Kepala BKKBN Sebut PPKBD Tulang Punggung Percepatan Penurunan Stunting

Kepala Badan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dokter Hasto, melakukan kunjungan kerja ke Semarang Jawa Tengah.

oleh Tim News diperbarui 26 Mar 2024, 06:11 WIB
Kepala Badan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dokter Hasto, melakukan kunjungan kerja ke Semarang Jawa Tengah dalam rangka memberikan arahan pada Kegiatan Temu Kader Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD) Provinsi Jawa Tengah, bertempat di Sasana Widya Praja, BPSDMD Jawa Tengah, Senin (25/3/2024) (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dokter Hasto, melakukan kunjungan kerja ke Semarang Jawa Tengah dalam rangka memberikan arahan pada Kegiatan Temu Kader Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD) Provinsi Jawa Tengah, bertempat di Sasana Widya Praja, BPSDMD Jawa Tengah, Senin (25/3/2024).

Dokter Hasto menyampaikan rasa terimakasih kepada seluruh kader yang telah gigih berjuang dan selalu semangat mencapai keberhasilan Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dan Percepatan Penurunan Stunting (PPS).

"Kehadiran bapak/ibu semua di sini hari ini adalah bukti nyata bahwa kita mengakui betapa pentingnya peran bapak dan ibu sekalian dalam mencapai keberhasilan program, walaupun tidak digaji tapi semangatnya luar biasa," katanya dalam keterangan.

"Kita semua telah menyaksikan dampak positif yang dihasilkan dari kerja keras dengan hasil yang baik. Ini dibuktikan dengan telah berhasil diturunkannya angka kelahiran menjadi 2,16 dan angka prevalensi stunting 21,6 pada tahun 2022. Hasil ini merupakan kerja bersama antara pemerintah pusat, daerah dan mitra kerja," tambah dokter Hasto.

Menurut dokter Hasto, hasil tersebut membuktikan bahwa kader PPKBD dan sub PPKBD merupakan tulang punggung dalam menciptakan perubahan sosial yang signifikan, melalui upaya yang telah dilakukan.

"Stigma dan mitos terhadap program Bangga Kencana dan PPS telah berhasil diluruskan, peningkatan akses terhadap layanan kesehatan harus semakin ditingkatkan guna memberikan pelayanan paripurna kepada masyarakat," imbuhnya.

Dokter Hasto juga menyampaikan, saat ini BKKBN menerapkan sistem informasi yang lebih kekinian dan akuntabel yaitu aplikasi Sistem Informasi Keluarga (SIGA). SIGA merupakan data operasional bagi petugas KB dan pihak terkait dalam melakukan intervensi terhadap program BKKBN, khususnya program Bangga Kencana.

"SIGA menjadi penting karena sudah ditetapkan menjadi satu data keluarga. Nah, SIGA ini juaranya adalah di Jateng karena PPKBD dan Sub PPKBDnya luar biasa," ucap dokter Hasto.

Pada pertemuan ini dokter Hasto juga menyampaikan arahannya terkait PPS. Untuk PPS batas hamil 35 tahun dan usia menikah ideal menurut BKKBN laki-laki 25 tahun dan perempuan usia 21 tahun.

"Mengapa usia 35 tahun maksimal untuk hamil, karena pada dasarnya manusia dari lemah dikuatkan, dari kuat dilemahkan. Puncaknya ada di umur 32 tahun. Sejak umur 32 tahun kita sudah mulai menua. Sejak usia 32 tahun sudah mulai keropos tulang-tulangnya," ucapnya.

Terkait makanan, menurut dokter Hasto, sebaiknya dalam program PPS asupan protein yang dikonsumsi ibu hamil dan balita adalah protein hewani. Contohnya, lele. Karena lele lebih baik daripada daging lainnya. Lele mengandung lemak yang mngandung DHA Omega 3. "Yang membuat otak cerdas adalah DHA Omega 3," ujar dokter Hasto.

Dokter Hasto mengatakan intervensi terhadap PPS dapat disederhanakan menjadi tiga pendekatan, yaitu makanan, ukuran ideal badan, dan kahanan (lingkungan, sanitasi, jamban, rumah). "Ada yang sudah dikasih jamban tapi masih ada yang rutin BAB (buang air besar) di sungai yang bisa mnyebabkan diare, kemudian ada yang menderita TBC, karena rumahnnya kumuh jendelanya tidak ada, tidak ada sirkulasi udara."

Dokter Hasto juga mengingatkan, "Apabila ibu hamil kekurangan darah maka harus minum tablet tambah darah (TTD). Namun jangan pakai air teh, karena air teh dapat mengurangi penyerapan tablet tambah darah."

Lanjutnya, "Apabila ibu hamil kekurangan darah atau anemia maka plasentanya tipis dan anak kekurangan gizi, sehingga ukuran tubuh bayi menjadi kecil dan berpotensi terkena kekerdilan atau stunting," terang dokter Hasto.


Penurunan Stunting

Sementara itu, pada kesempatan yang sama Sekda Jawa Tengah, Sumarno, mengakui progres percepatan penurunan stunting cukup berat, terlebih merubah pola hidup masyarakat.

“Kurangnya edukasi kepada masyarakat saya kira, makanya keberadaan perkumpulan keluarga berencana ini sangat penting sebagai ujung tombak,” katanya.

Dalam kesempatan itu juga diserahkan donasi senilai Rp77 juta untuk korban banjir di enam kabupaten kota. Di antaranya Pekalongan, Kota Semarang, Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus dan Kabupaten Pati.

Kegiatan ini dihadiri Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah; Deputi Bidang Advokasi Penggerakan dan Informasi BKKBN; Asisten Pemerintahan dan Kesra Provinsi Jawa Tengah; Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah; Kepala Dinas Perempuan dan Anak; Kepala Dinas Kesehatan; Kepala Biro Kesra Setda Provinsi Jawa Tengah.

Juga dihadiri Ketua Perkumpulan Kader Keluarga Berencana Provinsi Jawa Tengah; Ketua Ikatan Penulis Keluarga Berencana Jawa Tengah; Direktur Komunikasi, Informasi, dan Edukasi BKKBN; Plt Direktur Penggerakan Lini Lapangan BKKBN; Para Kepala OPD KB Kabupaten/Kota; Para kader PPKBD dan Sub PPKBD se-Jawa Tengah.

Infografis Rekayasa Lalu Lintas di Tol Saat Arus Mudik Lebaran 2024. (Liputan6.com/Abdillah)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya