Liputan6.com, Jakarta - PT Astra International Tbk (ASII) akan menambah kegiatan usaha terkait kendaraan listrik untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listriknya.
Untuk menambah kegiatan usaha tersebut, PT Astra International Tbk akan meminta persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 30 April 2024, demikian mengutip dari keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI) ditulis Jumat (22/3/2024).
Advertisement
Adapun Perseroan akan menambah sejumlah kegiatan usaha antara lain industri baterai untuk kendaraan bermotor listrik, reparasi baterai dan akumulator listrik, serta penjualan tenaga listrik.
Selain itu, pembangkit, transmisi, distribusi dan penjualan tenaga listrik dalam satu kesatuan usaha, pembangkit, tranmisi dan penjualan tenaga tenaga listrik dalam satu kesatuan usaha. Selanjutnya pembangkit, distribusi, dan penjualan tenaga listrik dalam satu kesatuan usaha.
Kemudian distribusi dan penjualan tenaga listrik dalam satu kesatuan usaha, pengoperasian instalasi penyediaan tenaga listrik, aktivitas penunjang tenaga listrik lainnya, pengumpulan limbah berbahaya dan aktivitas call centre.
PT Astra International Tbk menambah kegiatan usaha ini seiring menerapkan strategi keberlanjutan dalam keseluruhan bisnis, didukung kolaborasi yang kuat dengan pemangku kepentingan berdasarkan peta jalan bisnis yang terarah.
“Perseroan mendukung transisi elektrifikasi di industri otomotif, dengan komitmen untuk menawarkan produk-produk elektrik yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, dengan tujuan untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia,” tulis Perseroan.
Adapun, saat ini PT Astra International Tbk menjual enam model mobil battery electric (BEV) dan 13 model mobil hybrid electric (HEV) di Indonesia di bawah merek Toyota, Lexus dan BMW. Selain itu, Perseroan juga menjual sepeda motor listrik EM1 e di bawah merek Honda.
Untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik-nya, Astra International merencanakan antara lain untuk menjalankan usaha tambahan berupa penyediaan jasa electric vehicle (EV) charging station, EV swap battery station, reparasi baterai EV, pengumpulan baterai EV dan aktivitas penunjang lainnya.
“Sehubungan dengan hal tersebut, sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Perseroan perlu melakukan penambahkan kegiatan usaha,” tulis perseroan.
Hasil Penilai Independen
Dalam rangka penambahan kegiatan usaha itu, PT Astra International Tbk telah menunjuk Kantor Jasa Penilai Publik Suwendho Rinaldy dan Rekan (KJPP SRR) sebagai penilai independent untuk melakukan studi kelayakan atas rencana itu.
“Berdasarkan analisis studi kelayanan atas rencana penambahan kegiatan usaha Perseroan yang KJPP SRR lakukan, KJPP SRR berpendapat rencana penambahan kegiatan usaha adalah layak,”
Perseroan juga telah mempersiapkan tenaga ahli yang dapat mendukung penambahan kegiatan usaha. Tenaga ahli itu berasal dari tenaga ahli yang telah bekerja pada Perseroan, sehingga tidak terdapat biaya yang akan dikeluarkan oleh Perseroan dalam perekrutan tenaga ahli.
Perseroan juga menyebutkan seiring rencana penambahan kegiatan usaha, laba usaha akan meningkat antara 0,001 persen-0,024 persen dan laba bersih meningkat antara 0,001 persen-0,017 persen seiring pendapatan tambahan dan rencana penambahan kegiatan usaha.
Berdasarkan penilaian KJPP SRR, Perseroan mencatat net present value (NPV) Rp 49,83 miliar, internal rate of return (IRR) sebesar 39,61 persen dan payback periode dalam waktu lima tahun lima bulan.
Pada perdagangan sesi pertama, Jumat, 22 Maret 2024, saham ASII naik 0,47 persen ke posisi Rp 5.375 per saham. Saham ASII dibuka naik 25 poin ke posisi Rp 5.375 per saham. Saham ASII berada di level tertinggi Rp 5.735 dan terendah Rp 5.325 per saham. Total frekuensi perdagangan 3.751 kali dengan volume perdagangan 194.015 saham. Nilai transaksi Rp 103,8 miliar.
Advertisement
Kinerja 2023
Sebelumnya diberitakan, PT Astra International Tbk (ASII) mengumumkan kinerja perseroan untuk tahun buku 2023 yang berakhir pada 31 Desember 2023. Pada periode tersebut, perseroan berhasil membukukan pertumbuhan positif baik dari sisi pendapatan maupun laba.
Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (27/2/2024), Astra International membukukan pendapatan bersih Rp 317,56 triliun pada 2023. Pendapatan itu naik 5,04 persen dibandingkan pendapatan pada 2022 yang tercatat sebesar Rp 301,38 triliun.
Bersamaan dengan kenaikan pendapatan, beban pokok pendapatan pada 2023 naik menjadi Rp 243,26 triliun dari Rp 231,29 triliun pada 2022. Meski begitu, perseroan masih membukukan kenaikan laba kotor 4,60 persen atau sebesar Rp 73,31 triliun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 70,09 triliun.
Sepanjang 2023, perseroan membukukan beban penjualan Rp 11,45 triliun, beban umum dan administrasi Rp 17,59 triliun, dan penghasilan bunga Rp 3,05 triliun. Selain itu, perseroan juga membukukan biaya keuangan Rp 3,11 triliun, kerugian selisih kurs Rp 408 miliar, dan penyesuaian nilai wajar investasi pada PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) senilai RP 159 miliar.
Penghasilan lain-lain pada periode ini tercatat sebesar RP 1,71 triliun, bagian atas hasil bersih ventura bersama Rp 7,66 triliun, dan bagian atas hasil bersih entitas asosiasi sebesar Rp 1,84 triliun.
Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 33,84 triliun. Laba ini naik 16,91 persen dibandingkan laba pada 2022 yang tercatat sebesar Rp 28,94 triliun.
Dari sisi aset perseroan hingga akhir Desember 2023 tercatat sebesar Rp 445,68 triliun, naik dari Rp 413,3 triliun pada akhir 2022. Liabilitas ikut naik menjadi RP 195,26 triliun pada akhir 2023 dari Rp 169,58 triliun pada akhir 2022. Sementara ekuitas hingga akhir 2023 naik menjadi Rp 250,42 triliun dari Rp 23,72 triliun pada 2022.
Investasi di Halodoc, Astra International Sebut Sektor Layanan Kesehatan Prospektif
Sebelumnya diberitakan, PT Astra International Tbk (ASII) meyakini layanan kesehatan akan menjadi sektor yang potensial secara jangka panjang. Ini mengingat Indonesia memiliki populasi yang besar, yaitu 270-280 juta penduduk, sehingga membutuhkan pelayanan kesehatan yang memadai.
Presiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro menuturkan, layanan dan akses kesehatan di Indonesia masih memiliki kekurangan, terutama jika dibandingkan dengan negara tetangga yakni Singapura dan Malaysia.
Lantas, salah satu portofolio Astra, yakni Halodoc dianggap sebagai sebuah platform yang memberikan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat Indonesia lantaran memiliki sistem digital yang sangat membantu.
"Dengan potensi demografi maupun potensi pertumbuhan yang ada di Indonesia, kami melihat bahwa layanan kesehatan menjadi sektor yang potensial secara jangka panjang," ujar dia dalam keterbukaan informasi, ditulis Selasa (21/11/2023).
Dengan demikian, Astra International memiliki aspirasi untuk terlibat ke sektor layanan kesehatan. Namun, untuk saat ini Astra masih berada pada tahap yang sangat awal, sehingga perusahaan tersebut juga banyak belajar dari investasi-investasinya.
"Oleh karena itu, kami memutuskan untuk investasi di Halodoc, dan tahun ini kami menambah investasi sejumlah USD 100 juta di sana," kata dia.
Dengan investasi tersebut, Astra tentu ingin berkontribusi dalam mempercepat perkembangan Halodoc. Berbekal ekosistem Astra yang besar, jumlah karyawan yang melimpah, dan jumlah titik value chain yang potensial, terdapat berbagai potensi yang bisa dioptimalkan Astra melalui sinergi dengan Halodoc.
"Beberapa sinergi sudah mulai kami lakukan, walaupun masih perlu penyesuaian secara bertahap," tandasnya.
Advertisement