Investor Pasar Modal Indonesia Tembus 12,56 Juta per 15 Maret 2024

BEI menargetkan penambahan jumlah investor sebanyak 2 juta investor pada 2024.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 20 Mar 2024, 20:56 WIB
Kegiatan Buka Puasa Bersama Manajemen BEI, Rabu (20/3/2024). (Foto:Liputan6.com/Gagas YP)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman mengungkapkan jumlah investor pasar modal berhasil mencapai 12,56 juta investor per 15 Maret 2024. 

BEI menargetkan penambahan jumlah investor sebanyak 2 juta investor pada 2024. Iman menuturkan, sebesar 80 persen investor pasar modal berusia di bawah 40 tahun. Ini menunjukkan pasar modal Indonesia dipengaruhi secara dominan oleh generasi muda. 

Adapun rata-rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) juga mengalami pertumbuhan sebesar 2,7% menjadi Rp 11 triliun per hari dari sebelumnya Rp 10,7 triliun. 

"Frekuensi perdagangan per 15 Maret 2024 ikut menguat 1,9% menjadi 1,20 juta kali per hari,” kata Iman dalam acara Buka Puasa Bersama Manajemen BEI, Rabu (20/3/2024).

Selain itu, dari sisi investor asing, Iman menuturkan telah mencatatkan nilai transaksi net buy sebesar Rp 26,1 triliun. Angka tersebut merupakan peningkatan jika dibandingkan akhir tahun lalu. Investor asing banyak melakukan net buy di sektor keuangan, infrastruktur dan consumer. 

"Untuk net sell investor asing juga terjadi pada sektor-sektor tersebut. Komposisi investor asing yang masuk tidak banyak berubah. Saat ini, investor asing positif melihat Indonesia, yang menandakan bahwa investor tidak lagi wait and see,” ujar Iman.

Sedangkan untuk komposisi transaksi investor per Februari 2024 yaitu sebesar 35 persen atau senilai Rp 3,7 triliun dari investor ritel, 30,7 persen atau senilai Rp 3,3 triliun dari investor institusi, dan 34,3 persen atau senilai 3,7 triliun dari investor asing. Selain itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mengalami penguatan sebesar 0,76% secara year to date hingga 15 Maret 2024. 


OJK Ungkap Penyebab Investor Asing Kabur dari Pasar Modal

Petugas saat bertugas di Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai masih ada potensi aksi beli atau net buy dari investor asing pada 2024. Ini mengingat, aksi jual bersih (net sell) investor asing bergantung pada situasi global. 

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menuturkan, sentimen global akan memberikan pengaruh terhadap posisi investor asing dalam memilih langkah beli atau jual. Misalnya, pada pertengahan tahun lalu aksi jual terbilang tinggi, tetapi memasuki akhir tahun investor asing mencatatkan aksi beli kembali di pasar modal.

"Kalau kita lihat di tahap 2023 pertengahan tahun terlihat aspek selling tinggi tapi penghujung tahun kembali buying tapi memang kondisi global dianggap atau diharapkan investor internasional lebih stabil. Kalau itu sudah stabil memang maka peluang kondisi net buy dari resident investor akan lebih tinggi," kata Mahendra saat ditemui di Jakarta, Selasa (2/1/2023).

Di samping itu, ia mengungkapkan, investor domestik juga harus ditingkatkan. Sebab, dibandingkan dengan potensi yang cukup besar, investor domestik jumlahnya masih  kecil. 

"Namun yang juga menjadi catatan dari pelajaran itu adalah basis utamanya adalah investor dalam negeri harus ditingkatkan. Walaupun sudah mencapai rekor tertinggi di atas 12 juta tapi dibandingkan potensinya masih kecil," kata dia.

Dalam rangka menggenjot jumlah investor domestik di pasar modal, OJK menyebutkan kunci utamanya adalah integritas, kredibilitas, dan Good Corporate Governance (GCG) serta perlindungan konsumen terhadap seluruh pelaku pasar modal Indonesia. 

Total investor di pasar modal Indonesia kini telah mencapai 12,16 juta atau meningkat 5 kali lipat dalam 4 tahun terakhir, dengan mayoritasnya didominasi investor bawah 40 tahun.

 


Investor Asing Jual Saham Rp 6,18 Triliun Sepanjang 2023

Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, investor asing melakukan aksi jual saham sepanjang 2023. Kondisi ini berbeda dari 2022 dengan aksi beli saham investor asing cukup signifikan.

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat aksi jual saham Rp 6,18 triliun pada 2023. Sedangkan selama 2022, investor asing beli saham sekitar Rp 60,58 triliun berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, investor asing melakukan aksi jual saham seiring ketidakpastian global. Dari dalam negeri,  Indonesia menyambut tahun politik sehingga pengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Sedangkan dari sentimen global, Herditya menuturkan, ada konflik di Timur Tengah dan kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) yang sempat masih cenderung higher for longer. Seiring sentimen itu membuat investor mencari investasi relatif aman.

“Investor cenderung memindahkan asetnya ke yang lebih minim risiko. Aset minim risiko seperti obligasi dan emas,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Herditya prediksi, investor asing berpeluang kembali masuk ke saham pada 2024. Hal ini dengan catatan iklim investasi sudah mulai membaik terlebih Indonesia sedang berada pada tahun politik. Herditya menuturkan, ke depan bagaimana melihat kebijakan yang akan di bawa oleh pemerintah.

 


IHSG Tumbuh 6,1% pada 2023, Catat Posisi 2 di ASEAN

Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu mencatat pertumbuhan positif sepanjang 2023. Hal itu di tengah sentimen global yang menciptakan ketidakpastian.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (30/12/2023), IHSG melonjak 6,1 persen ke posisi 7.272,8 secara year to date (Ytd). Kinerja positif tersebut membawa IHSG berada di peringkat dua di ASEAN. Sedangkan di Asia Pasifik, pertumbuhan IHSG berada di peringkat ke-7. Di dunia, pertumbuhan IHSG berada di posisi ke-24.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, pergerakan IHSG dipengaruhi sejumlah hal antara lain menyambut tahun politik. Kemudian ada konflik di Timur Tengah. "Selanjutnya kebijakan the Fed yang pada saat itu masih cenderung higher for longer,” ujar Herditya saat dihubungi Liputan6.com.

Sepanjang 2023, sektor saham infrastruktur catat penguatan terbesar. Sektor saham infrastruktur melambung 80,75 persen. Disusul sektor saham basic materials atau bahan baku naik 7,51 persen, dan sektor saham keuangan melesat 3,07 persen. Selain itu, sektor saham konsumer nonsiklikal bertambah 0,82 persen dan sektor saham properti menguat 0,41 persen.

Sementara itu, sektor saham teknologi terpangkas 14,07 persen dan catat koreksi terbesar. Disusul sektor saham perawatan kesehatan turun 12,07 persen, sektor saham energi melemah 7,84 persen, sektor saham industri tergelincir 6,86 persen. Selanjutnya sektor saham transportasi dan logistic susut 3,64 persen, sektor saham konsumer siklikal melemah 3,46 persen.

 


Kapitalisasi Pasar

Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain itu, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) tercatat berada pada posisi Rp10,75 triliun, diikuti dengan volume transaksi harian di angka 19,8 miliar lembar saham dan frekuensi transaksi harian mencapai 1,2 juta kali.

Terdapat rekor baru dari sisi kapitalisasi pasar tertinggi sepanjang sejarah, yakni mencapai angka Rp11.762 triliun pada 28 Desember 2023. Rekor baru lain juga tercatat dari sisi volume transaksi harian tertinggi sepanjang sejarah, yakni sebesar 89 miliar lembar saham pada 31 Mei 2023.

Dari sisi pertumbuhan investor, jumlah investor pasar modal pada 2023 mencatatkan pertumbuhan sebesar 17,95% dari 10,31 juta pada 2022 meningkat menjadi 12,16 juta per 27 Desember 2023.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya