Angkat Adrem Jadi Ikon Kuliner Bantul, BRI Perluas Pemasaran Lewat Desa BRILiaN

Adrem merupakan makanan tradisional khas Bantul, khususnya di Desa Murtigading, Kecamatan Sanden.

oleh Anugerah Ayu Sendari diperbarui 25 Mar 2024, 19:40 WIB
Pembuatan adrem di rumah produksi Adrem Mbak Dewi di Pedukuhan Piring II, Desa Murtigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul (Foto: Liputan6.com/Anugerah Ayu).

Liputan6.com, Bantul Manis dan legit, begitulah rasanya ketika mencicipi kue adrem. Kuliner khas Bantul ini mungkin belum sepopuler bakpia atau gudeg di Yogyakarta. Namun, adrem punya jejak sejarah panjang. Ini terlihat dari disebutnya adrem dalam Serat Centhini yang ditulis pada abad ke-18 Masehi.

Di Bantul, adrem sudah jadi camilan turun temurun. Ia biasa ditemukan di pasar tradisional, penjual jajan pasar, atau dibuat sendiri di rumah. 

Padukuhan Piring II, Desa Murtigading, Kecamatan Sanden merupakan salah satu sentra adrem yang ada di Kabupaten Bantul. Di dusun ini berkumpul para perempuan pembuat adrem yang disatukan dalam Paguyuban Adrem Mawar Merah. 

Adha Dewi Prihantini (38) merupakan salah satu pembuat adrem di paguyuban tersebut. Perempuan yang akrab disapa Dewi ini punya mimpi menjadikan adrem sebagai ikon Kabupaten Bantul.

Adrem ini sebenarnya kue khas Bantul, khususnya di daerah Sanden. Banyak warga di sini yang membuat adrem lalu dijual ke pasar atau bakul,” ujar Dewi saat ditemui di rumahnya.


Ciri Khas Adrem

Kue adrem dengan bentuk dan rasanya yang khas (Foto: Liputan6.com/Anugerah Ayu).

Adrem punya tampilan cukup unik. Bentuknya kerucut dengan lipatan di empat sisinya. Warnanya cokelat keemasan khas makanan yang terbuat dari gula jawa. Dewi menyebutkan, proses pembuatan adrem cukup mudah. Bahan-bahan yang dibutuhkan pun tak sulit dicari.

Sekilas bahan pembuatan adrem mirip dengan kue cucur. Ada tepung beras, terigu, gula jawa, air, dan garam. Bedanya, ada parutan kelapa yang dicampurkan ke dalam adonan adrem yang kemudian digoreng dalam minyak panas. Ini membuat cita rasa adrem menjadi manis plus gurih yang khas. 

“Beda adrem dengan cucur adalah tambahan parutan kelapanya. Rasanya jadi lebih gurih,” Dewi menjelaskan.

Di kalangan masyarakat Yogyakarta, adrem lebih populer dengan nama tolpit. Julukan ini didapat karena bentuknya yang mirip alat kelamin pria. Ada juga yang menyebut tolpit diambil dari cara pembuatannya, yaitu dijepit dengan sumpit.


Paguyuban Adrem Mawar Merah

Paguyuban Adrem Mawar Merah yang berada di Desa Murtigading, Sanden, Bantul (Foto: Liputan6.com/Anugerah Ayu).

Para pembuat adrem di padukuhan Piring II tergabung dalam Paguyuban Adrem Mawar Merah. Sejak 2015 hingga saat ini, ada empat produsen adrem di paguyuban tersebut. Tiap produsen biasanya mempekerjakan 6-8 pembuat adrem. 

Dewi merupakan produsen adrem yang kini sudah memiliki 6 karyawan. Seluruh karyawannya dulu merupakan pembuat adrem yang bersifat individu. Di bawah paguyubannya, Dewi memproduksi adrem dengan brand Adrem Mawar Merah Mbak Dewi. Setiap hari, Dewi bisa memproduksi hampir 50 kilogram adrem. 

“Seharinya itu kan kalau hari biasa bisa di bawah 50 kilogram, dan kalau akhir pekan bisa di atas 50 kilogram,” ujar Dewi. 

Permintaan bisa meningkat menjelang lebaran dengan produksi sampai satu kuintal dengan omzet kotor mencapai rp60 juta. Keuntungan ini tak akan didapat jika para pembuat adrem masih bergerak secara individu.

Menurut Dewi yang juga salah satu penginisiasi Paguyuban Adrem Mawar Merah, kelompok tersebut dibentuk untuk membantu para pembuat adrem agar bisa memasarkan adremnya lebih luas lagi.  Sebelum bergabung ke paguyuban, tiap pembuat adrem hanya memasarkan adrem ke penjual kue keliling, warung, atau pasar tradisional terdekat. 

Setelah paguyuban terbentuk, hasil produksi adrem tersebut bisa terserap lebih luas ke daerah lain. Adanya paguyuban juga menarik wisatawan untuk datang dan menjadikan adrem sebagai oleh-oleh.

Untuk memperluas potensi pasar, Dewi juga berinovasi dengan membuat adrem dengan beragam varian rasa seperti melon, stroberi, dan durian. Inovasi ini bertujuan menjangkau semua kalangan.


BRI bantu perkembangan usaha adrem

Proses pembuatan adrem yang sangat khas. (Foto: Liputan6.com/Anugerah Ayu).

Sebagai upaya untuk memastikan usahanya terus berjalan, Dewi juga mengajukan bantuan pinjaman modal ke Bank Rakyat Indonesia (BRI). Pada 2019, Dewi mengajukan Kredit Usaha Pedesaan (Kupedes) sebesar rp100 juta untuk operasional usaha, termasuk membeli kendaraan guna mendistribusikan hasil produksinya.

Perkembangan usaha adrem yang dikelola Dewi makin dilirik BRI. Sejak 2022, Adrem Mawar Merah menjadi klaster usaha mikro kecil menengah (UMKM) binaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) di bawah Kantor Unit Sanden. 

Wahyuni Widayati, Mantri BRI Sanden merupakan sosok yang menemukan potensi adrem sebagai makanan khas Bantul. Menurut Yuni, adrem nantinya bisa mengangkat perekonomian di Padukuhan Piring II dan Desa Murtigading secara keseluruhan.

“Adrem itu produk ikonik khas sanden, di tempat lain tidak ada. Ini bisa jadi potensi meningkatkan ekonomi warga,” ujar Yuni saat ditemui di Kantor Unit BRI Sanden, Rabu (20/3/2024).

Menjadi UMKM binaan BRI membuat UMKM adrem mendapat banyak pendampingan. Dewi sendiri sudah pernah mendapat pelatihan manajemen keuangan dan digital marketing. BRI lewat Rumah BUMN juga memberi pelatihan pengemasan bagi para pembuat adrem. Anggota paguyuban pun dipermudah dalam peminjaman modal usaha.


Jadi ikon Desa Murtigading, Calon Desa BRILiaN

Pendaftaran Desa BRILian 2024. (Foto: Istimewa)

Klaster UMKM Adrem masuk dalam wilayah Desa Murtigading yang ada di Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul. Di awal 2024, desa ini diusulkan untuk mengikuti kompetisi Desa BRILiaN yang diadakan BRI. 

Desa BRILiaN adalah sebuah inisiatif BRI dalam pemberdayaan masyarakat desa. Desa-desa yang berpartisipasi dalam program Desa BRILiaN diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi bagi kemajuan desa yang dapat diadopsi oleh desa-desa lainnya. 

Desa Murtigading dinilai memiliki potensi lokal mencakup pengembangan ekonomi masyarakat yang ada di dalamnya. Klaster adrem yang merupakan binaan BRI menjadi salah satu ikon khas desa ini. Potensi ini nantinya diharapkan bisa menarik wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Bantul dan meningkatkan pemasaran adrem itu sendiri.

“Dengan adanya Desa BRILiaN , harapannya bisa membuka peluang pemasaran untuk adrem ini sendiri,” ujar Yuni. 

Sementara itu, Kepala Unit BRI Sanden Muhammad Efendi berharap, dengan pendampingan dan pelatihan yang sudah diberikan, UMKM adrem bisa mendorong nilai Desa Murtigading untuk bersaing dalam kompetisi Desa BRILiaN 2024. 

"Harapan kami dengan adanya pelatihan dan pembinaan, nanti bisa berkembang, nanti di ajang kompetisi yang levelnya bisa nasional bisa mewakili menjadi juara," ujar Efendi. 

Desa BRILiaN memiliki peran penting dalam memperkuat ekonomi lokal melalui berbagai inisiatif seperti pengembangan UMKM, promosi produk lokal, serta pelatihan kewirausahaan bagi masyarakat desa. Desa BRILiaN yang diadakan oleh BRI bertujuan untuk memberdayakan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa secara menyeluruh.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya