Liputan6.com, Jakarta - Isu-isu terjadinya kiamat pada tahun-tahun tertentu seperti tahun 1999 dan 2012 sering kali muncul dari penafsiran-penafsiran tertentu terhadap ramalan-ramalan kuno atau teori-teori konspirasi modern.
Pada tahun 1999, terdapat kekhawatiran bahwa peristiwa yang disebut sebagai "Y2K Bug" atau "Millennium Bug" akan menyebabkan kerusakan pada sistem komputer dan infrastruktur teknologi, yang kemudian dianggap dapat menyebabkan bencana global atau akhir zaman. Namun, ketakutan tersebut tidak terbukti, dan dunia terus berputar tanpa kejadian yang signifikan.
Pada tahun 2012, banyak orang percaya bahwa kalender suku Maya berakhir pada tanggal 21 Desember 2012, yang kemudian diartikan sebagai akhir dunia atau kiamat oleh beberapa orang dan kelompok.
Namun, penafsiran ini telah dibantah oleh para ahli sejarah dan arkeolog, yang menyatakan bahwa kalender Maya sebenarnya tidak mengindikasikan akhir dunia, melainkan hanya berakhirnya siklus kalender yang kemudian diikuti oleh siklus baru.
Kedua isu tersebut menunjukkan bagaimana ketakutan akan akhir zaman atau hari kiamat sering kali muncul dari interpretasi yang salah atau spekulasi yang tidak berdasar atas fenomena-fenomena tertentu.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Inilah Sosok yang Mengurus Urusan Kiamat
Namun, dalam ajaran Islam, hanya Allah SWT yang mengetahui waktu pasti terjadinya kiamat, dan tidak ada yang dapat memprediksi atau mengetahui kapan akan terjadi dengan pasti. Oleh karena itu, lebih baik fokus pada kehidupan yang bermakna dan ketaatan kepada ajaran agama, daripada terjebak dalam ketakutan akan isu-isu yang tidak pasti.
Menukil jateng.nu.or.id, soal kepastian hari kiamat bukan menjadi urusan manusia, tetapi urusan Allah. Kita hanya diberikan informasi perihal tanda-tanda kedatangan hari kiamat, bukan informasi perihal kepastian datangnya sebagaimana tersebut pada Surat Al-A’raf ayat 187 berikut ini:
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ رَبِّي ۖ لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ ۚ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً ۗ يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ اللَّهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya, “Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat, ‘bilakah terjadinya?’ Katakanlah, ‘Sungguh pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku. Tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba.’ Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah, ‘Sungguh, pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,’" (Surat Al-A'raf ayat 187).
Advertisement
Orang Berbicara Kiamat, Biasanya Orang Bermasalah
Ayat ini menegaskan bahwa tidak seorang pun tahu kapan terjadinya kiamat. Bahkan Nabi Muhammad SAW pun tidak tahu. Yang tahu hanya Allah SWT.
Jadi, jika ada orang bicara soal waktu terjadinya kiamat, pasti dia mengada-ada. Jika dia mengutip sebuah hadits, maka haditsnya harus diteliti: bisa jadi hadits maudhu' (palsu).
Yang menarik, akhir ayat tersebut menegaskan bahwa "Yang mengetahui kapan terjadinya kiamat itu hanya Allah, tetapi sebagian besar manusia tidak tahu." Tegasnya, banyak orang yang sok tahu karena memang tidak tahu bahwa yang tahu soal kapan terjadinya kiamat hanya Allah.
Tugas manusia adalah menjalani hidup ini dengan baik dan benar. Membangun peradaban. Jangan memikirkan apa-apa yang bukan tanggung jawabnya. Urusan kiamat serahkan saja kepada Allah.
Adapun orang-orang yang sering ngomong soal kiamat pasti punya masalah dengan hidupnya. Mereka adalah orang-orang pesimis memandang hidup ini.
Orang-orang optimis pasti lebih memikirkan bagaimana menciptakan kehidupan ini menjadi lebih baik: untuk dirinya dan untuk orang lain. Mereka sadar betul bahwa kiamat sepenuhnya adalah urusan Allah. Nabi Muhammad pun tidak tahu kapan datangnya kiamat.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul