Liputan6.com, Jakarta - Arus keluar dari produk ETF Bitcoin Spot milik Grayscale mencatat rekor arus keluar harian sebesar USD 642,5 juta atau setara Rp 10,1 triliun (asumsi kurs Rp 15.720 per dolar AS) pada Selasa, 19 Maret 2024 menurut data dari BitMEX Research. Arus keluar ini terjadi ketika harga bitcoin anjlok sekitar 4%.
Investor telah melepaskan kepemilikannya di dana Grayscale sejak diubah menjadi ETF pada 10 Januari. Sementara itu, uang telah mengalir ke sembilan ETF bitcoin spot baru yang disetujui oleh Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) pada tanggal yang sama.
Advertisement
Arus keluar dari Grayscale ETF menjadikan total arus keluar menjadi sekitar USD 12 miliar atau setara Rp 188,6 triliun sejak 10 Januari, meskipun kenaikan harga bitcoin sebesar 52% telah membantu mengimbangi beberapa kerugian tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, Grayscale mengatakan perusahaan mengantisipasi pemegang saham akan memperoleh keuntungan, melakukan arbitrase dan melikuidasi saham untuk membayar kembali kreditor, dan hal ini akan mengakibatkan arus keluar.
CEO Grayscale Michael Sonnenshein mengatakan kepada CNBC perusahaan akan memotong biaya dananya seiring waktu. Biaya 1,5% saat ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sembilan penyedia ETF lainnya. Biaya mereka mencapai sekitar 0,25% meskipun keringanan sementara sering kali membuat biayanya turun hingga nol.
Kepala penelitian di VettaFi, sebuah firma analisis pasar, Todd Rosenbluth mengatakan Grayscale sebagai ETF bitcoin terbesar dan termahal saat ini, aksi ambil untung dan penukaran dapat dimengerti.
"Uang tidak akan mengalir ke ETF ini hari demi hari. Masuk akal jika orang-orang mengambil keuntungan setelah pergerakan kuat,” kata Todd, dikutip dari Yahoo Finance, Rabu (20/3/2024).
Sebagian besar dana bitcoin lainnya mengalami aliran masuk yang teredam atau sedikit perubahan bersih pada aset mereka. Kurangnya pembelian baru, dikombinasikan dengan arus keluar Grayscale, menjadikan Selasa sebagai hari terendah untuk aliran ETF bitcoin sejak akhir Januari.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Bos Perusahaan ARK Invest Prediksi Harga Bitcoin Mencapai Rp 15,5 Miliar Pada 2030
CEO perusahaan investasi ARK Invest, Cathie Wood secara signifikan meningkatkan pandangan bullishnya terhadap harga Bitcoin. Dalam sebuah wawancara baru-baru ini, dia mengungkapkan ARK telah memprediksi target harga Bitcoin sebesar lebih dari USD 1 juta atau setara Rp 15,5 miliar pada 2030.
Wood mengaitkan perubahan ini dengan persetujuan baru-baru ini terhadap ETF Bitcoin spot di Amerika Serikat. Lonjakan minat dan potensi investasi yang dibuka oleh ETF ini telah mendorong ARK untuk mengevaluasi ulang masa depan Bitcoin.
“Target itu terjadi sebelum SEC memberi kami lampu hijau terhadap ETF Bitcoin spot. Menurut saya itu adalah tonggak sejarah yang besar, dan telah memajukan garis waktu,” kata Wood, dikutip dari Yahoo Finance, Rabu (20/3/2024).
Meskipun Bitcoin telah mengalami apresiasi harga yang signifikan, Wood yakin pesta kenaikan harga Bitcoin baru saja dimulai. Ini karena lembaga keuangan besar, seperti Morgan Stanley atau Bank of America, belum sepenuhnya menerima Bitcoin.
“Belum ada platform yang menyetujui Bitcoin. Jadi semua aksi harga ini telah terjadi sebelum mereka menyetujuinya, jadi kami bahkan belum memulainya,” jelas Wood.
Kurangnya keterlibatan institusi arus utama menunjukkan kenaikan harga yang lebih signifikan akan segera terjadi. Wood mengisyaratkan revisi target harga jauh di atas USD 1 juta pada 2030, namun menolak memberikan angka spesifik.
Advertisement
Pendorong Kenaikan Bitcoin
Wood memang dikenal dikenal dengan target harga yang liar untuk Bitcoin. Ini akan menjadi keuntungan yang sangat besar, tetapi pemegang Bitcoin awal telah merasakan keuntungan seperti itu.
Wood telah lama bersikap bullish pada kripto. Coinbase saat ini merupakan holding terbesar dari Ark Innovation ETF andalan Ark Invest, dan Ark Next Generation Internet ETF-nya juga menawarkan paparan terhadap Bitcoin melalui kepemilikannya atas Grayscale Bitcoin Investment Trust.
Mengenai target Bitcoinnya, Wood berpendapat sejumlah faktor berbeda akan mendorong harga lebih tinggi.
Pertama, dia melihat adopsi institusional mendorong harga Bitcoin lebih tinggi dan mengharapkannya menjadi kelas aset terbaru yang mendapatkan adopsi seperti yang terjadi di pasar negara berkembang dan real estate sebelumnya.
Dia juga melihatnya sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Lebih masuk akal bagi perusahaan untuk menyimpan Bitcoin di neraca mereka, daripada menyimpan uang tunai, yang kehilangan daya belinya seiring berjalannya waktu.
Dalam hal utilitas, Wood memperkirakan pengiriman uang juga akan menjadi pasar utama bagi Bitcoin, dengan alasan bahwa mengirim uang melintasi batas negara dengan Bitcoin akan melindungi populasi dari perubahan mata uang dan hiperinflasi.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.