7 Cuaca Ekstrem yang Ada di Tata Surya

Badai ekstrem bukanlah satu-satunya cuaca ekstrem yang ada di Jupiter.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 22 Mar 2024, 03:00 WIB
Tata surya adalah sistem yang mengorbit pusat Galaksi Bima Sakti.

Liputan6.com, Jakarta - Bumi bukan satu-satunya tempat yang mengalami cuaca ekstrem. Di seluruh tata surya, planet dan bulan lain memiliki kondisi cuaca yang jauh lebih ekstrem dan fantastis daripada yang pernah kita bayangkan.

Dikutip dari laman IFLScience pada kamis (21/03/2024), berikut cuaca ekstrem di tata surya.

1. Badai Puluhan Tahun di Jupiter

Badai sudah terjadi di Jupiter sejak berabad-abad lalu. Badai raksasa di Jupiter berukuran sekitar 16 ribu kilometer, atau kira-kira 1,3 kali lebar planet Bumi.

Selain itu, akar badai juga lebih dalam daripada lautan Bumi. Meskipun sudah terjadi sejak lama sekali, tetapi bukti menunjukkan bahwa badai mungkin menyusut suatu saat nanti.

Sayangnya, badai ekstrem bukanlah satu-satunya cuaca ekstrem yang ada di Jupiter. Wilayah kutub utara dan selatan Jupiter juga kerap mengalami badai angin, kilat, dan aurora dengan ukuran dan skala yang jauh lebih besar daripada Bumi.

2. Petir Saturnus 10.000 Kali Lebih Kuat

Pesawat ruang angkasa Cassini NASA yang mengorbit Saturnus dari 2004 hingga 2017, pernah melihat kilat di planet ini pada siang hari. Hal ini menandakan bahwa petir di Saturnus pasti sangat kuat.

Bakan, diperkirakan 10 ribu kali lebih kuat daripada yang ada di Bumi. Hebatnya, NASA tidak hanya melihat kilat di Saturnus, tetapi juga mendengarnya.

Di Saturnus kadang terjadi badai besar yang membentang lebih dari 300 ribu kilometer. Badai petir juga mengelilingi hampir seluruh planet.

 


Angin Neptunus

3. Angin Neptunus yang Lebih Cepat daripada Suara

Neptunus adalah planet di tata surya kita yang memiliki hembusan angin tercepat. Menurut laman Live Science yang dikutip pada Kamis (21/03/2024) angin dapat berhembus dengan kecepatan lebih dari 2.100 kilometer per jam atau 1,6 kali kecepatan suara di ketinggian tertinggi planet ini.

Hembusan angin besar di Neptunus kadang disertai dengan badai besar. Salah satunya bahkan pernah terekam oleh roket Voyager 2 pada 1989.

Selama bertahun-tahun, Teleskop Luar Angkasa Hubble telah merekam banyak badai di Neptunus. Tak sedikit di antaranya yang membingungkan para ilmuwan.

4. Cuaca Aneh Mars

Mars menjadi salah satu planet yang terus diteliti karena diyakini memiliki kehidupan di masa lalu. Mars dinilai dapat memberikan petunjuk tentang asal usul kehidupan di Bumi.

Para peneliti yakin bahwa di Mars pernah ada air yang mengalir dan atmosfer. Sekarang, permukaan planet ini kering dan sering dihantam badai debu ekstrem yang mengobrak-abrik planet.

Selain itu, ada banyak cuaca aneh lainnya yang terjadi di Mars. Kutub tertutup es dan ada badai salju yang intens.

Menariknya, salju Mars bukan terbentuk dari air, melainkan karbon dioksida beku. Di siang hari, suhu di khatulistiwa cukup nyaman, yaitu 20 derajat Celcius.

Namun, suhu bisa turun hingga -50 derajat Celsius di malam hari.

 


Hujan Metana

5. Hujan Metana di Titan

Titan adalah satelit terbesar yang dimiliki Saturnus dan menjadi salah satu benda paling misterius di tata surya. Di Titan, metana terkadang turun sebagai hujan.

Kemudian metana akan menguap dari permukaan dan membentuk awan tebal. Hujan metana yang dingin turun sangat lambat karena satelit ini memiliki gravitasi rendah dan kabut tebal.

6. Suhu Ekstrem di Merkurius

Merkurius tidak memiliki lapisan atmosfer, sehingga berkontribusi pada cuaca yang ekstrem. Sebagai planet yang paling dekat dengan Matahari, Merkuris menjadi sangat panas.

Ditambah, tidak adanya atmosfer membuat planet ini mengalami fluktuasi suhu yang luar biasa. Merkuris juga berputar sangat lambat.

Sebagai gambaran, dua tahun planet ini hanya terdiri dari tiga hari. Di siang hari, suhu permukaan bisa mencapai lebih dari 430 derajat Celcius.

Sedangkan, pada malam hari, suhu dapat turun hingga -180 derajat Celcius.

7. Hujan Asam Sulfat di Venus

Venus adalah rumah bagi atmosfer yang sangat tebal yang sebagian besar terdiri dari karbon dioksida. Sebagai hasilnya, planet ini dapat memerangkap lebih banyak radiasi matahari.

Namun, atmosfer semacam ini membuat hujan di Venus terdiri dari asam sulfat. Asam sulfat bersifat sangat korosif dan dapat menembus pakaian dengan cepat serta meninggalkan luka bakar parah pada kulit.

Karena suhu permukaan Venus yang begitu besar, tetesan hujan di planet ini akan menguap sebelum mendarat.

(Tifani)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya