Liputan6.com, San Vicente - Wali kota termuda dalam sejarah Ekuador ditemukan tewas tertembak di samping stafnya di dalam mobil di pinggir jalan di negara Amerika Selatan itu pada Minggu pagi, menurut polisi.
Reuters melaporkan bahwa Wali Kota San Vicente, Brigitte Garcia yang berusia 27 tahun, dan direktur komunikasinya, Jairo Loor, ditemukan tewas tertembak di Provinsi Manabi.
Advertisement
Polisi nasional mengatakan mereka sedang menyelidiki kematian tersebut, dan menambahkan bahwa tampaknya tembakan berasal dari dalam mobil.
Kendaraan yang ditumpangi Wali Kota Garcia dan Loor disewa dan memiliki sistem GPS di dalamnya yang dilacak.
Garcia adalah anggota Partai Citizen Revolution Movement Gerakan Revolusi Warga) yang dipimpin mantan Presiden Rafael Correa.
Ekuador berada di tengah gelombang kekerasan yang menurut pihak berwenang disebabkan oleh perdagangan narkoba.
Correa dan kandidat presiden dari partai tersebut dalam pemilu terbaru negara itu, Luisa Gonzalez, menyebut kematian Garcia sebagai pembunuhan terhadap X.
"Saya baru tahu mereka telah membunuh teman Wali Kota San Vicente Brigitte Garcia," kata Gonzalez dalam sebuah postingan seperti dikutip dari Fox News, Senin (25/4/2024). "Saya tidak bisa berkata-kata, saya terkejut, tidak ada seorang pun yang selamat di Ekuador, tidak ada".
Brigitte Garcia adalah tokoh politik terbaru di Ekuador yang dibunuh.
Agustus 2023 lalu, calon presiden Fernando Villavicencio, seorang kritikus korupsi dan kejahatan terorganisir, dibunuh ketika ia meninggalkan acara kampanye hanya dua minggu sebelum para pemilih berangkat ke tempat pemungutan suara.
Keadaan Darurat
Presiden Daniel Noboa bahkan pada bulan Januari mengumumkan keadaan darurat di negaranya setelah meningkatnya kekerasan. Dalam satu contoh, orang-orang bersenjata menyerbu sebuah stasiun televisi saat siaran langsung.
Noboa juga telah menetapkan 22 kelompok kriminal sebagai organisasi teroris.
Meskipun deklarasinya dibuat pada bulan Januari, Noboa memperpanjang keadaan darurat pada awal Maret ini.
Pada hari Minggu (24/3/2024), pemerintah Noboa mengutuk pembunuhan tersebut dan mengatakan pihaknya bekerja sama dengan polisi nasional untuk memastikan penyelidikan cepat.
Kematian Garcia mengejutkan Pemerintah Kota San Vicente.
“Mari kita selalu mengingat semangat gigihnya, kemanusiaannya, dan dedikasinya untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik,” tulis pemerintah kota di X. “Bersinar selamanya sebagai warga negara abadi [Brigitte]."
Dalam salah satu postingan terbaru Garcia, dia memberi tahu konstituennya bahwa dia bertemu dengan bank untuk membahas tahapan proyek air guna mengalirkan air ke wilayah mereka. "Bersama-sama, kita membangun masa depan yang lebih cerah bagi komunitas kita," tulisnya.
Advertisement
Berupaya Ambil Alih Rumah Sakit di Ekuador, 68 Orang Ditangkap Polisi
Sebelumnya, polisi di Ekuador --negara yang dilanda kekerasan-- menangkap 68 orang pada Minggu 21 Januari 2024 yang berusaha mengambil alih sebuah rumah sakit di barat daya negara itu di tengah 'perang' antara geng narkoba dan pasukan keamanan.
"Kami menetralisir tersangka teroris yang mencoba mengambil alih fasilitas rumah sakit di Yaguachi, Guayas," polisi mengumumkan di X, bekas Twitter seperti dikutip dari AFP, Senin (22/1/2024).
Mereka yang ditahan diyakini berusaha menyelamatkan rekannya yang dirawat di rumah sakit karena cedera beberapa jam sebelumnya, tambah keterangan polisi.
Polisi kemudian menyita sejumlah senjata api dan obat-obatan terlarang.
Polisi mengatakan mereka juga menggerebek sebuah "pusat rehabilitasi" yang merupakan pusat komando geng dan rumah bordil, dan tempat beberapa tersangka anggota geng bersembunyi.
Adapun pihak berwenang Ekuador baru-baru ini menutup ratusan pusat rehablitasi yang pada dasarnya merupakan rumah sakit rahasia yang dikelola geng dan menurut pihak berwenang tidak memiliki fasilitas yang layak untuk merawat pasien.
Ekuador yang pernah dianggap sebagai benteng perdamaian di Amerika Latin, kini terjerumus ke dalam krisis setelah bertahun-tahun melakukan ekspansi oleh kartel transnasional yang menggunakan pelabuhannya untuk mengirimkan narkoba ke Amerika Serikat dan Eropa.
Setelah serangkaian kekerasan baru-baru ini yang dipicu oleh kaburnya Adolfo Macias dari penjara, gembong narkoba yang dikenal sebagai "Fito", Presiden Daniel Noboa memberlakukan keadaan darurat dan mendeklarasikan negara tersebut dalam "perang" melawan geng.
Kartel narkoba bereaksi cepat, mengancam akan mengeksekusi warga sipil dan pasukan keamanan serta menyandera puluhan polisi dan petugas penjara -- kini telah dibebaskan.
Ekuador Klaim Bebaskan Seluruh Sandera di Penjara, Kolombia Siaga Buron Gembong Narkoba Menyeberang ke Wilayahnya
Sementara itu, sebelumnya sejumlah orang disandera di penjara-penjara yang dikendalikan geng di Ekuador, demikian klaim pemerintah, hampir sepekan setelah negara Amerika Selatan itu diguncang gelombang kekerasan besar-besaran.
Beruntung para sandera bisa dibebaskan dengan cepat.
"Semua sandera telah dibebaskan," kata kepresidenan Ekuador melalui media sosial pada Sabtu malam 13 Januari 2024 dikutip dari The Guardian, Senin (15/1/2024).
Tidak jelas secara pasti berapa banyak tawanan yang telah diselamatkan dari penjara-penjara yang terkenal penuh sesak di negara tersebut, namun pekan lalu pemerintah mengatakan 158 penjaga penjara serta 20 pegawai lainnya ditahan. Video di media sosial menunjukkan penjaga penjara yang ketakutan ditahan dan diancam oleh anggota geng bersenjatakan parang yang telah menyita banyak pusat penahanan di Ekuador.
Saudara laki-laki salah satu sipir penjara yang diculik di Ambato, sebuah kota 155 mil di selatan ibu kota Ekuador, Quito, membenarkan bahwa kerabatnya telah dibebaskan pada Sabtu (13/1) sore. "Syukurlah semua orang selamat dan sehat dan saudara laki-laki saya sekarang ada di rumah bersama kami," katanya pada Minggu (14/1) pagi, di tengah laporan bahwa pasukan keamanan menyerbu beberapa lembaga pemasyarakatan besar di mana para tahanan juga berkumpul.
Pekan kekacauan di Ekuador dimulai pada dini hari Senin (8/1) lalu ketika seorang gembong narkoba, pemimpin geng terkenal bernama Jose Adolfo Macias, yang dikenal dengan nama samaran "Fito" dilaporkan menghilang dari selnya. Keberadaannya masih menjadi misteri hingga kini.
Ledakan kekerasan dan kekacauan berskala nasional terjadi pada hari-hari berikutnya, ketika para gangster membakar gedung-gedung, menyerang pasukan keamanan dan memasang bom mobil yang merupakan salah satu ledakan kekerasan paling ekstrem dalam sejarah Ekuador baru-baru ini.
Sebagai tanggapan, Presiden Ekuador, Daniel Noboa, menyatakan negaranya berada dalam "konflik bersenjata internal" dan memerintahkan tindakan keras polisi dan tentara terhadap geng-geng tersebut. Sejauh ini, 1.105 orang telah ditangkap dan lima orang yang diduga "teroris" terbunuh, sementara dua petugas polisi juga kehilangan nyawa, menurut data pemerintah.
Advertisement