Liputan6.com, Jakarta - Square Kilometre Array Observatory (SKAO) adalah proyek teleskop radio raksasa yang akan dibangun di tiga benua berbeda. Rencananya, teleskop radio ini akan ditempatkan di wilayah Afrika Selatan dan Australia, dengan Inggris sebagai lokasi kantor pusatnya.
Dikutip dari laman resmi SKAO pada Senin (25/03/2024), pembangunan SKA Observatory dimulai pada bulan Desember 2022. SKAO direncanakan selesai dibangun pada 2027 mendatang.
SKAO dikabarkan akan menjadi teleskop terbesar yang ada di dunia. Berikut fakta menarik SKAO.
Baca Juga
Advertisement
1. SKAO Merupakan Teleskop Radio
Ada dua macam teleskop yang digunakan astronom untuk mempelajari alam semesta, yaitu optik dan radio. Berbeda dengan teleskop optik yang berfungsi untuk menangkap cahaya tampak melalui lensa, teleskop radio berfungsi untuk menangkap sinyal-sinyal radio yang dipancarkan oleh alam semesta.
Data berupa sinyal-sinyal radio itulah yang akan diambil oleh SKA Observatory. Teleskop radio terdiri dari antena dan sinyal penerima, biasanya berbentuk antena parabola yang besar, atau sekumpulan parabola kecil yang disebut dengan array.
Teleskop radio digunakan untuk mempelajari bintang, galaksi, lubang hitam, dan objek astronomi lainnya. Selain menerima, teleskop radio juga bisa digunakan untuk memancarkan sinyal ke luar angkasa.
Dibangun di Dua Benua
2. Dibangun di Dua Benua
Square Kilometre Array Observatory adalah sebuah teleskop radio yang akan dibangun dari sekumpulan parabola (array). Saat ini, SKA Observatory sudah mulai dibangun di Afrika Selatan dan Australia.
Kedua lokasi tersebut dipilih karena jauh dari keramaian, mengingat teleskop radio memerlukan wilayah yang minim gangguan dari perangkat elektronik yang biasanya kita gunakan sehari-hari. SKA Observatory akan dibagi menjadi dua bagian sesuai dengan wilayahnya.
SKA-Mid yang berlokasi di Afrika Selatan akan memiliki 197 parabola yang ditujukan untuk mengamati frekuensi radio pada rentang 350 MHz hingga 15,4 GHz. Sedangkan sebanyak 131.072 parabola akan dibangun untuk SKA-Low yang berlokasi di Australia.
3. Gunakan Teknik Pencitraan Sintesis
SKAO akan beroprasi menggunakan teknologi canggih pencitraan sintesis atau aperture synthesis. Teknologi ini merupakan teknik yang memungkinkan kumpulan parabola kecil yang tersebar di berbagai wilayah untuk saling terkoneksi.
Kemudian, mereka digabungkan oleh superkomputer untuk menghasilkan sebuah data utuh. Pencitraan sintesis yang digunakan untuk SKAO memungkinkan astronom untuk mendapatkan resolusi yang lebih tinggi dan detail dari sinyal-sinyal radio.
SKAO awalnya merupakan kumpulan parabola kecil yang terbagi dalam kelompok SKA-Mid dan SKA-Low untuk bertindak seperti sebuah teleskop radio besar dengan menggunakan teknik pencitraan sintesis. Cara ini lebih efektif dibandingkan meletakkan satu parabola yang besar, karena di waktu-waktu tertentu astronom juga bisa menggunakan SKA-Mid dan SKA-Low untuk kepentingan yang berbeda.
Advertisement
Mulai Beroperasi 2028
4. Mulai Beroperasi 2028
Pembangunan Square Kilometre Array Observatory sudah melewati fase perencanaan dan persiapan sejak 3 dekade lalu. Teleskop radio terbesar di dunia yang akan menghabiskan dana kurang lebih 1,4 miliar dolar (setara sekitar Rp21,2 triliun).
SKA Observatory terbagi menjadi beberapa fase mulai dari Array Assembly 0,5 hingga Array Assembly 4. Pembangunan teleskop radio ini direncanakan rampung pada fase Array Assembly 4 selepas meletakkan 256 parabola SKA-Low dan 133 parabola SKA-Mid terakhir, yakni akhir tahun 2027.
Jika pembangunannya berjalan sesuai rencana, SKA Observatory akan mulai beroperasi pada tahun 2028.
5. Bertujuan Menantang Teori Einstein
SKA Observatory memiliki beberapa tujuan yang umum dalam penggunaan teleskop radio. Mulai dari mempelajari jejak alam semesta, evolusi alam semesta, mempelajari energi gelap, mencari kehidupan lain di luar angkasa, dan beberapa tujuan lainnya.
Melalui teknologi yang lebih modern juga memungkinkan teleskop radio ini menyingkap misteri yang belum terbayangkan. Selain itu, SKA Observatory juga memiliki satu tujuan yang menarik, yakni menantang sejauh mana kebenaran teori Einstein.
Terutama mengenai teori relativitas umumnya. Teleskop radio ini akan menguji teori Einstein dengan cara meneliti bagian-bagian alam semesta yang memiliki gravitasi kuat, seperti lubang hitam supermasif dan pulsar yang mengorbit lubang hitam.
(Tifani)