Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah menghijau pada perdagangan saham Senin (25/3/2024). Penguatan IHSG terjadi di tengah mayoritas sektor saham yang tertekan dan investor asing jual saham Rp 316 miliar.
Dikutip dari data RTI, IHSG menguat 0,38 persen ke posisi 7.377,76. Indeks LQ45 naik 0,52 persen ke posisi 1.001,90. Sebagian besar indeks saham saham acuan menghijau.
Advertisement
Pada awal pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 7.377,76 dan terendah 7.316,92. Sebanyak 334 saham melemah sehingga menahan penguatan IHSG. Sementara itu, 247 saham menguat dan 193 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan 988.212 kali dengan volume perdagangan 15,3 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 11,4 triliun. Investor asing jual saham Rp 316,8 miliar. Sepanjang 2024, investor asing beli saham Rp 27,9 triliun.
Awal pekan ini, saham COCO melambung 21,10 persen ke posisi Rp 264 per saham. Saham COCO dibuka stagnan di posisi Rp 218 per saham. Harga saham COCO berada di level tertinggi Rp 272 dan terendah Rp 218 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.158 kali dengan volume perdagangan 67.025 saham. Nilai transaksi Rp 1,7 miliar.
Kenaikan harga saham COCO di tengah lonjakan harga kakao. Mengutip kanal Bisnis Liputan6.com, harga kakao global saat ini sudah mendekati USD 9.000 per metrik ton. Pada Jumat, 22 Maret 2024, harga minyak mencapai titik tertinggi baru sepanjang masa, bertahan naik 4,4% pada USD 8,940 per ton. Harga juga naik lebih dari 10% untuk minggu ini.
Ketika 2024 dimulai, harga kakao diperdagangkan di bawah USD 4.200 per ton. Alasan lonjakan harga secara besar-besaran ini disebabkan oleh terganggunya pasokan dan permintaan.
Sementara itu, saham PTMP melemah 11,56 persen ke posisi Rp 176 per saham. Saham PTMP dibuka stagnan di posisi Rp 199 per saham. Saham PTMP berada di level tertinggi Rp 199 dan terendah Rp 162 per saham. Total frekuensi perdagangan 20.827 kali dengan volume perdagangan 959.680 saham. Nilai transaksi Rp 16,9 miliar.
Dikutip dari Antara, tim riset Philip Sekuritas Indonesia menyebutkan, pekan ini, investor akan memantau rilis data Inflasi dari sejumlah negara di dunia, terutama Amerika Serikat (AS).
Sentimen yang Bayangi IHSG
Data Personal Consumption Expenditure (PCE) Price Index dari AS, sebagai indikator favorit The Fed untuk mengukur inflasi di AS dijadwalkan akan dirilis pada Jumat (29/03), dan diperkirakan memperlihatkan laju kenaikan harga-harga yang masih cukup tinggi pada Februari 2024. PCE Price Index bakal tumbuh 0,4 persen month to month (mtm) pada Februari 2024, atau lebih cepat dari laju kenaikan 0,3 persen (mtm) pada bulan sebelumnya.
Sebaliknya, Core PCE Price Index bakal naik 0,3 persen (mtm) pada Februari 2024, atau melambat dari 0,4 persen (mtm) pada bulan sebelumnya. Di sisi lain, prospek tercapainya gencatan senjata di jalur Gaza, berpotensi membuat pasokan minyak mentah dapat bergerak lebih leluasa secara global, sehingga memberi tekanan atas harga sementara perang di Eropa dan penyusutan jumlah rig pemboran migas di AS menahan kejatuhan harga.
Advertisement
Top Gainers-Losers
Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:
- Saham SLIS melonjak 33,33 persen
- Saham ARTI melonjak 33,33 persen
- Saham GPSO melonjak 26,83 persen
- Saham POLU melonjak 24,61 persen
- Saham JSPT melonjak 24,54 persen
Saham-saham yang masuk top losers antara lain:
- Saham SBAT merosot 50 persen
- Saham HADE merosot 25 persen
- Saham BUAH merosot 25 persen
- Saham TOSK merosot 23,21 persen
- Saham LAPD merosot 16,87 persen
Saham-saham teraktif berdasarkan nilai antara lain:
- Saham TLKM senilai Rp 1,2 triliun
- Saham BBRI senilai Rp 716,1 miliar
- Saham BBCA senilai Rp 670,5 miliar
- Saham BMRI senilai Rp 561 miliar
- Saham AMMN senilai Rp 257,7 miliar
Saham-saham teraktif berdasarkan frekuensi antara lain:
- Saham TLKM tercatat 55.114 kali
- Saham DOOH tercatat 44.954 kali
- Saham PNLF tercatat 30.004 kali
- Saham PTMP tercatat 20.827 kali
- Saham BBCA tercatat 20.445 kali
Bursa Saham Asia Melemah
Bursa saham Asia melemah pada perdagangan Senin, 25 Maret 2024. Hal ini seiring investor fokus menanti rilis data inflasi utama Amerika Serikat yang akan rilis akhir pekan ini.
Dikutip dari Channel News Asia, setelah proyeksi suku bunga the Federal Reserve pekan lalu bakal dipangkas sebanyak tiga kali pada 2024, pelaku pasar optimistis terhadap prospek saham.
Namun, angka-angka yang menunjukkan perekonomian AS masih berada dalam kondisi kesehatan yang buruk membatasi sentimen dan meningkatkan kekhawatiran bahwa bank sentral mungkin tidak dapat menurunkan biaya pinjaman secepat yang diharapkan.
Kekhawatiran tersebut juga disampaikan oleh Ketua Fed Atlanta Raphael Bostic pada Jumat pekan lalu, ketika dia melihat inflasi masih stagnan dan hanya melihat satu kali penurunan suku bunga tahun ini, dibandingkan dua kali penurunan suku bunga yang telah dia perkirakan sebelumnya.
Perhatian kini tertuju pada rilis indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), yang merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed, dan para pelaku pasar mengharapkan angka yang menunjukkan kenaikan harga semakin melambat.
Laporan ini ikuti data terbaru berdasarkan harga konsumen dan produsen lebih tinggi dari produsen.
Bursa saham Hong Kong, Tokyo, Shanghai, Seoul, Singapura, Taipei, Manila, Jakarta dan Bangkok semua melemah, meski ada kenaikan di indeks saham Australia dan Selandia Baru.
Advertisement