Rawan Hoaks, Akademisi Ingatkan Dampak Penyalahgunaan AI selama Pemilu

Teknologi AI telah menjadi bagian besar dari strategi kampanye selama berlangsungnya Pemilu 2024 di Indonesia.

oleh Alifah Budihasanah diperbarui 27 Mar 2024, 08:00 WIB
Ilustrasi hoaks (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Asisten Profesor di Oklahoma State University,  Nuurrianti Jalli memaparkan bagaimana dampak dari penyalahgunaan AI atau kecerdasan buatan selama pemilu terutama potensinya dalam penyebaran hoaks di masyarakat.

Mengingat bahwa teknologi AI telah menjadi bagian besar dari strategi kampanye selama berlangsungnya Pemilu 2024 di Indonesia.

“Di Indonesia, AI banyak digunakan tidak hanya sebagai alat kampanye politik yang bertujuan untuk menjangkau pemilih secara lebih efektif secara resmi, namun juga dimanfaatkan oleh individu untuk membuat konten-konten lain seputar pemilu,” kata Nuurrianti, dilansir dari Australian Broadcasting Corporation.

Menurutnya, penerapan seperti ini mencerminkan bagaimana urgensi AI dalam lanskap politik, baik sebagai instrumen kampanye maupun sarana bagi warga negara untuk berpartisipasi dalam wacana politik.

Namun, di sisi lain Nuurrianti menekankan bagaimana teknologi AI berperan dalam penyebaran hoaks secara luas. Misalnya video yang menunjukkan Prabowo Subianto tengah menyampaikan pidato dalam bahasa Arab secara fasih dan menjadi viral di TikTok, manipulasi foto Ganjar Pranowo dengan seorang aktris porno, dan foto Anies Baswedan yang telah diedit mengenakan pakaian pendeta Katolik.

“Partisipasi yang cukup aktif di kolom komentar menunjukkan tingginya tingkat keterlibatan dan minat publik, juga menunjukkan bahwa konten tersebut berpotensi membentuk opini publik,” ujarnya menambahkan.


Tangkal Hoaks AI Lewat Kerja Sama Antarsektor

Banner Infografis Hoaks di Tahun Politik Kian Marak. (Liputan6.com/Abdillah)

Nuurrianti mendorong perusahaan teknologi untuk berinvestasi dalam algoritma AI dan moderasi konten melalui kerja sama dengan para ahli di berbagai sektor untuk mendeteksi dan melawan sebaran hoaks. Ia juga mengharapkan pemerintah untuk membuat kebijakan yang jelas mengenai permasalahan ini.

“Permasalahannya adalah bagaimana orang-orang yang memanfaatkan AI cenderung menaruh rasa percaya yang tinggi pada teknologi AI tanpa menyadari adanya bias dan potensi misinformasi. Maka dari itu, pengguna media sosial juga berperan dengan mengevaluasi secara kritis konten yang mereka temui.” tuturnya.


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya