Liputan6.com, London - Para petani mengendarai puluhan traktor dalam konvoi yang bergerak lambat menuju parlemen Inggris pada Senin (25/3). Mereka memprotes aturan pasca Brexit dan kesepakatan dagang yang menurut petani membahayakan penghidupan dan ketahanan pangan.
Para pendukung dari kelompok kampanye Save British Farming dan Fairness for Farmers of Kent, berkendara dari wilayah tenggara Inggris dan melewati distrik-distrik di selatan ibu kota, menuju alun-alun Parlemen, di mana puluhan pendukung telah menunggu untuk menyambut mereka.
Advertisement
Inggris sejauh ini tidak mengalami protes petani dalam skala besar seperti yang menimpa kota-kota di Prancis dan negara-negara Eropa lainnya. Para petani dari seluruh 27 negara anggota Uni Eropa telah memprotes apa yang mereka nilai sebagai aturan-aturan birokrasi yang tidak perlu, target untuk udara dan tanah yang bersih, dan persaingan tidak adil dari produk negara lain, yang menurut mereka, mengarahkan para petani kepada kebangkrutan. Demikian seperti dilansir VOA Indonesia, Selasa (26/3/2024).
Sektor pertanian Inggris telah terdampak hebat oleh keluarnya negara itu dari Uni Eropa, yang menempatkan Inggris di luar zona perdagangan bebas blok Eropa dan menghadirkan aturan-aturan rumit sektor pertanian.
Situasi Pasca Brexit
Banyak petani Inggris yang mendukung Brexit karena menentang kebijakan pertanian bersama Uni Eropa yang memang banyak dikritik. Tetapi saat ini, banyak yang mengatakan bahwa pasca Brexit, kesepakatan dagang antara Inggris dan negara-negara seperti Australia dan Selandia Baru telah membuka pintu masuknya produk impor murah yang tidak menghargai produsen-produsen Inggris.
Penyelenggara protes juga mengkritik pelabelan yang mengizinkan produk-produk memasang bendara Inggris, meskipun produk itu tidak ditanam atau dikembangkan di negara tersebut.
Inggris juga telah menunda pemeriksaan terhadap barang-barang impor yang seharusnya sudah dimulai setelah negara itu berpisah dari Uni Eropa pada akhir 2020, situasi yang menurut para petani mengancam biosekuriti.
Advertisement
Perubahan Radikal
Liz Webster, seorang peternak sapi dan petani di lahan yang subur di wilayah barat Inggris, yang merupakan salah satu penyelenggara protes, mengatakan bahwa pemerintah telah sepenuhnya mengkhianati mereka.
"Jajak pendapat menunjukkan bahwa masyarakat mendukung pertanian dan pangan Inggris dan ingin menerapkan standar tinggi untuk makanan dan mendukung para produsen lokal," kata dia.
"Kita membutuhkan perubahan kebijakan yang radikal dan jalan keluar yang segera dari kesepakatan dagang yang mengerikan ini, yang akan memusnahkan sektor pangan Inggris."