Liputan6.com, Jakarta - Di bulan Ramadan, Allah SWT melipatgandakan segala amal kebaikan kita. Tak hanya aktivitas ibadah, bahkan istirahat atau tidurnya orang berpuasa dinilai sebagai ibadah pada bulan yang penuh berkah ini.
Dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim berikut ini menggambarkan betapa luasnya kemurahan Allah SWT dalam melipatgandakan amal kebaikan hamba-Nya.
Artinya: “Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Semua amal kebaikan anak manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan serupa hingga 700 kali lipat. Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa. Puasa adalah milik-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya karena ia meninggalkan syahwat dan makanan demi Aku.' Orang yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan, yaitu satu kebahagiaan saat berbuka puasa dan satu kebahagiaan lainnya saat menemui Tuhannya. Sungguh bau mulutnya lebih harum di sisi Allah daripada bau kesturi,’” (HR Muslim).
Semua niat baik akan tercatat sebagai suatu kebaikan pula. Kemudian Dia akan melipatgandakan niat baik tersebut apabila diikuti dengan amal sebagai pelaksanaan dari niatnya itu.
Niat dan amalan ibadah akan dilipatgandakan oleh Allah SWT pada bulan Ramadhan, bagaimana dengan dosa? Berikut penjelasannya merangkum dari laman dream.co.id.
Baca Juga
Advertisement
Saksikan Video Pilihan Ini:
Niat Jahat belum Dicatat sebagai Kejahatan
Adapun terkait niat jahat seseorang, Allah tidak mencatatnya sebagai sebuah kejahatan. Allah baru menulis sebuah kejahatan untuk seseorang yang menjalankan rencana atau niat jahatnya yang sebelumnya tersimpan di hati sebagaimana riwayat Bukhari dan Muslim berikut ini.
Artinya: “Dari Ibnu Abbas RA, dari Rasulullah SAW pada apa yang diriwayatkan dari Allah, ia bersabda, ‘Allah menulis kebaikan dan kejahatan. Ia kemudian menerangkan, siapa saja yang terpikir untuk berbuat kebaikan dan ia belum melakukannya, niscaya Allah mencatatnya sebagai sebuah kebaikan sempurna. Tetapi bila ia terpikir untuk berbuat kebaikan dan ia kemudian melakukannya, niscaya Allah mencatatnya sebagai sepuluh kebaikan yang berlipat ganda hingga 700 hingga kelipatan yang banyak. Namun, jika ia terpikir untuk berbuat kejahatan dan ia belum melakukannya, niscaya Allah mencatatnya sebagai sebuah kebaikan sempurna. Tetapi bila ia terpikir untuk berbuat kejahatan dan ia kemudian melakukannya, niscaya Allah mencatatnya sebagai sebuah kejahatan saja,’” (HR Bukhari dan Muslim).
Advertisement
Dosa akan Diganjar Satu Balasan
Adapun soal pelipatgandaan catatan dosa atas kejahatan yang dilakukan pada bulan Ramadhan, ada sebuah hadis Riyadhus Shalihin karya As-Shiddiqi yang menjelaskannya.
Artinya: “Tetapi bila ia terpikir untuk berbuat kejahatan dan ia kemudian melakukannya, niscaya Allah mencatatnya sebagai sebuah kejahatan saja), dalam riwayat Ahmad disebutkan tambahan ‘dan (dosa itu) tidak dilipatgandakan.’ Surat Al-An’am ayat 160 menunjukkan hal ini, ‘(Kejahatan) Seseorang tidak dibalas kecuali dengan yang setimpal.’ Namun, dosa itu juga kadang dilipatgandakan karena keagungan waktu atau tempat seperti bulan-bulan terhormat, Ramadhan, atau Makkah; atau karena kemuliaan pelakunya dan kekuatan makrifat serta kedekatannya dengan Allah. Pasalnya, pembangkangan seseorang terhadap penguasa di karpet merahnya lebih besar tingkat kesalahannya daripada pembangkangan seseorang dari jauh,” (Lihat Ibnu Alan As-Shiddiqi, Dalilul Falihin li Thuruqi Riyadhis Shalihin, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: tanpa tahun], juz I, halaman 77).
Menurutnya, amal pembalasan amal kejahatan tidak dilipatgandakan sebagaimana keterangan Surat Al-An’am ayat 160.
Sebuah kejahatan, menurutnya, akan diganjar dengan satu balasan yang setimpal. Namun demikian, pelipatgandaan balasan atas kejahatan mungkin saja terjadi karena sejumlah hal, termasuk karena dilakukan di bulan-bulan mulia, antara lain bulan Ramadhan.