Ini Mukmin yang Cerdas menurut Rasulullah, Ternyata Bukan yang Memiliki Prestasi Tinggi

Rasulullah SAW menjelaskan perihal mukmin atau orang beriman yang cerdas. Orang yang cerdas menurut Rasulullah bukan yang memiliki segudang prestasi yang tinggi.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Mar 2024, 13:30 WIB
Ilustrasi AI sebagai gambaran otak manusia. (Foto: Unsplash/Steve Johnson)

Liputan6.com, Cilacap - Baginda Rasulullah SAW menjelaskan perihal mukmin atau orang beriman yang cerdas. Orang yang cerdas menurut Rasulullah SAW bukan yang memiliki segudang prestasi yang tinggi.

Memang lazimnya ketika kita ditanya tentang orang yang cerdas, maka kita akan menjawab yakni orang yang bernilai tinggi dan memiliki banyak prestasi dalam hidupnya.

Bahkan dewasa ini untuk mengukur kecerdasan seseorang bisa dilakukan melalui tes IQ. Kecerdasan seseorang bisa diukur dari skor pasca melakukan Tes. Seseorang dikatakan cerdas bila memilliki skor IQ 130-144.

Namun benarkah demikian yang dinamakan cerdas? Padahal, kecerdasan tidak hanya melulu aspek kognitif, namun juga kecerdasan yang bersifat spiritual atau Spiritual Quotient (SQ).

 

Simak Video Pilihan Ini:


Ingat Mati dan Sibuk Mempersiapkan Bekal Itu Orang Cerdas

Warga melakukan ziarah makam menyambut bulan Ramadhan 1442 H di Tempat Pemakaman Umum (TPU) khusus covid-19 di Srengseng sawah 2, Jakarta Selatan, Jumat (09/04/2021). Tradisi ziarah makam dalam menyambut bulan Ramadhan setiap tahun dilakukan oleh umat Islam. (merdeka.com/Arie Basuki)

Menukil Republika, Rasulullah SAW pernah ditanya terkait Muslim seperti apa yang paling cerdas. Beliau menjawab dia adalah yang paling banyak mengingat kematian dan mempersiapkannya.

Ustadz Najmi Umar Bakkar menjelaskan, Ibnu Umar رضي الله عنه berkata Rasulullah صلى الله عليه و سلم pernah ditanya:

فأيُّ المؤمنينَ أَكْيَسُ ؟ قالَ : أَكْثرُهُم للمَوتِ ذِكْرًا، وأحسنُهُم لما بعدَهُ استعدادًا، أولئِكَ الأَكْياسُ

"Mukmin manakah yang paling cerdas? Beliau bersabda: "Di antara mereka yang paling banyak mengingat kematian, dan juga yang paling terbaik persiapan untuk akhirat. Mereka itulah orang yang cerdas" (HR. Ibnu Majah no. 4259, lihat Shahiihut Targhiib wat Tarhiib no. 3335).

Berdasarkan hadis di atas, bahwa orang cerdas menurut Rasulullah SAW ialah orang yang selalu ingat mati dan sibuk mempersiapkan bekal untuk kehidupan di akhirat kelak.


Pesan Rasulullah SAW

Tradisi ziarah kubur dilakukan untuk mengenang serta mendoakan orang tua, kerabat, saudara, atau keluarga yang sudah meninggal dunia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Al-Baraa' bin 'Aazib رضي الله عنه berkata:

بَيْنَمَا نَحْنُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ بَصَرَ بِجَمَاعَةٍ فَقَالَ : عَلَامَ اجْتَمَعَ عَلَيْهِ هَؤُلَاءِ؟ قِيْلَ : عَلَى قَبْرٍ يَحْفِرُوْنَهُ ، قَالَ : فَفَزِعَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَدَرَ بَيْنَ يَدَيْ أَصْحَابِهِ مُسْرِعًا حَتَّى انْتَهَى إِلَى الْقَبْرِ فَجَثَا عَلَيْهِ ، قَالَ : فَاسْتَقْبَلْتُهُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ لِأَنْظُرَ مَا يَصْنَعُ ، فَبَكَى حَتىَّ بَلَّ الثَّرَى مِنْ دُمُوْعِهِ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا قَالَ: أَيْ إِخْوَانِي ! لِمِثْلِ الْيَوْمِ فَأَعِدُّوْا

"Ketika kami sedang bersama Rasulullah ﷺ, tiba-tiba beliau melihat sekelompok manusia, maka beliau bertanya: "Untuk apa mereka itu berkumpul?" Dikatakan kepada beliau: "Mereka itu berkumpul pada kuburan yang sedang mereka gali". Kemudian Rasulullah ﷺ pun terperanjat, lalu bergegas mendahului para sahabat sehingga sampai di kuburan, kemudian beliau berlutut ke arah kubur. Al-Baraa’ berkata: "Maka aku pun menghadap di arah depannya beliau agar aku nanti bisa melihat apakah yang akan segera beliau lakukan". Lalu beliau menangis sehingga tanah jadi basah karena air mata beliau. Lalu beliau menghadap kepada kami dan bersabda: "Wahai saudara-saudaraku...! Untuk menghadapi hari seperti ini maka bersiap-siaplah" (HR. Bukhari dalam at-Taariikh I/229, Ibnu Majah no. 4195 & Ahmad IV/294, Ash-Shahiihah no. 1751)

Allah 'Azza wa Jalla berfirman:

يَوْمَ يَرَوْنَ الْمَلٰۤىِٕكَةَ لَا بُشْرٰى يَوْمَىِٕذٍ لِّلْمُجْرِمِيْنَ وَيَقُوْلُوْنَ حِجْرًا مَّحْجُوْرًا

"(Ingatlah) pada hari (ketika itu) mereka melihat para Malaikat, di mana pada hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa dan mereka berkata: "Hijran mahjura (semoga Allah menghindarkan bahaya ini dariku)" (QS. Al-Furqan ayat 22)

Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata:

"Hari ketika mereka bisa melihat para Malaikat itu adalah hari di saat mereka sedang berhadapan dengan sakaratul maut. Ketika para Malaikat memberikan kabar buruknya kepada mereka berupa siksaan Neraka dan betapa murkanya Allah kepada mereka" (Al-Mishbahul Munir Fii Tahdziib Tafsiir Ibnu Katsiir hal 844)

تَتَجَلَّى لِلْمُؤْمِنِينَ وَلِلْكَافِرِينَ، فَتُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ بِالرَّحْمَةِ وَالرِّضْوَانِ، وَتُخْبِرُ الْكَافِرِينَ بِالْخَيْبَةِ وَالْخُسْرَانِ، فَلَا بُشْرَى يَوْمئِذٍ لِلْمُجْرِمِينَ

"Mereka (malaikat) menampakkan diri kepada orang-orang mukmin dan orang-orang kafir. Lalu mereka memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin berupa rahmat dan ridha (Allah). Dan mereka memberitakan kepada orang-orang kafir dengan kecelakaan serta kerugian. Tidak ada kabar gembira bagi orang yang berbuat dosa pada hari itu" (Kitab Tafsir Ibnu Katsir VI/101-102)

Syaikh Shalih Fauzan حفظه الله berkata:

و الناسُ لا يرونَ الملائكةَ إلاّ عند العذاب - والعياذُ بالله - و كذلك عند الموت تَظْهَرُ الملائكةُ وَ يراهمُ المحتَضِرُ

"Manusia tidak dapat melihat malaikat, kecuali ketika diazab wal 'iyaadzubillah. Demikian pula ketika ia akan meninggal, maka malaikat pun datang dan orang yang akan meninggal dapat melihatnya" (Kitab Al-Minhatu ar-Rabbaaniyyah hal 86).

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya