Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) mencatat modal asing mengalir keluar pada pekan keempat Maret 2024. Namun jika dihitung sejak awal 2024, tercatat masih lebih banyak modal asing yang masuk ke Indonesia.
Asisten Gubernur Bank Indonesia Erwin Haryono menjelaskan, berdasarkan data transaksi 25-27 Maret 2024, nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp 1,36 triliun.
Advertisement
“Tercatat jual neto Rp 1,36 triliun terdiri dari beli neto Rp 0,97 triliun di pasar SBN, jual neto Rp 1,59 triliun di pasar saham, dan jual neto Rp 0,74 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI),” kata Erwin dikutip dari situs resmi Bank Indonesia, Minggu (31/3/2024).
Erwin menambahkan, selama 2024, berdasarkan berdasarkan data setelmen sampai dengan 27 Maret 2024, nonresiden jual neto Rp 33,31 triliun di pasar SBN, beli neto Rp 28,90 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp 20,05 triliun di SRBI.
Dengan melihat realisasi angka ini, investor asing atau modal asing masih mempercayai pasar keuangan di Indonesia karena lebih banyak aliran modal asing masuk dibanding dengan keluar.
“Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” jelas Erwin.
Adapun Premi CDS Indonesia 5 tahun per 27 Maret 2024 sebesar 71,39 bps, naik dibandingkan 22 Maret 2024 sebesar 70,90 bps.
Untuk nilai tukar rupiah ditutup pada level (bid) Rp 15.850 per dolar AS dan Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun naik ke 6,70%.
BI: Rupiah Melemah, Tapi Lebih Baik Dibanding Ringgit hingga Won
Bank Indonesia (BI) memastikan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak stabil pada tahun ini. Kepastian ini karena Bank Indonesia terus menjaga kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, nilai tukar rupiah masih relatif stabil hingga 19 Maret 2024. Gerak rupiah dipengaruhi oleh kebijakan stabilisasi yang ditempuh BI, di tengah dinamika penyesuaian aliran modal asing di pasar keuangan domestik.
"Dengan perkembangan ini, nilai tukar Rupiah melemah sebesar 2,02 persen dibandingkan dengan level akhir Desember 2023, lebih baik dibandingkan dengan Ringgit Malaysia, Won Korea, dan Baht Thailand yang masing-masing melemah sebesar 3,02 persen, 3,87 persen, dan 5,39 persen," kata Perry dalam konferensi pers, Jakarta, Rabu (20/3).
Sehingga Perry meyakini nilai tukar rupiah diprakirakan stabil dengan kecenderungan menguat, didorong oleh kembali masuknya aliran modal asing sejalan dengan tetap terjaganya persepsi positif terhadap prospek ekonomi Indonesia.
Selain itu, kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI juga mendukung prospek penguatan nilai tukar Rupiah tersebut.
"Kami terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah, perbankan, dan dunia usaha untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023," tutup Perry.
Advertisement
Menanti Data Suku Bunga BI, Rupiah Dibuka Melemah ke 15.722 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Rabu pagi melemah di tengah proyeksi pasar dan analis bahwa Bank Indonesia (BI) akan menahan suku bungaBI-Rate di level enam persen.
Pada awal perdagangan Rabu pagi, rupiah dibuka tergelincir empat poin atau 0,03 persen menjadi 15.722 per dolar AS dari sebesar 15.718 per dolar AS.
"BI belum akan mengubah suku bunganya. Kalau untuk menaikkan juga tidak, karena inflasi Indonesia masih stabil. Kalau untuk menurunkan, bahaya ke risiko pelemahan nilai tukar rupiah karena The Fed masih bertahan," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara, Rabu (20/3/2024).
Pasar menantikan pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) hari ini terutama tentang arah kebijakan suku bunga BI-Rate.
Selain itu, perhatian pelaku pasar juga tertuju kepada pengumuman hasil rapat moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed pada Kamis dini hari nanti.