Liputan6.com, Jakarta - Tahun lalu bukan hal yang menarik bagi bankir di wall street. Namun, bonus yang didapatkan pekerja di wall street mengalahkan rata-rata penghasilan rumah tangga di Amerika Serikat (AS).
Dikutip dari CNN, ditulis Kamis (20/3/2024), rata-rata bonus di wall street pada 2023 mencapai USD 176.500 atau sekitar Rp 2,77 miliar (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.738), berdasarkan perkiraan yang dirilis pada Selasa pagi oleh Pengawas Keuangan Negara Bagian New York, Thomas DiNapoli.
Advertisement
Bonus tersebut turun 2 persen dari USD 180.000 atau sekitar Rp 2,83 miliar pada 2022. Rata-rata bonus itu jauh di bawah yang dibayarkan pada 2021 sebesar USD 240.000 atau sekitar Rp 3,77 miliar.
Rata-rata bonus di wall street sedikit turun bukan hal yang mengejutkan. Hal ini seiring laba wall street tahun lalu beragam, dan aktivitas merger dan akuisisi mengecewakan.
"Keuntungan wall street naik 1,8 persen pada 2023, tetapi perusahaan telah mengambil pendekatan kompensasi yang lebih hati-hati dan lebih banyak karyawan yang bergabung dengan industri sekuritas, sehingga sebabkan sedikit penurunan rata-rata bonus,” ujar DiNapoli.
Namun demikian, rata-rata bonus di wall street melebihi gaji rata-rata karyawan di wall street yang hampir 500 ribu dolar AS, hampir 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan median penghasilan rumah tanggah Amerika Serikat (AS) sebesar USD 74.580 atau sekitar Rp 1,17 miliar, berdasarkan data sensus 2022.
Bonus karyawan di wall street dan karyawan umum di industri sekuritas berkontribusi penting bagi ekonomi New York yang baru-baru ini sumbang 27 persen dari pengumpulan pajak negara bagian dan pendapatan pajak kota, menurut kantor DiNapoli.
Industri sekuritas di kota ini mempekerjakan sekitar 198.500 orang pada tahun lalu, naik dari 191.600 pada tahun sebelumnya. DiNapoli prediksi 1 dari 11 pekerjaan di kota ini terkait langsung dan tidak langsung dengan industri ini.
Perkiraan Bonus
Perkiraan total kumpulan bonus pada 2003 sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya dan diprediksi hasilan pendapatan pajak negara sebesar USD 4 juta, lebih sedikit dan pendapatan kota kurang USD 2 juta dibandingkan bonus pada 2022.
Namun, DiNapoli mencatat meski bonus-bonus ini pengaruhi pendapatan pajak penghasilan negara bagian dan kota, keduanya catat penurunan yang lebih besar sehingga dampaknya terhadap proyeksi pendapatan/
Perlu dicatat, angka pengawasan keuangan hanya mencerminkan bonus yang dibayarkan kepada karyawan industri sekuritas yang bekerja untuk perusahaan yang berbasis di New York City.
Selain mendapatkan pendapatan pajak untuk kas pemerintah pekerja wall street juga berkontribusi besar terhadap perekonomian.
DiNapoli menuturkan, lebih banyak karyawan di bidang jasa keuangan sebesar 65 persen yang bekerja di kantor pada hari tertentu dibandingkan 58 persen yang bekerja di industri lain di kota tersebut, setidaknya pada September 2023.
Karyawan industri sekuritas lebih banyak memakai kereta bawah tanah dari pada pekerja lain di kota. Secara keseluruhan, ia prediksi wall street bertanggung jawab atas sekitar 14 persen aktivitas ekonomi di kota tersebut.
Advertisement
Cetak Rekor, CEO JPMorgan Jamie Dimon Kantongi Kompensasi Bayaran Rp 562 Miliar
Sebelumnya diberitakan, CEO JPMorgan Jamie Dimon telah menerima paket kompensasi tahunan tertinggi pada 2023. Jamie Dimon mencatat total gaji USD 36 juta atau sekitar Rp 562,45 miliar (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.623).
Dikutip dari Yahoo Finance, ditulis Sabtu (20/1/2024), Jamie Dimon sering kali menempati peringkat di antara nama-nama dengan bayaran tertinggi di sektor perbankan. Hal itu berkat rekor yang diraih JPMorgan pada 2023. Tren itu tampaknya tidak akan berubah dalam waktu dekat.
Dalam pengajuan SEC yang dilihat oleh Fortune, dewan JPMorgan menyetujui kenaikan kompensasi dari USD 34,5 juta pada 2022 menjadi USD 36 juta pada 2023.
Paket gaji terdiri dari gaji pokok sebesar USD 1,5 juta dan kompensasi insentif variabel berbasis kinerja sebesar USD 34,5 juta. Dari jumlah itu, USD 5 juta akan dibayarkan secara tunai dan sisanya sebesar USD 29,5 juta diberikan dalam bentuk performance share units (PSUs).
Performance share units ini sebagai bentuk kompensasi saham yang merupakan alokasi saham perusahaan yang diberikan kepada manajer dan eksekutif yang diberikan hanya jika kriteria kinerja seluruh perusahaan tertentu terpenuhi seperti target laba per saham atau earning per share (EPS).
"Kompensasi tahunan untuk 2023 mencerminkan pengelolaan perusahaan oleh Dimon, dengan pertumbuhan di semua lini bisnis terdepan di pasar, rekor kinerja keuangan dan neraca yang kuat,” tulis dewan dalam pengajuan.
"Selain itu, perusahaan berhasil menavigasi dan mendukung klien dan pelanggannya melalui gejolak bank regional serta menyelesaikan akuisisi First Republic,” ia menambahkan.
Para eksekutif JPMorgan dan Jamie Dimon benar-benar sibuk pada 2023. Selain mengarahkan perusahaan melalui kondisi inflasi dan tekanan suku bunga yang tidak stabil, runtuhnya SVB pada Maret mengancam akan mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh perusahaan Amerika Serikat.
Kinerja JPMorgan
Pada Mei, First Republic Bank juga terhuyung dan bangkrut yang merupakan korban terbesar pada saat itu. Akan tetapi, JPMorgan mengambil alih dan mengakuisisi sebagian besar aset dan seluruh simpanannya.
Pada konferensi hasil kuartal kedua pada Juli, lembaga tersebut melaporkan pendapatan bunga bersih (NII) berada pada rekor tertinggi naik 44% termasuk First Republic. Hal ini karena peningkatan laba dari apa yang diperoleh bank dari pinjaman vs apa yang dibayarkan bank tersebut terkait deposito.
JPMorgan menikmati 2023 sebagai tahun yang kuat, meskipun ada tantangan ekonomi.
Pada pekan lalu, grup ini melaporkan laba bersih setahun penuh sebesar USD 49,6 miliar, naik 32% dari 2022, meskipun terjadi perlambatan pada kuartal terakhir ketika laba bersih turun menjadi USD 9,3 miliar dibandingkan dengan USD 11 miliar pada tahun sebelumnya.
Advertisement