Jokowi Tak Gentar Hadapi Uni Eropa di WTO: Kalah, Banding Lagi

Jokowi mengaku tak akan mundur dalam gugatan Uni Eropa di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) soal kebijakan larangan ekspor nikel beberapa waktu lalu.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 28 Mar 2024, 20:00 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan pidato dalam sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin, 3 Juli 2023. (Foto: Instagram @jokowi)

Liputan6.com, Jakarta Presiden RI Joko Widodo atau Jokowi mengaku tak akan menyerah untuk membela hilirisasi industri tambang di Indonesia, termasuk gugatan Uni Eropa di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) soal kebijakan larangan ekspor nikel beberapa waktu lalu.

 

Jokowi menjelaskan bahwa Indonesia dinyatakan kalah dalam gugatan Uni Eropa atas larangan ekspor bijih nikel sebagai upaya mewujudkan hilirisasi.

"Hilirisasi itu memunculkan nilai tambah berlipat-lipat tetapi ini ditentang digugat ke WTO dan maaf kita kalah. Bukan menang. Kalah kita. Kita banding lagi. Ya kita hadapi. Saya yakin kita mungkin akan kalah lagi, tetapi industrinya sudah jadi," kata Presiden Jokowi saat membuka Kongres Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (HikmahBudhi) di Jakarta dikutip dari Antara, Kamis (28/3/2024).

Adapun hingga saat ini proses banding RI pada Badan Banding di WTO atas hasil gugatan itu belum dilaksanakan.

Menurut Jokowi, Pemerintah Indonesia akan menempuh jalan yang ada untuk mengulur waktu sambil menunggu industri nikel dan baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) selesai.

Proses Hukum Berikutnya

Bahkan jika upaya banding tersebut kalah, Presiden menekankan akan mengambil langkah banding atau proses hukum berikutnya hingga industri selesai dibangun.

"Kita undur-undur terus enggak apa-apa. Industri nikel sudah jadi, industri EV baterai sudah jadi, industri mobil listrik sudah jadi. Karena memang membangun sebuah industri butuh waktu, enggak tahu apakah ada banding kedua. Kalau ada banding lagi, pokoknya jangan mundur sampai industri selesai dibangun," kata Jokowi.

Dalam sambutannya, Kepala Negara juga menegaskan tekad Indonesia untuk memanfaatkan puncak bonus demografi di tahun 2045.

 


Hilirisasi Sifatnya Wajib

Harita Nickel di Pulau Obi sudah menggelontorkan investasi lebih dari USD 1 miliar untuk membangun industri hilirisasi nikel (dok: Ilyas)

Menurut Presiden, Indonesia memiliki kesempatan yang harus dimanfaatkan dengan baik karena 68 persen penduduknya berada dalam rentang usia produktif.

"Sudah sering saya sampaikan bahwa Indonesia, negara kita ini memiliki peluang besar, memiliki potensi besar untuk menjadi negara maju saat puncak bonus demografi di tahun 2045, saat itu kesempatan kita," ungkap Presiden.

Turut mendampingi Presiden dalam kesempatan tersebut antara lain Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Dito Ariotedjo, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto, Ketua Umum Presidium Pusat Hikmahbudhi, Wiryawan, dan Pj. Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya