Liputan6.com, Jakarta - Apple berencana akan menjual headset VR terbarunya, Vision Pro, ke berbagai negara.
Meskipun ada laporan yang menginformasikan perilisan Vision Pro ke negara lain, Apple belum mengumumkan secara resmi rencana penjualan tersebut.
Advertisement
Namun kini, beberapa laporan telah menemukan bocoran tentang negara mana yang akan menjadi tujuan Apple untuk menjual Vision Pro mereka.
Petunjuk tentang negara yang akan tujuan perilisan Apple Vision Pro pertama kali ditemukan oleh MacRumors, sebagaimana dikutip dari Gadgets360, Jumat (22/3/2024).
Hingga saat ini, keyboard virtual untuk perangkat VR Apple tersebut hanya mendukung bahasa Inggris (AS). Namun, laporan itu menunjukkan bahwa Apple Vision Pro kini mendukung 12 bahasa baru.
12 bahasa itu termasuk Kanton - Tradisional, Cina - Sederhana, Inggris (Australia), Inggris (Kanada), Inggris (Jepang), Inggris (Singapura), Inggris (UK), Bahasa Perancis (Kanada), Bahasa Perancis (Prancis), Bahasa Jerman (Jerman), Jepang, dan Korea.
Penambahan 12 bahasa baru ke Apple Vision Pro menunjukkan negara mana yang akan menjajal teknologi mutakhir dari Apple itu. Sayang, Indonesia belum masuk.
Di bulan lalu, keterangan rahasia dari analis Ming-Chi Kuo juga mengklaim bahwa Apple Vision Pro dapat diperkenalkan ke negara lain lebih cepat dari perkiraan.
Alasan utama di balik hal ini adalah penurunan permintaan terhadap Apple Vision Pro.
“Karena pertumbuhan permintaan yang terbatas di pasar AS, memajukan jadwal rilis secara global adalah hal yang menguntungkan saat stok Vision Pro meningkat,” ujar Ming-Chi Kuo.
Ia juga menambahkan bahwa headset tersebut kemungkinan akan diperkenalkan di negara lain sebelum WWDC 2024, yang kemungkinan akan diadakan pada Juni 2024.
Penjualan Vision Pro Diprediksi Bakal Kerek Harga Saham Apple
Sementara itu, harga saham Apple turun sekitar 5% sepanjang tahun ini, banyak analis melihat penurunan tersebut sebagai peluang pembelian.
Dilansir dari Yahoo Finance, analis di Wedbush, Dan Ives baru-baru ini mempertahankan peringkat belinya pada saham tersebut dan menegaskan kembali target harga jangka pendek sebesar USD 250 atau setara Rp 3,9 juta (asumsi kurs Rp 15.655 per dolar AS).
Target tersebut mewakili kenaikan 35% dari harga saham saat ini sebesar USD 183 atau setara Rp 2,8 juta. Optimismenya mencerminkan ekspektasi penjualan untuk produk Apple terbaru yaitu headset Vision Pro, yang digambarkan perusahaan dalam siaran persnya sebagai komputer spasial revolusioner yang memadukan konten digital dengan dunia fisik secara mulus.
Penjualan Vision Pro Diprediksi Sentuh 1 Juta Unit
Ives awalnya menetapkan target harga tinggi tahun lalu dengan ekspektasi kuatnya penjualan iPhone 15. Benar saja, Apple melaporkan pendapatan yang lebih baik dari perkiraan sebesar USD 119 miliar atau setara Rp 1.863 triliun pada kuartal akhir Desember 2023, yang didorong oleh penjualan iPhone.
Ives kini melihat headset Vision Pro Apple produk komputasi besar pertama perusahaan sejak Apple Watch sebagai katalis pertumbuhan yang dapat memberikan keuntungan bagi pertumbuhan pendapatan jangka panjang Apple. Perkiraan penjualannya adalah 600.000 unit pada tahun 2024 dengan penjualan 1 juta unit pada 2025.
Analis dari Bank of America, Wamsi Mohan memiliki perkiraan yang sama untuk 2025, dan dia menaikkan proyeksinya menjadi penjualan hingga 4 juta unit pada 2026.
Advertisement
Bea Cukai Tiongkok Sita Pengiriman Headset Apple Vision Pro, Dianggap Masih Ilegal
Di sisi lain, Badan Administrasi Umum Bea Cukai Tiongkok baru-baru ini menyita pengiriman Apple Vision Pro yang melintas di negara tersebut.
Menurut otoritas Tiongkok, seperti dikutip dari GizChina, Bea Cukai Jembatan Hong Kong-Zhuhai-Macao di bawah Bea Cukai Gongbei menyita kiriman headset Apple Vision Pro yang masuk negara tersebut secara ilegal.
Dilaporkan, sekitar pukul 16:00 pada tanggal 18 Februari waktu setempat, sebuah bus melaju ke Hong Kong ke saluran masuk Pelabuhan Jalan Raya Zhuhai di Jembatan Hong Kong-Zhuhai-Macao.
Saat dilakukan pemeriksaan oleh petugas bea cukai di lokasi, mereka menemukan kalau barang bawaan di dalam kendaraan tersebut tidak normal.
Selanjutnya, petugas bea cukai menyita empat Vision Pro dari bus tersebut. Bea Cukai memperkirakan total nilai pasar kiriman tersebut lebih dari 100.000 yuan (Sekitar Rp 216 juta).
Keputusan Bea Cukai tersebut juga bukannya tanpa alasan. Sebab, semua perangkat elektronik di dunia memerlukan persetujuan dari otoritas lokal sebelum memasuki pasar.
Selain itu, biasanya persetujuan dari otoritas setempat membutuhkan proses yang memakan waktu, bisa dalam hitungan minggu atau bulan.
Sementara untuk saat ini, Apple Vision Pro memang masih belum dijual untuk pasar Tiongkok. Headset Apple itu pun disebut masih melakukan proses persetujuan dari otoritas Tiongkok, sehingga terhitung masih ilegal beredar di sana.
Infografis Keuntungan iPhone terhadap Apple
Advertisement