Capai 11.000 Kasus, Jabar Masih Berstatus Siaga DBD

Dalam status siaga ini, seluruh rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) ditingkatkan kesiagaannya dalam mengantisipasi lonjakan pasien DBD.

oleh Arie Nugraha diperbarui 24 Mar 2024, 10:00 WIB
Ilustrasi DBD (Istimewa)

Liputan6.com, Bandung - Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat (Jabar) Bey Machmudin menyebutkan status penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih dalam tahap siaga, meski telah mencapai 11.000 kasus hingga saat ini.

Artinya, kata Bey, dalam status siaga ini, seluruh rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) ditingkatkan kesiagaannya dalam mengantisipasi lonjakan pasien DBD.

"Pertama harus lakukan 3M (menguras, menutup, dan mengubur) oleh masyarakat dan juga saya sudah perintahkan kepada seluruh RSUD, rumah sakit, puskesmas untuk menyediakan obat demam berdarah, terutama infus," ujar Bey, Bandung, Jumat, 22 Maret 2024.

Bey juga mengimbau kepada masyarakat yang mengetahui terdapat anak demam lebih dari sehari, agar segera dibawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya untuk diperiksa paparan penyakit DBD.

Meningginya jumlah kasus DBD di Jawa Barat, Bey mengaku belum memutuskan meniru langkah Pemerintah DKI Jakarta yang meminta anak-anak menggunakan minyak telon dan lengan panjang sebagai langkah pencegahannya. 

"Nanti saya koordinasikan terlebih dahulu ya dengan Kepala Dinas Kesehatan," kata Bey.

 


Penjelasan Soal Fogging

Mencuplik laman Dinas Kesehatan Jawa Barat, Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Vini Adiani Dewi mengatakan, dalam mencegah penyebaran nyamuk demam berdarah dengan metode fogging, tidak akan efektif jika tidak dibarengi dengan 3M Plus.

"Karena fogging hanya berdampak pada nyamuk dewasa, sementara jentik yang memungkinkan menjadi penyebar nyamuk DBD masih tetap ada sehingga penanganan DBD ini harus komprehensif," kata Vini di kegiatan BEJA (Bewara Jawa Barat) tentang Antisipasi Demam Berdarah Dengue di Jawa Barat yang dilaksanakan di Gedung Sate, Jumat (8/3).

Cara yang paling efektif dalam mencegah DBD, menurutnya, dengan memastikan lingkungan agar tidak ada tempat hidup untuk nyamuk.

3M Plus sendiri merupakan upaya dalam mencegah penyebaran nyamuk DBD dengan menguras dan menutup penyimpanan air serta membersihkan barang bekas yang bernilai ekonomis. 

"Jangan sampai ada genangan air bersih yang berpotensi jadi tempat kembang biak nyamuk, contohnya di bagian bawah dispenser yang tidak sadari mungkin akan jadi tempat kembang biak nyamuk, itu harus kita bersihkan secara berkala minimal seminggu sekali," ujar Vini.

Sementara poin plusnya terdiri dari berbagai macam seperti memelihara ikan yang akan berdampak dalam mengurangi jentik nyamuk atau menanam tanaman yang tidak disukai nyamuk seperti lavender.

Vini berpesan untuk selalu meningkatkan kewaspadaan yang dilakukan setiap hari di rumah, lingkungan sekitar, dan tempat kerja.

 


3M Plus Efektif Antisipasi DBD

Per 2 Maret 2024, jumlah kasus DBD di Jabar mencapai 5.653 kasus. Dari jumlah tersebut, 41 di antaranya meninggal dunia.

Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Vini Adiani Dewi mengajak Masyarakat untuk melaksanakan 3M Plus. 3M plus tersebut yaitu menutup tempat air, menguras tempat air dan mengolah kembali alat bekas.

"Menutup tempat air seperti toren, teko, ember, sumur, lalu membersihkan atau menguras tempat air minimal seminggu sekali dan maksimal dua minggu sekali," kata Vini.

Menurutnya, DBD merupakan penyakit sepanjang tahun karena nyamuk pembawa virus dengue-nya selalu hidup dan kembali banyak di waktu-waktu tertentu seperti pancaroba sehingga akan menimbulkan tempat kembang biak nyamuk yang banyak

"Perubahan cuaca menyebabkan banyak air menggenang sehingga terjadi peningkatan kasus. Kasus ini mungkin akan selesai jika masalah lingkungan terselesaikan," ujar Vini.

Dinkes Jabar telah melaksanakan penanganan di tingkat puskesmas dengan melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) pada kasus DBD.

Setiap kasus yang dilakukan PE kemudian ditindaklanjut dengan pemberantasan sarang nyamuk PSN bersama oleh warga sekitar, larvasidasi atau pembagian bubuk abate, dan penyuluhan oleh petugas puskesmas dan kader terhadap masyarakat terkait bahaya DBD dan cara mencegahnya.

Dinkes Jabar juga telah melaksanakan upaya yang telah dilakukan di tahun 2023 dan 2024 yang meliputi:

- Investigasi Peningkatan Kasus Penyakit Arbovirosis

- Pemantauan dan evaluasi Gerakan satu Rumah Satu Jumantik

- Konsultasi Pusat P2 DBD

- Bimbingan Teknis P2 DBD Online dan Offline

- Pertemuan ASEAN DENGUE DAY Tingkat Provinsi Jawa Barat

- Mengalokasikan Logistik DBD pada tahun 2023-2024 dengan jumlah total (RDT DBD COMBO: 245190 Test, RDT Chikungunya 11000 test, ABATE Powder: 7755 kg INSEKTISIDA: 1755 Liter , APD Fogging 25 paket, Media Promosi 48 paket

- Membuat Surat Kewaspadaan DBD untuk kepala Dinas Kab/Kota

- Melaksanakan Webinar mengenai tatalaksana DBD bekerja sama dengan IDAI

Salah satu upaya dalam mencegah DBD di antaranya adalah fogging, namun Vini mengingatkan akan syarat tertentu dalam melakukan hal tersebut.

"Fogging boleh dilakukan jika memenuhi syarat PE positif. Fogging liar justru membahayakan karena membuat nyamuk kebal terhadap insektisida efeknya menjadi resisten," jelas Vini.

Dinkes Jabar turut berpartisipasi dalam strategi nasional penanggulan Dengue 2021-2025 dengan turut mengimplementasikan strategi dari segi manajemen vektor, tatalaksana, surveilans dan partisipasi masyarakat.

 


Kondisi Pasien DBD saat Dibawa ke RS

Sementara itu, Dokter Spesialis Anak di RS Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Djatnika Setiabudi mengatakan, deteksi dini merupakan hal yang perlu dilakukan dalam mencegah DBD berkembang menjadi lebih kritis.

"Kebanyakan (anak) yang meninggal itu karena datang ke RS dengan kondisi yang sudah terlambat," ujar Djatnika.

Ia juga membagi kondisi pasien DBD menjadi tiga yakni kondisi demam, kritis dan pemulihan.

Menurutnya, para orang tua kerap menyangka kondisi anak yang turun demam merupakan pertanda bahwa anak akan menuju sembuh. Namun, bisa jadi hal tersebut merupakan pertanda anak memasuki fase kritis.

"Apabila demam turun namun dibarengi dengan mual dan muntah yang lebih sering dan nyeri perut yang lebih hebat, kemungkinan justru itu sudah masuk fase kritis," tambah Djatnika.

Peran multisektor juga berdampak dalam mengatasi DBD, salah satunya peran PKK.

Menurut Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Emma Rachmawati, para kader PKK di 27 Kabupaten/Kota di Jawa Barat tidak bosan dalam mengajak dan mensosialisasikan pencegahan DBD.

"Memotivasi teman-teman di Kabupaten/ Kota dan TP PKK Provinsi untuk melakukan Gertak PSN ataugerakan serentak pembersihan sarang nyamuk," kata Djatnika. (Arie Nugraha)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya