Liputan6.com, Jakarta - China merilis pedoman baru telah meluncurkan pedoman baru yang akan hapus secara bertahap prosesor Amerika Serikat di komputer dan server pemerintah. Dengan demikian, China efektif memblokir chip dari Intel dan AMD.
Demikian laporan Financial Times seperti dikutip dari CNBC, Senin (25/3/2024). Laporan itu menyebutkan, pedoman pengadaan itu diumumkan pada 26 Desember, dan kini diterapkan serta akan berdampak pada sistem operasi Windows dan software database asing. China kini memilih alternatif dari negeri sendiri.
Advertisement
Instansi pemerintah di tingkat kota kecil juga telah diperintahkan untuk membeli prosesor dan sistem operasi yang “aman dan andal”. Adapun AMD dan Intel menolak mengomentari laporan itu.
Langkah tersebut seiring negara tirai bambu sedang mendorong industri semikonduktor domestiknya dan mengurangi ketergantungan terhadap teknologi asing.
Semikonduktor, komponen penting yang ditemukan di berbagai perangkat mulai dari ponsel pintar hingga peralatan medis telah menjadi pusat perang teknologi antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Amerika Serikat telah menerapkan pembatasan ekspor untuk memutus akses Beijing terhadap peralatan dan teknologi semikonduktor utama.
Pada Oktober 2022, AS memperkenalkan peraturan yang bertujuan membatasi kemampuan China untuk mengakses, memperoleh dan produksi chip semikonduktor canggih di tengah kekhawatiran China dapat memakainya untuk tujuan milider.
Kemudian AS mengenalkan peraturan baru pada Oktober 2023 untuk mencegah perusahaan desain chip AS, Nvidia menjual chip artificial intelligence atau kecerdasan buatan kepada China.
Sejak 2019, perusahaan teknologi China seperti Huawei dan pembuat chip terbesar China SMIC terkena sanksi dari AS yang bertujuan membatasi aksesnya terhadap teknologi canggih. SMIC juga tidak dapat memperoleh mesin litografi ultraviolet ekstrem yang penting untuk pembuatan chip canggih dari perusahaan ASML.
Berdasarkan riset CINNO yang berbasis di Shanghai, embargo teknologi yang dipimpin AS telah membantu meningkatkan pendapatan perusahaan manufaktur peralatan chip domestik China. 10 produsen peralatan terbesar di China melaporkan pendapatan naik 39 persen pada semester I 2023 dibandingkan tahun lalu.
Kritikan Pedas di Media Sosial Picu Harta Orang Terkaya di China Anjlok
Sebelumnya diberitakan, orang terkaya di China, Zhong Shanshan menghadapi serangkaian kritik dari masyarakat nasionalis yang menuduhnya tidak cukup patriotisme dalam kampanye yang telah memukul harga saham perusahaan minumannya, Nongfu Spring dan mengancam penjualannya.
Seruan untuk memboikot Nongfu Spring telah menimbulkan kekhawatiran media pemerintah, ketika Beijing berusaha menggalang dukungan pada bisnis swasta untuk membantu meredam kemerosotan ekonomi.
Melansir CNN Business, ditulis Jumat (15/3/2024) kritik terhadap Zhong Shanshan bermula saat pendiri Wahaha Group, Zong Qinghou, salah satu pesaing terbesar Nongfu String, wafat bulan lalu.
Zong Qinghou dikenal sebagai seorang tokoh nasionalis yang dihormati, yang terkenal sebagai pesaing perusahaan makanan asal Prancis, Danone dalam perselisihan bisnis sekitar 20 tahun lalu, dan menang.
Kematiannya memicu perbandingan yang tidak menyenangkan dengan Zhong Shanshan dan berkembang menjadi serangan terhadap segala hal mulai dari elemen Jepang yang dirasakan dalam kemasan produk Nongfu Spring hingga kewarganegaraan Amerika Serikat yang dipegang oleh putra Zhong Shanshan, seorang direktur non-eksekutif perusahaan dan calon penerus untuk mengambil alih bisnis tersebut.
"Zhong Shuzi akan mewarisi aset ayahnya yang sangat besar. Namun sebagai orang terkaya masa depan di China, dia adalah warga negara Amerika. Sungguh sulit dipercaya,” tulis seorang pengguna Weibo dengan nama “Internationale.”
Kritikus online juga membandingkan desain berbentuk ikan mas pada label minuman teh beras merah Nongfu Spring dengan kaus kaki angin koinobori bendera ikan mas tradisional Jepang.
Mereka juga menyebarkan foto dan video online yang mengaitkan kuil yang tertera pada label salah satu minuman teh hijaunya dengan Sensoji di Tokyo.
Advertisement
Hadapi Seruan Boikot di Internet
Seruan boikot telah merajalela secara online. Dalam salah satu video pendek, terlihat sebuah toko kecil mengganti semua air kemasan dari Nongfu dengan milik Wahaha.
Di supermarket lain, sebuah supermarket mengembalikan freezer Nongfu yang memajang minumannya kepada perusahaan. Video tersebut menjadi viral di platform Douyin dengan lebih dari 300.000 suka.
Kampanye online ini telah memberikan pukulan terhadap harga saham Nongfu. Sahamnya yang terdaftar di Hong Kong telah kehilangan hampir 5 persen sejak akhir Februari, menghapus sekitar USD 3 miliar dari kapitalisasi pasarnya, menurut perhitungan CNN.
Kekayaan Zhong Shanshan Anjlok Rp 31 Triliun
Zhong Shanshan sendiri juga mengalami kerugian sebesar USD 2 miliar atau Rp 31,1 triliun dari kekayaan pribadinya sejak 1 Maret 2024, menurut Indeks Miliarder Bloomberg.
Saat ini, kekayaannya tercatat sebesar USD 64,5 miliar atau setara Rp. 1 kuadriliun, tetapi masih menjadi orang terkaya di China, menurut Indeks tersebut.
Menghilang Sejak 2023, Miliarder Bankir China Tiba-Tiba Mundur dari Semua Jabatan
Sebelumnya diberitakan, bankir asal China Bao Fan, yang juga dikenal sebagai miliarder yang telah hilang selama hampir setahun, diketahui mengundurkan diri dari semua jabatan di perusahaannya, China Renaissance Holdings.
Dikutip dari BBC, Senin (5/2/2024) China Renaissance mengungkapkan bahwa Bao Fan mengundurkan diri "karena alasan kesehatan dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk urusan keluarganya”.
Dalam pengajuan terbarunya, perusahaan tersebut mengatakan salah satu pendirinya, Xie Yi Jing, akan mengambil peran paling senior menggantikan Bao Fan.
“(Bao) tidak mempunyai perselisihan dengan Dewan dan tidak ada masalah lain terkait pengunduran dirinya yang perlu menjadi perhatian pemegang saham", tambahnya.
Namun, perusahaan tidak memberikan rincian apapun tentang keberadaan Bao Fan. Hilangnya Bao dari hadapan publik pada Februari 2023 lalu mengejutkan komunitas bisnis dan investasi di China.
Hanya beberapa hari kemudian, China Renaissance mengatakan dia bekerja sama dengan pihak berwenang yang melakukan penyelidikan.
Saat itu, China Renaissance mengatakan: "Dewan telah mengetahui bahwa Bao saat ini bekerja sama dalam penyelidikan yang dilakukan oleh otoritas tertentu di Republik Rakyat China."
“Perusahaan akan bekerja sama dan membantu permintaan sah apa pun dari otoritas RRT terkait, jika dan ketika dibuat,” jelasnya.
Pengumuman tersebut merupakan pertama kalinya China Renaissance memberikan alasan hilangnya pendirinya.
Sebagai informasi, Bao Fan salah satu bankir paling terkenal di China dengan daftar klien yang mencakup raksasa teknologi Tencent, Alibaba, dan Baidu.
Advertisement