Liputan6.com, Jakarta - PT Multi Hanna Kreasindo Tbk berencana mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).
Pada aksi tersebut, perseroan akan menawarkan sebanyak-banyaknya 750 juta lembar saham baru dengan nilai nominal Rp 50 per saham. Jumlah saham yang ditawarkan itu sebanyak-banyaknya 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Adapun harga penawaran dipatok pada kisaran RP 160-200 per lembar. Dengan demikian, perseroan akan meraup sebanyak-banyaknya Rp 150 miliar dari IPO.
Advertisement
Melansir prospektus Multi Hanna Kreasindo dari laman e-IPO, Rabu (20/3/2024), sekitar 78,33% dana IPO akan digunakan untuk belanja modal (capital expenditure/capex) pada rencana pabrik baru perseroan di Lamongan, Jawa Timur. Lalu sekitar 39,68% akan digunakan untuk belanja modal di Head Office.
Sisanya digunakan untuk modal kerja (working capital), yaitu penambahan persediaan dan biaya operasional. Adapun keperluan ini dibutuhkan perseroan untuk mendukung kenaikan penjualan produk perseroan. Setelah IPO, mulai tahun buku 2023 dan seterusnya, manajemen perseroan bermaksud membayarkan dividen tunai kepada pemegang saham Perseroan dalam jumlah sebanyak-banyaknya 25% atas laba bersih tahun berjalan perseroan.
Besarnya pembagian dividen akan bergantung pada beberapa hal. Seperti hasil kegiatan usaha dan arus kas perseroan serta prospek usaha, kebutuhan modal kerja, belanja modal dan rencana investasi perseroan di masa yang akan datang. Tak lupa juga memperhatikan pembatasan peraturan dan kewajiban lainnya.
Jadwal IPO PT Multi Hanna Kreasindo Tbk:
- Masa penawaran awal (bookbuilding): 20-24 Maret 2024
- Perkiraan tanggal efektif: 28 Maret 2024
- Perkiraan masa penawaran umum perdana saham: 2-4 April 2024
- Perkiraan tanggal penjatahan: 4 April 2024
- Perkiraan tanggal distribusi: 5 April 2024
- Perkiraan tanggal pencatatan pada BEI: 16 April 2024
Total IPO di Asia Tenggara dan Hong Kong Setara Rp 178,94 Triliun pada 2023
Sebelumnya diberitakan, Asia Tenggara dan Hong Kong menjadi tuan rumah dari 228 kesepakatan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) pada 2023 dan hasilkan total USD 11,37 miliar atau sekitar Rp 178,94 triliun (asumsi kurs Rp 15.738 terhadap dolar Amerika Serikat).
Indonesia menyumbang 51 persen dari total IPO di Asia Tenggara dan Hong Kong serta memperoleh keuntungan dari 65 persen dana yang dihimpung dan mengukuhkan posisinya sebagai pemain terbaik di pasar IPO Asia Tenggara.
Hong Kong, menempati posisi kedua, dalam hal jumlah kesepakatan dengan 73 listing, memimpin perolehan dana sebesar USD 5,94 miliar atau sekitar Rp 93,48 triliun, melampaui Indonesia yang mengumpulkan dana sebesar USD3,55 miliar atau sekitar Rp 55,87 triliun.
Thailand dan Malaysia juga memberikan kontribusi penting dengan 37 dan 32 kesepakatan IPO, yang masing-masing menghasilkan dana sebesar US$1,06 miliar dan USD 0,79 miliar.
Sementara itu, pasar IPO Singapura lebih tenang, dengan hanya tujuh transaksi yang berhasil mengumpulkan dana sebesar US$0,03 miliar, yang menunjukkan tahun yang lebih tenang bagi negara kota tersebut.
IPO Global
Sementara itu, aktivitas IPO global berjumlah USD 121 miliar dari 1.047 IPO, merosot 31% dari tahun sebelumnya, yang menghasilkan dana sebesar USD 173,3 miliar dari 1.154 IPO.
China muncul sebagai pasar terbesar, mengumpulkan USD 45,3 miliar, diikuti oleh Amerika Serikat dengan USD 24 miliar dan India dengan USD6,6 miliar.
2023 merupakan tahun yang luar biasa bagi pasar initial public offering (IPO) Indonesia. Reformasi peraturan yang dimulai pada 2020 bertujuan mempercepat akses ke pasar publik dengan memanfaatkan booming startup teknologi yang telah membantu memacu investasi IPO di Indonesia.
Advertisement
Sektor Konsumen Pimpin IPO di RI
Reformasi ini telah menyebabkan masuknya perusahaan-perusahaan teknologi besar di Indonesia dalam jumlah besar. Terlebih lagi pada 2023, muncul tren baru menuju bisnis yang fokus pada keberlanjutan. Perusahaan utilitas yang bergerak dalam produksi energi terbarukan (sektor penambangan bahan dasar penting untuk pembuatan baterai kendaraan listrik) meluncurkan IPO skala besar.
Dana ini menyumbang 78 persen dari total dana yang dihimpun pada 2023. Hal ini menunjukkan meningkatnya permintaan akan investasi berkelanjutan di kawasan ini.
PwC Indonesia Capital Markets and Accounting Advisory Services Leader, Irwan Lau menuturkan, sektor konsumen memimpin dalam hal jumlah kesepakatan IPO, dengan 70 pencatatan selama tiga tahun terakhir.
Ia menuturkan, hal ini mencerminkan vitalitas ekonomi Indonesia dan meningkatnya kemakmuran dan daya beli kelas menengah. Bisnis berfokus konsumen beradaptasi dengan lanskap yang berfokus pada digital, dan melakukan transisi. dari tradisional hingga model operasional dan bisnis yang didukung oleh teknologi.
Saham Terkait Bisnis Berkelanjutan
"Evolusi ini tidak hanya menunjukkan keunggulan kompetitif mereka namun juga kemampuan mereka untuk memanfaatkan basis konsumen yang semakin mencari pengalaman dan kenyamanan yang lebih baik, sehingga memainkan peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia,” kata Irwan seperti dikutip dari keterangan resmi.
Irwan melanjutkan, perkembangan penting lainnya di pasar Indonesia adalah meningkatnya permintaan terhadap saham-saham bisnis yang berfokus pada keberlanjutan, sehingga mendukung inisiatif transisi energi Indonesia.
Perusahaan-perusahaan utilitas yang berspesialisasi dalam produksi energi terbarukan, serta penambang bahan-bahan penting yang penting untuk pembuatan baterai kendaraan listrik, berhasil meluncurkan IPO skala besar pada 2023.
"Tahun ini merupakan tahun yang luar biasa bagi pasar IPO Indonesia. Kami berharap kinerja masa lalu akan terus menumbuhkan optimisme yang meningkat di kalangan investor pasar IPO di tahun-tahun mendatang,” kata dia.
Advertisement