Liputan6.com, Paris - Paris mengadakan kembali perlombaan untuk para pramusaji yang telah berlangsung selama 110 tahun sebagai bagian dari perayaan budaya Ibu Kota Prancis, pada Minggu 24 Januari 2024.
Perlombaan yang dilaksanakan di Paris ini dalam rangka memperingati keahlian dan peran penting para pramusaji dalam menjaga kehidupan sosial dan budaya Prancis. Demikian seperti dilansir dari AP, Minggu (31/3/2024).
Advertisement
Meskipun terkadang para pramusaji dikenal karena sifat moody yang dimiliki, mereka tetap menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari di Prancis. Tanpa mereka Prancis tidak akan menjadi Prancis.
Para pramusaji baik pria maupun wanita, dianggap memainkan peran penting dalam menjaga keberlangsungan kafe dan restoran di Prancis.
Kehadiran mereka memungkinkan kafe serta restoran di Prancis menjadi tempat yang nyaman, sehingga telah menjadi inspirasi bagi seniman untuk menulis lagu dan puisi yang memuji keindahan "bistro" Prancis.
"Itulah tempat di mana Anda akan menemukan bunga-bunga terbaik dari warga," ungkap penyanyi serta penulis lagu George Brassens dalam nyanyiannya.
Pauline Van Whymeersch dan Samy Lamrous, dua pramusaji yang menang kompetisi, diakui sebagai duta bagi profesi penting dalam budaya Prancis ini. Mereka juga memiliki tanggung jawab besar yang akan di emban, yaitu menyambut jutaan pengunjung yang akan hadir di Olimpiade Paris bulan Juli mendatang.
Perlombaan pramusaji ini dihidupkan kembali setelah 13 tahun absen, merupakan bagian dari strategi Paris untuk menarik perhatian dari berbagai dunia pada Olimpiade Musim Panas pertamanya dalam 100 tahun.
Diikuti oleh Para Pramusaji Berdedikasi
Perlombaan pramusaji ini pertama kali diadakan pada tahun 1914, dan kali ini dihidupkan kembali setelah beberapa tahun absen.
Pada perlombaan kali ini, ratusan pramusaji mengenakan seragam mereka, lengkap dengan dasi kupu-kupu yang merupakan simbol elegansi dalam profesi mereka.
Mereka membawa nampan dengan roti croissant, cangkir kopi kecil yang kosong, dan segelas air penuh, sambil melintasi jarak dua kilometer yang dimulai dan berakhir di Balai Kota Paris.
Van Wymeersch, juara dalam kategori wanita dengan waktu 14 menit dan 12 detik, memulai karirnya sebagai pramusaji pada usia 16 tahun.
Pada usianya sekarang yang berumur 34 tahun, ia menyatakan tidak dapat membayangkan kehidupan lain selain menjadi seorang pelayan, "Saya menyukainya sebanyak saya membencinya. Itu ada dalam diri saya. Saya tidak bisa meninggalkannya (profesi pramusaji)," ujar Wymeersch.
"Profesi ini sulit, melelahkan, menuntut, dalam 12 jam sehari. Tidak ada akhir pekan. Tidak ada Natal," tambahnya.
Wymeersch mengatakan bahwa profesi ini merupakan bagian dari DNA nya, "Ini bagian dari DNA saya. Saya tumbuh dengan nampan di tangan saya."
"Saya telah dibentuk, dalam hidup dan di pekerjaan, oleh para bos yang melatih saya dan pelanggan, semua orang yang saya temui," ujar Wymeersch yang bekerja di kafe serta Restoran Le Petit Pont yang menghadap katedral Notre Dame.
Advertisement
Hadiah yang Menarik
Sementara Lamrous, yang menjadi pemenang dalam kategori pria dengan waktu 13 menit 30 detik, bertugas di La Constrescarpe, di distrik ke-5 Paris.
Sebagai hadiahnya, ia menerima medali serta dua tiket untuk upacara pembukaan Olimpiade pada 26 Juli di sepanjang Sungai Seine, serta menginap semalam di sebuah hotel di Paris.
Meskipun mereka merasa puas mengikuti ajang kompetisi ini, para peserta mengakui bahwa keadaannya tidak selalu demikian saat mereka sibuk di tempat kerja.
Di negara lain, mungkin pelanggan selalu benar, tetapi di Prancis, pramusaji memiliki kata-kata yang dapat meningkatkan reputasi mereka sebagai individu yang tegas, pemarah, dan bahkan kasar pada beberapa kesempatan.
"Kebanggaan Prancis berarti bahwa dalam profesi kecil seperti ini, mereka tidak ingin diremehkan," ujar Thierry Petit, 60 tahun, yang akan pensiun pada bulan April mendatang setelah 40 tahun menjadi pramusaji.
"Ini bukan tentang kurangnya rasa hormat, tetapi lebih merupakan sebuah pemikiran. Ini sangat gaya Prancis," tambahnya.
Mulai Diadakan pada 1914
Perlombaan ini pertama kali diadakan pada tahun 1914 dan dikenal sebagai "la course de garçons de café", di mana pada saat itu "garçons" merujuk pada kompetisi yang secara eksklusif diikuti oleh laki-laki.
Para pelayan yang ikut serta diharapkan membawa nampan yang memuat botol dan tiga gelas tersebut selama delapan kilometer, seperti dilansir dari The Guardian.
Acara serupa juga pernah berlangsung di Marseille, Trouville, Limoges, dan kota-kota lainnya, tetapi perlombaan tradisional ini tidak diadakan di Paris sejak tahun 2011 karena kurangnya sponsor.
Tahun ini, Balai Kota Paris turun tangan dan otoritas air kota, Eau de Paris, menyediakan €100.000 atau sekitar Rp1,7 miliar untuk nampan, celemek, kopi, dan roti croissant.
Sebelum perlombaan ini dimulai pada hari Minggu, Thibault Poullot, 26 tahun, kepala pramusaji di Procope, yang dikenal sebagai salah satu kafe-restoran tertua di Paris, mengatakan kepada France TV bahwa ia akan ikut serta karena "sedikit menyenangkan dan itu merupakan kesempatan untuk mewakili pekerjaan kami."
Advertisement