Kim Jong Un Awasi Latihan Tank Korea Utara, Dorong Persiapan Perang

Kim Jong Un memuji Divisi Tank ke-105 sebagai teladan bagi seluruh pasukannya dalam perjuangan yang sedang berlangsung untuk menyelesaikan persiapan perang.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 25 Mar 2024, 15:06 WIB
Foto yang dirilis pemerintah Korea Utara menunjukkan Kim Jong Un dan putrinya Kim Ju Ae mengunjungi National Aerospace Development Administration di Korea Utara pada Selasa (18/4/2023). (Dok. KCNA via AP)

Liputan6.com, Pyongyang - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengawasi latihan tank dan mendorong pasukan lapis bajanya untuk mempertajam persiapan perang dalam menghadapi meningkatnya ketegangan dengan Korea Selatan. Demikian dilaporkan media pemerintah Korea Utara pada hari Senin (25/3/2024).

Kim Jong Un melontarkan pernyataannya pada hari Minggu (24/3) saat mengunjungi kelompok tank utamanya, Divisi Tank ke-105 Pengawal Ryu Kyong Su Seoul. Nama unit tersebut menandakan unit militer Korea Utara pertama yang mencapai ibu kota Korea Selatan pada tahun 1950 ketika serangan mendadak Korea Utara memicu perang yang berlangsung selama hampir empat tahun.

 

Foto-foto yang diterbitkan oleh media pemerintah Korea Utara menunjukkan Kim Jong Un berbicara dengan para perwira militer di sebuah pos pengamatan dan salah satu tank berbendera Korea Utara membawa tulisan berbunyi, "Musnahkan penjajah AS yang merupakan musuh setia rakyat Korea!"

Kantor Berita Pusat Korea resmi menyebutkan bahwa Kim Jong Un memuji Divisi 105 sebagai teladan bagi seluruh pasukannya dalam perjuangan yang sedang berlangsung untuk menyelesaikan persiapan perang. Dia juga mengeluarkan instruksi untuk meningkatkan persiapan tempur unit tersebut dan peralatannya.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan Jeon Ha Gyu mengatakan militer Korea Selatan dan AS memantau dengan cermat aktivitas militer Korea Utara, namun dia tidak memberikan penilaian spesifik mengenai rincian yang dilaporkan oleh media pemerintah Korea Utara.

Ketegangan di Semenanjung Korea meningkat setelah Korea Utara dalam beberapa bulan terakhir melakukan demonstrasi militer, termasuk uji coba rudal berkemampuan nuklir yang dirancang untuk menargetkan Korea Selatan, Amerika Serikat (AS), dan Jepang, sambil mengeluarkan ancaman konflik nuklir terhadap para pesaingnya.

AS, Korea Selatan, dan Jepang meresponsnya dengan memperkuat latihan militer gabungan mereka dan memperbarui rencana pencegahan yang dibangun di sekitar aset-aset strategis AS.


Agresivitas Korea Utara

Pemimpin Korut, Kim Jong-un menggunakan teropong menyaksikan peluncuran balistik antarbenua Hwasong-14 Rudal, ICBM, di barat laut Korea Utara. Korea Utara mengklaim telah menguji rudal balistik antarbenua. (KRT via AP Video)

Kim Jong Un awal bulan ini juga mengawasi kompetisi pelatihan antara unit tank militernya, yang dimenangkan oleh Divisi 105. Acara pada 13 Maret itu turut menampilkan tank tempur baru Korea Utara yang dimaksudkan untuk menggarisbawahi upaya Kim Jong Un memperkuat kemampuan militer konvensionalnya serta persenjataan rudalnya.

Pekan lalu, Korea Utara melakukan latihan penembakan peluncur roket berukuran besar yang dirancang untuk menargetkan Korea Selatan. Mereka mengklaim pula uji coba mesin berhasil dalam upayanya membangun rudal hipersonik jarak menengah baru, yang akan ditujukan pada sasaran-sasaran terpencil AS di Pasifik, termasuk pusat militer Guam.


Titah Kim Jong Un

Pemimpin Kim Jong Un mengawasi uji coba rudal tersebut, yang disebut "Pulhwasal-3-31," yang identik dengan rudal jelajah strategis yang menurut Korea Utara pekan lalu sedang dalam pengembangan. (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)

Ada kekhawatiran Korea Utara akan semakin meningkatkan tekanan pada tahun pemilu, baik di AS maupun Korea Selatan.

Meskipun sebagian besar analis meragukan Kim Jong Un benar-benar mempersiapkan perang, para pejabat Korea Selatan telah meningkatkan kemungkinan terjadinya provokasi yang lebih kecil di wilayah perbatasan, termasuk sengketa batas laut barat antara kedua Korea yang telah menjadi lokasi bentrokan berdarah dalam beberapa tahun terakhir.

Dalam pidatonya yang berapi-api di parlemen Pyongyang pada Januari, Kim Jong Un menyatakan dia mengabaikan tujuan rekonsiliasi Korea Utara dengan Korea Selatan dan memerintahkan penulisan ulang konstitusi Korea Utara, yang menetapkan Korea Utara akan mencaplok dan menundukkan Korea Selatan jika terjadi perang lagi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya