Liputan6.com, Jakarta - Quarter life crisis adalah periode kecemasan dan keraguan diri yang dihadapi beberapa orang dewasa muda di usia 20-an hingga awal 30-an. Periode ini sering ditandai dengan transisi dari dunia perkuliahan ke dunia kerja, yang membawa perubahan peran dan tanggung jawab yang lebih besar.
Bagi banyak orang di usia ini, mereka telah memulai karir, menjalin hubungan serius, mencapai kemandirian finansial, dan membangun keluarga. Bagi sebagian orang, ini mungkin terlihat seperti pencapaian tujuan hidup yang telah lama diimpikan.
Advertisement
Namun, bagi sebagian lainnya, periode ini justru diwarnai rasa ketidakpastian. Mereka mungkin mempertanyakan pilihan hidup, identitas, dan hubungan mereka. Perasaan terjebak dan terhambat oleh kurangnya kemajuan atau kebingungan akan arah hidup menjadi hal yang umum.
"Dewasa muda pada dasarnya diberitahu bahwa ini harus menjadi waktu terbaik dan paling mengasyikkan dalam hidup mereka. Ketika realitas kehidupan tidak seindah yang mereka kira, itu bisa menciptakan tingkat stres dan kecemasan yang besar," kata Carrie Howard, LCSW, CCATP, seorang konselor kecemasan dan pendiri Thrive Anxiety Solutions yang dilansir dari Verywell Mind.
Quarter life crisis seringkali merupakan bagian normal dari perkembangan dewasa muda. Ini bisa menjadi waktu eksplorasi, refleksi diri, dan penemuan yang dapat mengarah pada pertumbuhan pribadi.
Merawat diri sendiri dan mencari dukungan saat menghadapi berbagai tantangan dapat membantu Anda mengembangkan ketahanan yang lebih besar saat Anda melewati fase kehidupan ini.
Kenali Tanda-Tanda Quarter Life Crisis
Krisis seperempat abad (quarter life crisis) merupakan periode penuh tantangan yang dihadapi banyak orang di usia 20-an. Pada masa ini, individu sering kali dihadapkan dengan berbagai pertanyaan tentang identitas, tujuan hidup, dan arah karir mereka.
"Beberapa kecemasan yang paling umum dihadapi oleh para pemuda selama masa ini berkisar pada masih belum memiliki gambaran jelas tentang siapa mereka, mengalami kesulitan menemukan makna, tujuan, dan rasa memiliki dalam hidup, serta berjuang dengan kekecewaan dan frustrasi bahwa hidup tidak berjalan sesuai dengan yang mereka pikirkan," jelas Howard.
Gejala-gejala umum yang mungkin Anda alami:
- Ketidakberdayaan: Merasa hidup tanpa tujuan, gelisah, dan ingin mengubah sesuatu.
- Krisis identitas: Meragukan keyakinan, tujuan, nilai-nilai, dan pandangan tentang diri sendiri.
- Ketidakpastian profesional: Tidak yakin tentang karir, meragukan pilihan jalur yang salah.
- Stres hubungan: Tidak yakin tentang hubungan romantis dan persahabatan.
- FOMO: Rasa takut kehilangan kesempatan, merasa tidak mengalami pencapaian seperti teman sebaya.
- Kebingungan: Kesulitan membuat keputusan dan meragukan intuisi.
- Merasa Terisolasi: Merasa terputus dari orang lain atau menjauh dari orang-orang terkasih.
- Merana: Merasa hidup kosong dan stagnan, apatis, dan putus asa.
Advertisement
Tantangan Pada Quarter Life Crisis
Masa dewasa muda merupakan periode transisi yang penuh dengan tantangan dan perubahan besar. Masa ini bisa sangat menggembirakan, namun juga dapat menyebabkan stres dan ketidakpastian. Para dewasa muda dihadapkan dengan berbagai tekanan, baik dari masyarakat, orang tua, maupun diri mereka sendiri, untuk mencapai status sosial dan finansial tertentu, membangun hubungan dan keluarga, serta memulai karir yang sukses.
Beberapa faktor yang dapat memicu 'quarter life crisis' pada masa dewasa muda antara lain:
1. Ketidakpuasan dengan pekerjaan: Transisi dari perguruan tinggi ke dunia kerja dapat menghadirkan tekanan dan berbagai masalah. Sulitnya mencari pekerjaan, kehilangan pekerjaan pertama, atau ketidakpuasan dengan pilihan karir yang telah diambil dapat menimbulkan keraguan dan stres.
2. Masalah dalam hubungan: Putus cinta, perselisihan dalam hubungan romantis, dan perubahan dalam persahabatan dapat menciptakan stres emosional dan mengarah pada isolasi.
3. Masalah keuangan: Tekanan finansial baru, seperti biaya perumahan dan tanggung jawab lainnya, dapat menjadi sumber stres dan kecemasan bagi para dewasa muda.
4. Tekanan sosial dan harapan: Perbandingan diri dengan pencapaian orang lain dan ekspektasi masyarakat mengenai pencapaian di usia tertentu dapat menciptakan tekanan dan stres bagi para dewasa muda.
5. Tanggung jawab baru: Memasuki hubungan serius, memiliki anak, menjalankan komitmen sosial, dan menyeimbangkan pekerjaan dengan berbagai tanggung jawab lainnya dapat menjadi sumber stres dan keraguan.
Paparan terhadap media sosial dapat memperparah kecemasan dan tekanan ini. "Ketika Anda menghabiskan waktu untuk melihat feed media sosial setiap hari, dan yang Anda lihat hanyalah momen-momen terbaik dalam kehidupan orang lain, itu bisa benar-benar menciptakan kecenderungan untuk membandingkan diri sendiri dengan orang lain dan merasa seperti Anda kurang berhasil," jelas Howard.
Cara-Cara Mengahadapinya
1. Introspeksi Diri
Howard menyarankan bahwa eksplorasi diri ini bisa menjadi cara penting untuk menyingkap keyakinan, nilai, dan tujuan Anda.
Berikut beberapa strategi untuk memfasilitasi proses introspeksi:
- Menulis jurnal: Tulis tentang perasaan, pemikiran, dan tujuan Anda. Ini bisa menjadi cara yang bagus untuk mencari pola dan memperhatikan apa yang paling penting bagi Anda.
- Meluangkan Waktu sendiri: Dukungan sosial selalu penting, tetapi kesendirian bisa menjadi cara yang bagus untuk merenungkan apa yang paling penting bagi Anda, bebas dari tekanan sosial.
- Visualisasi: Luangkan waktu untuk membayangkan masa depan Anda. Bayangkan diri Anda mengikuti berbagai jalur dan pertimbangkan bagaimana perasaan Anda untuk setiap pilihan.
- Mendapatkan umpan balik: Teman, anggota keluarga, mentor, dan individu yang dipercaya lainnya bisa menjadi sumber umpan balik dan wawasan yang hebat. Pandangan mereka dapat membantu Anda lebih baik mengenali kekuatan dan potensi Anda.
2. Melepaskan Segala Ekspektasi
Selain merenungkan nilai-nilai dan tujuan hidup, Howard menekankan pentingnya melepaskan ekspektasi yang sudah lama dipegang, baik dari diri sendiri, orang tua, ataupun orang lain. Ekspektasi ini, menurutnya, dapat menciptakan tekanan dan rasa malu ketika hidup tidak berjalan sesuai rencana.
Howard menyarankan untuk mengubah dialog internal dengan menghindari kata-kata seperti "harus," "seharusnya," dan "wajib." Kata-kata ini, menurutnya, menciptakan tekanan halus pada diri sendiri untuk menjalani hidup dengan cara tertentu dan menimbulkan rasa malu ketika ekspektasi tersebut tidak terpenuhi. Sebagai gantinya, Howard merekomendasikan untuk mempraktikkan kasih sayang dan penerimaan diri, sehingga merasa lebih baik dengan diri sendiri meskipun hidup tidak selalu sesuai dengan harapan.
Advertisement
3. Berhenti Membandingkan Diri Sendiri dengan Orang Lain
Kecenderungan alami manusia untuk membandingkan diri dengan orang lain dapat menjadi racun bagi kebahagiaan. Melihat teman sebaya yang tampaknya memiliki kehidupan lebih teratur dan sukses dapat memicu rasa iri dan frustrasi.
Penting untuk diingat bahwa setiap orang memiliki perjalanan hidup yang unik dan berbeda. Apa yang tepat untuk orang lain mungkin tidak tepat untuk Anda. Mengukur diri dengan standar orang lain hanya akan membawa kekecewaan dan ketidakbahagiaan. Fokuslah pada perjalanan hidup Anda sendiri, nikmati prosesnya, dan temukan kebahagiaan dalam perjalanan Anda.
4. Tidak Harus Menemukan Jawaban Untuk Semuanya
Sebagai seorang dewasa muda, wajar untuk merasa tidak memiliki semua jawaban. Masa ini adalah waktu untuk menjelajahi pilihan dan mencari tahu apa yang Anda sukai, inginkan, dan anggap memuaskan. Jangan takut untuk mencoba hal-hal baru dan mengubah pikiran Anda di sepanjang jalan.
Perubahan adalah hal yang tidak terhindarkan, dan belajar menerimanya dapat membantu Anda menghadapi berbagai transisi dalam hidup. Sadarilah bahwa masa dewasa muda adalah waktu untuk belajar dan tumbuh. Mengembangkan pengetahuan diri ini akan bermanfaat bagi Anda baik sekarang maupun di masa depan.