Liputan6.com, Jakarta - Al-Qur'an turun kepada Nabi Muhammad SAW melalui wahyu yang disampaikan oleh Malaikat Jibril. Wahyu ini merupakan komunikasi langsung antara Allah SWT, Sang Pencipta, dengan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan-Nya.
Proses penurunan Al-Qur'an secara bertahap ini dimulai dengan wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad pada malam Lailatul Qadr di Gua Hira, dekat Makkah.
Malaikat Jibril menyampaikan wahyu tersebut kepada Nabi Muhammad, yang kemudian mengajarkan pesan-pesan Allah kepada umat manusia. Wahyu-wahyu ini kemudian ditulis dan dihafal oleh para sahabat Nabi, serta akhirnya dihimpun menjadi kitab suci Al-Qur'an setelah wafatnya Nabi Muhammad.
Dengan demikian, Al-Qur'an adalah firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril, sebagai pedoman dan petunjuk bagi umat manusia sepanjang masa.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Waktu Turun Wahyu Pertama
Menukil muslim.or.id, di antara hal-hal yang menunjukkan kemuliaan bulan Ramadhan adalah turunnya Al-Qur’an Kalamullah di bulan tersebut. Allah Ta’ala berfirman,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَ بَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَ الْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadhan yang di dalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan keterangan-keterangan yang nyata yang menunjuk kepada kebenaran, yang membedakan antara yang haq dan yang batil.” (QS. Al-Baqarah: 185)
Di ayat yang lain. Allah Ta’ala menyebutkan,
اِنَّاۤ اَنۡزَلۡنٰهُ فِىۡ لَيۡلَةِ الۡقَدۡر
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadar.” (QS. Al-Qadr: 1).
Namun di banyak ayat yang lain serta melalui kisah perjalanan hidup Nabi kita, dapat diketahui bahwa Al-Quran ini tidaklah turun secara spontan pada satu waktu kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam, melainkan turun secara bertahap dan berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan dan kejadian yang terjadi saat itu. Allah Ta’ala berfirman,
وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلاً
“Dan Al-Qur’an (Kami turunkan) berangsur-angsur agar Engkau (Muhammad) membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara bertahap.” (QS. Al-Isra’: 106)
Advertisement
Al-Qur'an Turun Bertahap
Semua kitab samawi yang lain turun secara spontan dan sekaligus kepada Nabi yang menerima. Sedangkan menurut pendapat kebanyakan ulama, dan ini merupakan pendapat yang kuat, Al-Qur'an mengalami beberapa tahapan sebelum sampai kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam.
Tahap pertama, Allah Ta’ala turunkan Al-Quran dan Allah simpan di Lauhul Mahfudz secara sekaligus. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيدٌ فِي لَوْحٍ مَحْفُوظٍ
“Bahkan (yang didustakan mereka itu), ialah Al-Qur'an yang mulia yang (tersimpan) di Lauhul Mahfuzh.” (QS. Al-Buruj: 21-22).
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “yang (tersimpan) di Lauhul Mahfuzh.” Maksudnya (bahwa Al-Quran) di tempat tertinggi dan terjaga dari adanya penambahan, pengurangan, penyelewengan, dan penggantian.” (Tafsir Ibnu Katsir, 4: 497-498)
Tetapi kapan saatnya serta bagaimana caranya tidak seorang pun mengetahui kecuali Allah Ta’ala.
Tahap kedua, Al-Qu'ran diturunkan dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul Izzah yang ada di langit dunia. Hal ini terjadi pada malam lailatul qadar secara sekaligus dan satu waktu. Tahap inilah yang sejalan dengan firman Allah Ta’ala yang artinya, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadar.” (QS. Al-Qadr: 1).
Tahap ketiga, barulah Al-Qur’an ini turun secara bertahap selama 23 tahun kepada nabi kita melalui malaikat Jibril ‘alaihissalam. Turunnya ayat-ayat kalamullah secara bertahap ini memiliki hikmah yang sangat besar. Di antaranya sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ ٱلْقُرْءَانُ جُمْلَةً وَٰحِدَةً ۚ كَذَٰلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِۦ فُؤَادَكَ ۖ وَرَتَّلْنَٰهُ تَرْتِيلًا
“Berkatalah orang-orang yang kafir, “Mengapa Al-Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?” Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil.” (QS. Al-Furqan: 32).
Alasan Turun Berangsur-angsur
Dengan turunnya ayat-ayat Al-Qur’an ini secara berangsur-angsur, maka ia semakin mudah terjaga dan terpelihara. Dengan cara seperti itulah pemahaman terhadap setiap ayat dapat dicerna dengan baik serta mudah untuk dihafalkan.
Hikmah lainnya, Al-Quran merupakan solusi hukum. Sehingga ia turun bertahap menyesuaikan kondisi ketika itu, sebagai contoh dalam masalah penghapusan beberapa tradisi Arab seperti minum minuman keras, maka jelas itu tidak bisa dilakukan secara sekaligus, namun harus secara bertahap dan berangsur-angsur.
Kaum mukminin juga harus mengimani dan meyakini bahwa wahyu Al-Quran tidaklah turun kepada Nabi Muhammad secara langsung, namun harus melalui perantara malaikat Jibril ‘alaihissalam. Dan malaikat Jibril tidaklah turun kecuali atas perintah Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,
قُلۡ نَزَّلَہٗ رُوۡحُ الۡقُدُسِ مِنۡ رَّبِّکَ بِالۡحَقِّ
“Katakanlah (wahai Muhammad), Ruhulkudus (Jibril) menurunkan Al-Quran itu dari Tuhanmu dengan kebenaran.” (QS. An-Nahl: 102).
Allah Ta’ala juga berfirman,
قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِّجِبْرِيْلَ فَاِنَّهٗ نَزَّلَهٗ عَلٰى قَلْبِكَ بِاِذْنِ اللّٰهِ
“Katakanlah (Muhammad), “Barangsiapa menjadi musuh Jibril, maka (ketahuilah) bahwa dialah yang telah menurunkan (Al-Quran) ke dalam hatimu dengan izin Allah.” (QS. Al-Baqarah: 97)
Di ayat yang lain, Allah Ta’ala juga mengatakan,
وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ العَالَمِينَ * نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الأَمِينُ * عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ
“Dan sesungguhnya Al-Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan.” (QS. Asy-Syuara’: 192-194).
Mereka yang mengaku beriman kepada Allah juga harus meyakini, bahwa Malaikat Jibril ‘alaihissalam sebelum menyampaikan wahyu tersebut kepada Nabi Muhammad, ia telah mendengar langsung wahyu tersebut dari Allah Ta’ala, kemudian barulah ia menyampaikan wahyu tersebut kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam. Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إذا أراد الله تعالى أن يُوحي بالأمر تكلَّم بالوحي، أخذت السَّماوات منه رجفة -أو قال: رعدة- شديدة؛ خوفًا من الله ، فإذا سمع ذلك أهلُ السَّماوات صعقوا وخرُّوا لله سُجَّدًا، فيكون أول مَن يرفع رأسه جبريل، فيُكلمه الله من وحيه بما أراد، ثم يمرّ جبريل على الملائكة، كلما مرَّ بسماءٍ سأله ملائكتُها: ماذا قال ربنا يا جبريل؟ فيقول: قال الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ [سبأ:23]، فيقولون كلهم مثلما قال جبريل، فينتهي جبريلُ بالوحي إلى حيث أمره الله
“Apabila Allah hendak mewahyukan perintah-Nya, maka Dia firmankan wahyu tersebut. Langit-langit bergetar dengan kerasnya karena takut kepada Allah. Dan ketika para malaikat mendengar firman tersebut, mereka pingsan dan bersujud. Di antara mereka yang pertama kali bangun adalah Jibril. Maka Allah sampaikan wahyu yang Ia kehendaki kepada Jibril. Kemudian Jibril melewati para malaikat, setiap ia melewati langit, maka para penghuninya bertanya kepadanya, “Apa yang telah Allah firmankan kepadamu?” Jibril menjawab, “Dia firmankan yang benar, dan Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” Dan seluruh malaikat yang ia lewati bertanya kepadanya seperti pertanyaan pertama. Demikianlah sehingga Jibril menyampaikan wahyu tersebut sesuai dengan yang telah diperintahkan oleh Allah kepadanya.” (Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Thabrani, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Katsir rahimahumullah).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah di dalam Al-Fatawaa menyebutkan,
ومذهب سلف الأمة وأئمتها وخلفها أن النبي صلى الله عليه وسلم سمع القرآن من جبريل، وجبريل سمعه من الله عز وجل
“Mazhab para pendahulu umat ini beserta para imamnya dan orang-orang yang mengikuti mereka adalah meyakini bahwa Nabi Muhammad mendengarkan Al-Quran dari malaikat Jibril dan Jibril mendengarnya langsung dari Allah Ta’ala”.
Begitulah Al-Quran yang mulia ini Allah turunkan kepada hamba-Nya yang paling mulia, Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Advertisement