Liputan6.com, Jakarta Harga emas naik lebih dari 1% pada hari Rabu setelah Federal Reserve AS mengindikasikan bahwa mereka memperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar tiga perempat poin persentase pada akhir tahun 2024, sehingga menyebabkan dolar dan imbal hasil Treasury lebih rendah.
Dikutip dari CNBC, Kamis (21/3/2024), harga emas di pasar spot naik 1,2% menjadi USD 2,183.02 per ounce pada pukul 15:23 siang. EDT (19.23 GMT). Emas berjangka AS ditutup 0,1% lebih tinggi pada USD 2,161.
Advertisement
Federal Reserve mempertahankan suku bunga stabil pada hari Rabu, tetapi para pengambil kebijakan mengisyaratkan mereka masih memperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar tiga perempat poin persentase pada akhir tahun 2024.
“Emas mendapat kabar baik ganda hari ini; The Fed masih memproyeksikan penurunan suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun ini dan proyeksi suku bunga yang lebih tinggi ke depan menunjukkan kekhawatiran nyata bahwa inflasi akan lebih sulit dikendalikan,” kata Tai Wong, pedagang logam independen yang berbasis di New York.
Wong menambahkan pasar cukup optimis setelah dot plot baru mempertahankan tiga kali penurunan suku bunga sebesar 25 bps pada tahun ini.
Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan dalam pandangan sebagian besar orang, kemungkinan besar masih akan ada penurunan suku bunga tahun ini, tetapi hal itu tergantung pada data.
Meskipun emas merupakan lindung nilai inflasi tradisional, suku bunga yang lebih rendah mendorong investasi pada emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
Harga Emas Merosot Minggu Lalu
Harga emas telah merosot hampir 1% pada minggu lalu setelah data makroekonomi bulan Februari yang lebih panas dari perkiraan mengindikasikan masih adanya inflasi, sehingga memangkas harapan penurunan suku bunga.
Para pedagang sekarang memperkirakan peluang sebesar 73% untuk penurunan suku bunga di bulan Juni, dibandingkan dengan peluang 65% yang terlihat sebelum keputusan suku bunga The Fed.
Indeks dolar melemah setelah keputusan The Fed, membuat harga emas lebih murah bagi pembeli luar negeri, sementara imbal hasil Treasury sepuluh tahun juga menurun.
“Emas siap untuk mencoba mencapai level tertinggi baru sepanjang masa dengan hilangnya risiko The Fed,” kata Wong.
Permintaan safe-haven yang terus-menerus, pembelian bank sentral, dan ketegangan geopolitik terus memberikan dukungan.“Ada permintaan emas dari investor ritel dan jenis lainnya di Tiongkok,” kata David Wilson, ahli strategi komoditas di BNP Paribas.
Advertisement