Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin sempat turun ke level USD 65.000 atau sekitar Rp 1 miliar (asumsi kurs Rp 15.750 per dolar AS) setelah diperdagangkan pada level tertinggi sepanjang masa. Meskipun terkoreksi, tetapi volume penjualan Non Fungible Token (NFT) jaringan Bitcoin mendominasi.
Dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (21/3/2024), Bitcoin muncul sebagai blockchain teratas untuk NFT selama 24 jam terakhir pada Sabtu, 16 Maret 2024, mencatat lebih dari USD 22,2 juta atau setara Rp 343,7 miliar.
Advertisement
Jumlah ini meningkat 76,04% dari penjualan hari sebelumnya sebesar USD 12,6 juta atau setara Rp 197,1 miliar. Menempati posisi di belakang Bitcoin adalah Ethereum dan Solana, yang masing-masing berada di peringkat kedua dan ketiga.
Ethereum mencatat penjualan lebih dari USD 14,8 juta atau setara Rp 231,5 miliar, turun 15,72% dari Kamis, sementara Solana mencatat penjualan USD 8,7 juta atau setara Rp 136,1 miliar, turun 4,22%.
Polygon, sebuah scaler Ethereum, juga membuat kemajuan penting dalam 24 jam terakhir. Meski menduduki peringkat keempat, namun mencatatkan peningkatan penjualan signifikan sebesar 65,32%, dari USD 1,17 juta atau setara Rp 18,3 miliar menjadi USD 1,94 juta atau setara Rp 30,3 miliar.
Namun Polygon mengalami sedikit penurunan transaksi sebesar 2,2%, dari total 53.247 transaksi menjadi 52.076.
Kinerja pada Sabtu meningkatkan volume penjualan NFT sepanjang masa Bitcoin menjadi USD 2,8 miliar atau setara Rp 43,8 triliun, menjadikannya peringkat keempat di antara semua blockchain.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Bos Perusahaan ARK Invest Prediksi Harga Bitcoin Mencapai Rp 15,5 Miliar Pada 2030
Sebelumnya, CEO perusahaan investasi ARK Invest, Cathie Wood secara signifikan meningkatkan pandangan bullishnya terhadap harga Bitcoin. Dalam sebuah wawancara baru-baru ini, dia mengungkapkan ARK telah memprediksi target harga Bitcoin sebesar lebih dari USD 1 juta atau setara Rp 15,5 miliar pada 2030.
Wood mengaitkan perubahan ini dengan persetujuan baru-baru ini terhadap ETF Bitcoin spot di Amerika Serikat. Lonjakan minat dan potensi investasi yang dibuka oleh ETF ini telah mendorong ARK untuk mengevaluasi ulang masa depan Bitcoin.
“Target itu terjadi sebelum SEC memberi kami lampu hijau terhadap ETF Bitcoin spot. Menurut saya itu adalah tonggak sejarah yang besar, dan telah memajukan garis waktu,” kata Wood, dikutip dari Yahoo Finance, Rabu (20/3/2024).
Meskipun Bitcoin telah mengalami apresiasi harga yang signifikan, Wood yakin pesta kenaikan harga Bitcoin baru saja dimulai. Ini karena lembaga keuangan besar, seperti Morgan Stanley atau Bank of America, belum sepenuhnya menerima Bitcoin.
“Belum ada platform yang menyetujui Bitcoin. Jadi semua aksi harga ini telah terjadi sebelum mereka menyetujuinya, jadi kami bahkan belum memulainya,” jelas Wood.
Kurangnya keterlibatan institusi arus utama menunjukkan kenaikan harga yang lebih signifikan akan segera terjadi. Wood mengisyaratkan revisi target harga jauh di atas USD 1 juta pada 2030, namun menolak memberikan angka spesifik.
Advertisement
Pendorong Kenaikan Bitcoin
Wood memang dikenal dikenal dengan target harga yang liar untuk Bitcoin. Ini akan menjadi keuntungan yang sangat besar, tetapi pemegang Bitcoin awal telah merasakan keuntungan seperti itu.
Wood telah lama bersikap bullish pada kripto. Coinbase saat ini merupakan holding terbesar dari Ark Innovation ETF andalan Ark Invest, dan Ark Next Generation Internet ETF-nya juga menawarkan paparan terhadap Bitcoin melalui kepemilikannya atas Grayscale Bitcoin Investment Trust.