Liputan6.com, Jakarta Tidak semua pasien diabetes atau diabetisi dianjurkan untuk menjalankan puasa Ramadhan. Pasalnya, setiap pasien memiliki kondisi berbeda tergantung kategori risikonya.
Menurut dokter spesialis penyakit dalam Eka Hospital Bekasi, Melisa Diah Puspitasari, ada tiga kategori risiko pasien diabetes yang boleh dan tak dianjurkan menjalankan puasa. Tiga kategori itu yakni:
Advertisement
Risiko Sangat Tinggi
Diabetisi dengan risiko sangat tinggi tidak dianjurkan untuk menjalankan puasa Ramadhan karena dikhawatirkan penyakitnya semakin parah. Diabetisi dengan risiko sangat tinggi adalah pasien dengan kondisi:
- Hipoglikemi berat dalam 3 bulan terakhir menjelang Ramadhan.
- Riwayat hipoglikemi yang berulang.
- Hipoglikemi yang tidak disadari (unawareness hypoglycemia).
- Kendali glikemi buruk yang berlanjut.
- Diabetes melitus (DM) tipe 1.
- Sakit (illness) akut.
- Koma akibat hiperglikemi dalam 3 bulan terakhir menjelang Ramadhan.
- Menjalankan pekerjaan fisik yang berat.
- Hamil.
- Pasien ginjal yang melakukan hemodialisis/ cuci darah rutin.
Risiko Tinggi
Kategori risiko yang kedua bagi pasien diabetes yang hendak jalankan puasa Ramadhan adalah risiko tinggi. Diabetisi dengan risiko tinggi juga tak dianjurkan untuk menjalankan puasa Ramadhan.
Pasien dengan risiko tinggi adalah orang-orang dengan:
- Hiperglikemi sedang (rerata glukosa darah 150–300 mg/dL atau HbA1c 7,5–
- 9 persen).
- Ada gangguan fungsi ginjal.
- Hidup sendirian dan mendapat terapi insulin atau sulfonilurea.
- Usia lanjut dengan komorbid.
- Mengidap diabetes melitus dengan komplikasi jantung, stroke atau sumbatan pada pembuluh darah.
Risiko Ringan hingga Sedang
Kategori ketiga adalah risiko ringan-sedang. Diabetisi dengan kategori risiko ini masih boleh menjalankan puasa Ramadhan setelah berkonsultasi dengan dokter yang merawatnya.
Pasien diabetes dengan risiko ringan-sedang adalah orang-orang dengan diabetes yang terkendali dengan terapi gaya hidup saja atau obat-obatan oral untuk DM.
Jika sudah mendapatkan lampu hijau dari dokter, diabetisi ketegori ringan-sedang harus menjalankan puasa dengan benar sembari menghindari pola makan yang salah.
Menurut Melisa, pola makan yang salah dapat memperburuk kondisi diabetes ketika berpuasa. Beberapa hal yang bisa memperburuk kadar gula darah saat puasa yakni:
- Tidak makan sahur.
- Berbuka puasa dengan makanan dan minuman tinggi gula.
- Tidak mengontrol kadar gula darah sebelum memasuki bulan Ramadhan.
- Mengalami sakit atau infeksi lainnya.
Advertisement
Jika Mengalami Hipoglikemia dan Hiperglikemia
Melisa mengimbau, jika pasien diabetes tidak memerhatikan kesehatan selama puasa dan mengalami keluhan kesehatan, maka dianjurkan untuk tidak melanjutkan puasa.
“Dalam keadaan di atas, Anda dianjurkan untuk tidak melanjutkan puasa. Terlebih jika sudah mengalami gejala-gejala hipoglikemia (gula darah di bawah normal),” kata Melisa dalam keterangan pers, Senin, 25 Maret 2024.
Sementara jika mengalami hiperglikemia (gula darah naik berlebih), lanjut Melisa, pasien dapat melakukan suntik insulin, minum obat sesuai anjuran, atau menghubungi dokter.
“Jika dibiarkan, hiperglikemia bisa menyebabkan komplikasi ketoasidosis diabetes yang membahayakan nyawa,” jelas Melisa.
Asupan Nutrisi Diabetisi
Seperti hari-hari biasa, selama menjalankan puasa, diabetisi tetap harus mengontrol asupan nutrisi.
Dalam keadaan normal, diabetisi dianjurkan untuk makan tiga kali porsi besar dan dua hingga tiga kali porsi kecil dalam sehari.
Porsi ini diperlukan untuk menjaga kadar gula darah. Akan tetapi, jumlah ini bisa berkurang selama bulan puasa. Artinya, jenis makanan yang dipilih harus benar-benar diperhatikan.
“Jika Anda sudah mendapatkan panduan pola makan dari dokter untuk hari-hari biasa, terapkan hal serupa pula saat puasa dengan sedikit menggeser waktu makan siang tentunya,” kata Melisa.
Asupan nutrisi yang harus selalu ada dalam porsi makan sewaktu sahur dan berbuka adalah:
Baca Juga
- Karbohidrat kompleks tinggi serat, seperti nasi merah atau pasta gandum utuh.
- Buah dan sayur untuk asupan serat.
- Protein rendah lemak, seperti daging tanpa lemak dan dada ayam tanpa kulit.
Advertisement