Sosialisasi Moderasi Beragama BPIP di Cilacap, Pancasila Sangat Islami

Dari tasawufnya ada di pembukaan Undang-Undang Dasar 45, Atas Berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan Didorong oleh Keinginan Luhur, posisi kita itu menjadi posisi nomor 2 dan Nomor 1 itu Tuhan

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 29 Mar 2024, 15:30 WIB
Sosialisasi peran pancasila dalam moderasi beragama yang digelar BPIP di STMIK Komputama El Bayan Cilacap. (Foto: Liputan6.com/STMIK El Bayan)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) RI bekerja sama dengan Pondok Pesantren El Bayan dan STMIK Komputama menggelar sosialisasi pembinaan ideologi pancasila melalui bedah buku Islam dan Pancasila Perspektif Maqasid Syariah, di Cilacap, Kamis (28/3/2024).

Sosialisasi tersebut bertema peran moderasi beragama dalam mewujudkan kedamaian berdasarkan nilai-nilai pancasila.

Tampak hadir Kepala BPIP RI, Prof DR KH Yudian Wahyudi sebagai keynote speaker. Kemudian, Prof DR Agus Moh Najib Direktur Sosialisasi dan Komunikasi BPIP, Prof DR KH Fathul Amin Aziz Guru Besar UIN Saizu dan Ketua Yayasan El Bayan, serta H Aid Mustaqim, Kepala Seksi Madrasah Kemenag Cilacap.

Dalam kesempatan itu, Prof Yudian menjelaskan, pancasila dapat dilihat dengan maqashid syariah (tujuan hukum Islam). Relasi itu mengacu pada konsep pancasila dan tauhid integratif dan pancasila sebagai praktik sehari-hari maqashid syariah.

Dalam kerangka tauhid integratif, pancasila merupakan praktik integrasi ayat-ayat teologis ke dalam ayat-ayat kemanusiaan dan sosial kemasyarakatan. Hal ini berangkat dari kesatuan nilai dalam pancasila, di mana sila ketuhanan yang masa esa (tauhid) menjadi sumber bagi sila-sila selanjutnya.

Dalam kerangka maqashid syariah, pancasila merupakan praktik tujuan utama syariah Islam, baik yang bersifat hak-hak niscaya (dlaruriyyat), kebutuhan (hajiyat) maupun ornamental (tahsiniyyat).

"Pancasila merupakan praktik nilai-nilai Islam, bukannya bertentangan," katanya.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Moderasi Beragama

Sosialisasi peran pancasila dalam moderasi beragama yang digelar BPIP di STMIK Komputama El Bayan Cilacap. (Foto: Liputan6.com/STMIK Komputama)

Untuk Mewujudkan kedamaian dan kerukunan umat beragama dalam bingkai dasar negara Pancasila yang dibutuhkan sekarang yakni adu gagasan dan adu pikiran.

Namun selama adu gagasan dan adu pikiran tersebut masih sebatas kelompok tertentu yang sepakat tentu persoalan tidak akan selesai. Jika dikaitkkan antara pancasila dan agama, sesungguhnya dasar negara pancasila begitu islami.

Menurut Prof Dr KH Fathul Aminudin Aziz hakikatnya tidak ada masalah apa-apa antara pancasila dengan agama.

"Ketika bicara tentang Pancasila di nomorsatukan, tapi ketika bicara tentang pembukaan undang-undang Dasar 45 kita melihat bahwa itulah tasawuf itulah thoriqoh bahwa di situ sudah lengkap sebagai syar'i ada di pancasilanya," kata Aziz.

"Dari tasawufnya ada di pembukaan Undang-Undang Dasar 45, Atas Berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan Didorong oleh Keinginan Luhur, posisi kita itu menjadi posisi nomor 2 dan Nomor 1 itu Tuhan," jelasnya.

Dari bunyi pembukaan UUD 1945, kata Prof Dr Fathul Aminudin Aziz, sudah jelas tidak ada lagi yang perlu dipermasalahkan.

"Yang mau dimasalahkan lagi apa hanya memang benturannya biasanya diprakteknya," sambungnya.

 


Perilaku Pancasila

Sosialisasi peran pancasila dalam moderasi beragama yang digelar BPIP di STMIK Komputama El Bayan Cilacap. (Foto: Liputan6.com/STMIK Komputama)

Prof Dr Fathul Aminudin Aziz memberikan contoh ketika orang bicara pancasila, namun perilakunya tidak pancasila sehingga hal tesebut sering jadi benturan dalam kehidupan sehari-hari.

"Itu juga kan yang menjadi persoalan sebenarnya bagaimana sebuah aturan itu dimaklumi bareng-bareng karena persoalan itu mesti akan muncul terus kalau kita tidak menemukan titik simpulnya selama yang dicari perbedaannya," bebernya.

Karena itu, kata Prof Dr Fathul Aminudin Aziz, yang dibutuhkan sekarang yakni pemerintahnya bersih tentu rakyatnya juga pasti mengikutinya.

Dia menambahkan jika ada benturan, hal itu malah digunakan oleh kelompok tertentu untuk membangkitkan perbedaan, namun bukan untuk menemukan solusi.

"Jadi yang terpenting sesungguhnya tadi yang pertama adu gagasan, aduh pikiran, adu otak harus seperti apa, setelah itu baru implementasi. jadi disamakan dulu, sering mengasah dengan orang yang berbeda, kita kan selama ini mengasah dengan orang yang sama," ujarnya.

"Kalau dengan yang berbeda, kemudian teori diadu nanti pasti nanti akan menemukan titik temu hanya persoalannya kita itu sering diskusi dengan orang yang satu paham, harusnys bagaimana agar yang berbeda paham itu bisa bertemu di ranah pemikiran, itu yang kita jarang lakukan," tandasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya