Liputan6.com, Port Moresby - Gempa bumi dilaporkan mengguncang Papua Nugini.
"Sedikitnya lima orang tewas dan sekitar 1.000 rumah hancur ketika gempa berkekuatan magnitudo 6,9 mengguncang Papua Nugini," kata para pejabat pada Senin ketika tim bencana berdatangan ke wilayah tersebut seperti dikutip dari AFP.
Advertisement
Lusinan desa yang terletak di tepi Sungai Sepik yang terkenal di negara itu tengah berjuang melawan banjir ketika gempa terjadi pada Minggu (24/3) pagi.
"Sejauh ini, sekitar 1.000 rumah telah hilang," kata Gubernur Sepik Timur Allan Bird, seraya menambahkan bahwa tim darurat "masih menilai dampak" dari gempa yang "merusak sebagian besar wilayah provinsi".
Komandan polisi provinsi Christopher Tamari mengatakan kepada AFP bahwa pihak berwenang sejauh ini mencatat lima kematian akibat bencana gempa Papua Nugini terkini tersebut.
Tamari memperingatkan bahwa dengan kru darurat yang masih melakukan perjalanan ke wilayah terpencil dan tertutup hutan, jumlah korban jiwa "bisa jadi lebih banyak".
Foto-foto menunjukkan rumah-rumah kayu beratap jerami yang rusak ambruk karena terendam banjir setinggi lutut, sementara sebuah jembatan tua di ibu kota Provinsi Wewak roboh akibat tekanan tersebut.
Gubernur wilayah tersebut, Bird, mengatakan ada kebutuhan mendesak untuk menyalurkan pasokan medis, air minum bersih, dan tempat perlindungan sementara ke zona bencana.
Perdana Menteri James Marape telah menyetujui paket pendanaan darurat sebesar US$130 juta untuk membantu upaya pemulihan setelah "serentetan bencana alam" di seluruh negeri.
"Papua Nugini baru-baru ini dilanda gempa bumi, banjir akibat hujan lebat dan tanah longsor, gelombang pasang, angin kencang, dan lain-lain," katanya dalam pernyataan Minggu malam setelah gempa.
Bencana Tengah Meliputi Papua Nugini
Banjir, tanah longsor dan hujan lebat awal bulan Maret ini menewaskan sedikitnya 23 orang di wilayah Dataran Tinggi pedalaman Papua Nugini.
Sungai Sepik berkelok-kelok sepanjang ratusan kilometer melalui provinsi Sepik Timur di Papua Nugini, mengalir turun dari hutan dataran tinggi dan keluar menuju pantai tropis.
Sebagian besar tidak tersentuh oleh pembangunan perkotaan dan industri, ini adalah salah satu saluran air terakhir yang masih asli di negara ini -- dan merupakan sungai terpanjang di pulau ini.
Penuh dengan spesies asli dan tanaman langka, kawasan ini pernah dijuluki sebagai "Amazon kedua" di planet Bumi ini.
Advertisement
Papua Nugini Peringkat ke-16 Negara Paling Berisiko Perubahan Iklim dan Bencana Alam
Gempa bumi sering terjadi di Papua Nugini, yang terletak di puncak "Cincin Api" seismik – sebuah busur aktivitas tektonik intens yang membentang melalui Asia Tenggara dan melintasi cekungan Pasifik.
Meskipun bencana ini jarang menimbulkan kerusakan luas di dataran tinggi hutan yang jarang penduduknya, namun bencana tersebut dapat memicu tanah longsor yang merusak.
Banyak dari sembilan juta warga negara kepulauan ini tinggal di luar kota-kota besar, di mana medan yang sulit dan jalan yang tertutup dapat menghambat upaya pencarian dan penyelamatan.
Papua Nugini berada di peringkat ke-16 negara yang paling berisiko terhadap perubahan iklim dan bencana alam, menurut 2022 World Risk Index (Indeks Risiko Dunia tahun 2022).