Kisah Laki-Laki Gagal Bunuh Diri Gara-Gara Ketiduran di Masjid, Buntutnya Mualaf

Kisah laki-laki gagal bunuh diri gara-gara sepele, tidur di masjid, bahkan akhirnya masuk Islam

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Mar 2024, 11:30 WIB
Ilustrasi Bunuh Diri (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Isu bunuh diri adalah masalah serius yang membutuhkan perhatian besar dari masyarakat dan pemerintah.

Faktor-faktor seperti tekanan sosial, masalah keuangan, dan depresi seringkali berperan dalam keputusan seseorang untuk bunuh

Dengan dukungan yang tepat dan akses ke layanan kesehatan mental yang memadai, diharapkan kita dapat mengurangi angka bunuh diri.

Keputusan untuk bunuh diri kompleks dan seringkali melibatkan berbagai faktor yang mempengaruhi pikiran seseorang.

Beberapa faktor yang dapat memengaruhi keputusan tersebut termasuk tekanan mental yang berat, depresi, kecemasan, isolasi sosial, perasaan putus asa, masalah keuangan, dan trauma emosional atau fisik.

Namun, tak jarang pula ada yang 'gagal' bunuh diri, lebih tepatnya selamat, karena berbagai hal. Misalnya, seperti pria Swedia yang gagal bunuh diri gara-gara ketiduran di masjid.

Belakangan, dia justru mendapatkan kebaikan karena akhirnya masuk Islam atau mualaf.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Gagal Bunuh Diri Gara-gara Ketiduran

ilustrasi bunuh diri

Di Swedia, tingkat bunuh diri cukup tinggi. Mengutip bersamadakwah.net, suatu ketika ada seorang pria dewasa ingin bunuh diri dan sudah mendapatkan jadwal untuk melakukan praktik mengakhiri hidup. Kebetulan dalam perjalanan, dia ketemu dengan seorang muslim.

Muslim tersebut bertanya kepada pria dewasa itu mau kemana gerangan. Pria itu menjawab bahwa dirinya ingin bunuh diri. Ia menyebutkan waktunya yakni jam 12 siang.

“Masih lama. Sekarang masih ada waktu. Mau ikut saya?” kata muslim itu.

Awalnya pria dewasa itu menolak karena khawatir terlambat. Namun kemudian ia mengiyakan dan mau ikut begitu saja karena masih ada cukup waktu.

Ia pun dibawa sebuah tempat bernama masjid. Karena bukan muslim, ia menunggu di luar. Sementara yang muslim masuk ke dalam.

Di selasar ia mendengarkan tausiyah, bacaan Al-Qur'an. Lama-lama ia ketiduran karena mendengar suara-suara yang menenangkan itu. Tanpa ia sadari karena saking pulasnya, waktu menunjukkan pukul 12 lewat.

“Mohon maaf saya tidak tega membangunkan Anda karena Anda terlihat lelap sekali. Anda jadi terlewat waktunya untuk bunuh diri. Apa yang mesti saya berikan untuk menggantinya?” kata muslim itu.

Jawabannya justru mengejutkan. Pria dewasa itu berbalik tanya tempat apa yang ia singgahi ini.

“Masjid,” kata muslim.

Mendadak pria dewasa itu mengatakan bahwa dirinya tidak jadi bunuh diri. “Saya tidak bisa tidur 3 hari belakangan ini. Berturut-turut,” ungkapnya. Sejak ketemu masjid itulah dirinya bisa tidur.

Pria dewasa yang ingin bunuh diri itu akhirnya masuk Islam karena ia meraih ketenangan di tempat tersebut.


Bunuh Diri dalam Islam

Ilustrasi Bunuh Diri. (Freepik)

Menukil muhammadiyah.or.id, bunuh diri adalah kegiatan perbuatan melukai diri dengan maksud mengakhiri kehidupanya sendiri. Dalam dunia modern ini sering diberitakan kejadian bunuh diri dengan berbagai motif mulai dari ekonomi, percintaan hingga depresi. Lalu bagaimanakah Islam memandang bunuh diri?

Dalam berbagai ayatnya, al-Qur'an menyatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala adalah Tuhan yang menganugerahkan hidup dan menentukan mati. Di antara:

وٱلله خلقكم ثم يتوفىكم ومنكم من يرد إلى أرذل ٱلعمر لكى لا يعلم بعد علم شيا إن ٱلله عليم قدير

Artinya: “Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu, dan di antara kamu ada yang dapat dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun) teringat dia tidak melihat lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. ” (QS. an-Nahl: 70)

ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ ٱلْورَليزُ ك

Artinya: “Yang menjadikan mati dan hidup, menyelesaikan Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun ” (QS. al-Mulk: 2)

Dari ayat di atas kita lihat bahwa kematian “suatu saat” pasti datang entah itu di masa kanak-kanak, muda, atau lanjut usia. Hidup dan mati adalah di tangan Allah yang Ia ciptakan untuk menguji iman, amalan dan ketaatan manusia terhadap Tuhan, Sang Penciptanya.

Oleh karena itu, Islam sangat memperhatikan keselamatan hidup dan kehidupan manusia sejak ia berada di rahim ibunya sampai sepanjang hidupnya. Untuk melindungi keselamatan hidup dan kehidupan manusia itu, Islam menetapkan berbagai undang-undang perdata dan pidana beserta sanksi-larangan larangannya, baik di dunia berupa larangan had dan qisas termasuk larangan mati, denda atau ta’zir , norma yang ditetapkan oleh ulul amri atau lembaga peradilan. Islam juga memutuskan di akhirat berupa siksaan Tuhan di neraka kelak.

Agama Islam (syariah) melarang kita menjatuhkan diri ke dalam kebinasaan dan perbuatan bunuh diri. Hal ini dapat dilihat dari salah satu unsur tujuan syariah (maqasid asy-syar’iah) yaitu perlindungan terhadap jiwa dan raga (hifz an-nafs) . Al-Quran dengan jelas:

وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى ٱلتَّهْلُكَةِ ۛ وَأَحْسِنُوٓا ۛ إِنَّ ٱللهَ يُحِبُّ ٱلْمُحْس

Artinya : “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan pajak baiklah, karena pada Allah yang terkait dengan orang-orang yang baik.” (QS. al-Baqarah: 195)

Dalam ayat lain juga ada pula:

… ولا تقتلوا أنفسكم إن ٱلله كان بكم رحيما )29( ومن يفعل ذلك عدونا وظلما فسوف نصليه نارا وكان ذلك

Artinya : “Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu, dan barangsiapa kesalahan demikian dengan hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. ” (QS. an-Nisa: 29-30)

Ayat al-Quran tersebut di atas dengan jelas menunjukkan, bahwa bunuh diri dilarang keras oleh Islam dengan alasan apapun. Dengan demikian keliru sekali, kalau ada anggapan, bahwa dengan jalan bunuh diri, segala masalah dapat selesai dan berakhir. Padahal azab penderitaan yang lebih berat, telah menyongsong di akhirat kelak.


KONTAK BANTUAN

Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.

Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku

Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.

Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya