yang belum dipublikasikan, mengatakan bahwa Austin dan Gallant berencana membahas pembebasan sandera, bantuan kemanusiaan ke Gaza, dan melindungi mereka yang berada di Rafah.


Kesaksian Dokter yang Bertugas di Gaza

Kementerian Kesehatan Palestina menyebutkan, blokade Israel telah menyebabkan sedikitnya 27 orang tewas akibat kekurangan gizi dan dehidrasi di Gaza. (AP Photo/Mahmoud Essa)

Lebih dari satu juta pengungsi mencari perlindungan di kota Gaza selatan, tempat Israel mengatakan pihaknya berencana melakukan invasi darat. Tentara Israel telah menculik sekitar 300 warga Palestina selama penyerbuan ke Rumah Sakit Al Shifa di Kota Gaza.

Israel menyerang rumah sakit tersebut pada November 2023, sehingga memicu kekhawatiran internasional. Tel Aviv secara keliru mengklaim bahwa pejuang Hamas menggunakan kompleks tersebut untuk operasi militer. Beberapa hari kemudian jadi jelas bahwa militer Israel sebenarnya mengacu pada bunker di bawah kompleks yang dibangun Israel pada 1983 selama pendudukan brutalnya di Gaza.

Berbicara tentang "kekejaman mengerikan" dari perang Israel, para dokter Barat mengatakan sistem layanan kesehatan di Gaza pada dasarnya telah runtuh. Mereka melihatnya sendiri saat mengunjungi daerah kantong Palestina dalam beberapa bulan terakhir. 

Keempat dokter tersebut berasal dari Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis yang telah bekerja dengan tim di Gaza untuk mendukung sistem layanan kesehatan setempat, yang mengalami kesulitan sejak Israel memulai invasi militernya. Salah satunya Nick Maynard, seorang ahli bedah yang terakhir kali berada di Gaza pada Januari 2024.

Ia bersama badan amal Inggris, Medical Aid for Palestines, teringat melihat seorang anak yang mengalami luka bakar yang sangat parah hingga ia dapat melihat tulang wajahnya. "Kami tahu tidak ada kemungkinan dia bisa selamat, tapi tidak ada morfin yang bisa diberikan padanya," kata Maynard di markas besar PBB di New York.

Infografis Keprihatinan Serangan Militer Israel di Gaza Selatan (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya