Liputan6.com, Jakarta - Om telolet om! Ya, bus dengan klakson telolet atau basuri menjadi fenomena menarik selama beberapa tahun terakhir. Suara berirama yang dihasilkan klakson ini membuat senang anak-anak maupun orang dewasa.
Namun belakangan, penggunaan klakson telolet dikecam karena dianggap membahayakan. Terlebih lagi belum lama ini terjadi insiden yang menewaskan seorang anak kecil lantaran terlindas bus. Peristiwa nahas itu terjadi di depan Dermaga Eksekutif Pelabuhan Merak, Minggu (17/3/2024).
Advertisement
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sendiri menyebut, penggunaan klakson telolet dapat menyebabkan kehabisan pasokan udara atau angin sehingga berdampak pada fungsi rem kendaraan yang kurang optimal.
Hal ini turut diamini After Sales & Technical Director Hino Motors Sales Indonesia (HMSI) Irwan Supriyono. Menurutnya, banyak bus yang menggunakan klakson angin tapi mengambil sumber angin dari tempat yang salah.
"Jadi kita lihat, banyak dari mereka yang mengambil angin langsung dari tangki (tabung angin) tanpa melalui safety valve," terang irwan di Jakarta belum lama ini.
Dirinya menjelaskan, sebetulnya di dalam guidance atau buku manual, terdapat tempat yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber angin.
"Tapi kalau diambil melalui tangki (tabung angin), ketika si klakson telolet itu selangnya bocor, otomatis isi tangki terkuras habis. Ini akan berpengaruh ke pengereman," katanya.
"Kalau angin habis, tentunya pengereman akan bermasalah. Itu yang kita khawatirkan," tambahnya.
Tidak Disarankan
Ia juga menuturkan, jika terlampau sering menggunakan klakson telolet, otomatis akan menguras angin di tangki sehingga mengganggu kinerja sistem pengereman.
"Jadi pada saat ingin digunakan untuk keadaan darurat seperti di jalanan menurun, itu akan kurang anginnya," imbuhnya
"Jadi nggak kita sarankan (pasang klakson telolet di bus), karena akan mengganggu efektivitas penggunaan rem," tegasnya lagi.
Advertisement