30 Maret 1979: Bom Mobil Bunuh Menteri Irlandia Utara Airey Neave

30 Maret 1979 tepat 45 tahun lalu, Menteri Irlandia Utara, Airey Neave tewas terbunuh oleh bom yang berada di mobilnya saat ia meninggalkan tempat parkir mobil di House of Commons.

oleh Fitria Putri Jalinda diperbarui 30 Mar 2024, 06:00 WIB
Ilustrasi bom nuklir dalam Perang Dunia

Liputan6.com, Dublin - 30 Maret 1979 tepat 45 tahun lalu, Menteri Irlandia Utara, Airey Neave tewas terbunuh oleh bom yang berada di mobilnya saat meninggalkan tempat parkir mobil di House of Commons.

Bom tersebut dikatakan sangat canggih, dan meledak ketika Menteri Airey Neave mulai berjalan ke arah keluar sesaat sebelum pukul 3 sore waktu setempat.

Layanan darurat di sana tiba di lokasi dalam hitungan menit.

Mengutip dari BBC.com, Sabtu (30/3/2024), anggota Parlemen Konservatif berusia 63 tahun yang dikenal karena garis kerasnya terhadap keamanan anti-IRA itu dibawa ke Rumah Sakit Westminster di mana dia meninggal karena luka-lukanya.

Sementara itu, dua kelompok IRA dan Tentara Pembebasan Nasional Irlandia mengklaim merekalah yang melakukan pembunuhan tersebut.

Tidak diketahui kapan bom tersebut terpasang di mobil Airey Neave, namun penyelidik yakin bahwa alat pengatur waktu dan alat getar -yang meledakkan bom melalui gerakan- digunakan untuk memastikan bom meledak saat Airey Neave meninggalkan gedung House of Commons.

Area di sekitar lapangan parlemen tersebut langsung ditutup saat polisi mulai melakukan penggeledahan besar-besaran di lokasi tersebut.

Meskipun terdapat peningkatan ancaman terhadap keselamatan anggota parlemen, tidak semua mobil diperiksa sepenuhnya saat memasuki tempat parkir.

Gilbert Kellard, asisten komisaris Kepolisian Metropolitan mengatakan bahwa Airey Neave sadar akan bahaya tersebut dan “senang dan puas” dengan keamanannya.

 


Respons dari Perdana Menteri dan Pemimpin Parlemen

Ilustrasi klakson mobil. (sumber: oddee)

Sementara itu, pemimpin konservatif, Margaret Thatcher memberikan penghormatan kepada Airey Neave dengan mengatakan: "Dia adalah salah satu pejuang kebebasan. Berani, setia, benar.

"Dia hidup demi keyakinannya dan kini dia mati demi keyakinannya," ujar Margaret Thatcher.

Perdana Menteri James Callaghan mengatakan: "Tidak ada upaya yang akan dilakukan untuk membawa para pembunuh ke pengadilan dan untuk membersihkan Inggris dari momok terorisme."

Pembunuhan tersebut diperkirakan terjadi bertepatan dengan dimulainya kampanye pemilu yang diumumkan saat itu.

Airey Neave adalah penasihat dekat Margaret Thatcher, dia memimpin kampanyenya untuk menjadi pemimpin Partai Konservatif dan mengepalai kantor pribadinya.

Bom yang meledak pada pukul tiga kurang satu menit itu menimbulkan suara dahsyat dan gemanya terdengar dari dinding ke dinding di New Palace Yard selama beberapa detik, mengutip dari theguardian.com.

Sementara itu di ruangan tempat Peter Rees baru saja mulai berbicara mengenai Rancangan Undang-Undang Credit Union, terdengar suara gemuruh.


Sesaat Sebelum Kejadian

Ilustrasi ledakan. (Liputan6.com)

Di lobi para anggota itulah saat terakhir Airey Neave mengadakan percakapan terakhirnya, ia sempat berbincang dengan rekan-rekannya sebelum menyeberang ke pintu keluar dan naik lift ke tempat parkir bawah tanah untuk mengambil mobilnya.

Seperti anggota parlemen lainnya, dia pasti mengemudikan mobilnya berputar-putar hingga mencapai puncak tempat parkir dan di tengah jalan terakhir itulah ledakan terjadi.

Ketika anggota parlemen, jurnalis dan staf bergegas ke jendela dan turun ke halaman, asap sudah mengepul dari mobil tersebut.

Saat mereka mendekat, mereka melihat ada seorang pria yang masih bernapas dengan wajah terbakar hingga tak bisa dikenali lagi. 

Dalam beberapa saat, ambulans, pemadam kebakaran, dan mobil polisi telah memenuhi Halaman House of Commons dan pagar hitam dipenuhi warga yang mengintip dari luar.


Pelaku 'Pembunuhan'

Ilustrasi Pembunuhan (Istimewa)

Melansir dari rte.ie, setelah tragedi pembunuhan Airey Neave, perhatian segera beralih ke siapa yang melakukan kejahatan brutal ini. 

Awalnya, Tentara Republik Irlandia Sementara mengaku bertanggung jawab, namun dikatakan pelaku sebenarnya adalah INLA. 

Pada saat tragedi ini, INLA yang diyakini memiliki sekitar 60 anggota aktif mereka bersenang-senang di depan umum setelah pembunuhan Airey Neave.

Rencana untuk membunuh Airey Neave dilaksanakan dengan ketepatan militer.

Pada minggu-minggu menjelang pembunuhannya, sebuah dokumen disusun tentang dia yang menetapkan "kebiasaan dan rutinitasnya".

Menurut catatan British Home Office (HO) yang tidak diklasifikasikan, markas besar INLA dan kepala staf umum mengizinkan pembunuhan Airey Neave setelah menerima konfirmasi jatuhnya pemerintahan Partai Buruh.

INFOGRAFIS: Deretan Kasus Ledakan Bom di Indonesia (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya