Liputan6.com, Jakarta - Nilai inklusif di Indonesia belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan masyarakat disabilitas dalam berbagai aspek, termasuk:
- Aspek kesempatan kerja
- Pemenuhan hak pendidikan
- Pemenuhan hak akomodasi yang layak dalam berbagai bidang
- Pemenuhan kebutuhan hidup secara mandiri.
Menurut Direktur Arttherapy Center Widyatama Dadi Firmansyah, hal ini terjadi karena berbagai penyebab, seperti:
Advertisement
- Pola penyelesaian masalah masih bersifat parsial sehingga terjadi gap antara satu wilayah dengan wilayah lainnya.
- Akibat keputusan yang tidak melibatkan para subjek penyandang disabilitas.
- Pemahaman masyarakat soal kesetaraan penyandang disabilitas masih rendah, sehingga masih sering terjadi perundungan dan stigma negatif dengan subjek penyandang disabilitas.
Tak dapat dimungkiri, telah terjadi fenomena meningkatnya pergerakan advokasi terhadap subjek penyandang disabilitas dari kalangan remaja dan dewasa muda di semua wilayah Indonesia. Namun, masih perlu adanya kesamaan suara dan pergerakan yang mengarah pada peningkatan kesadaran dan penerapan kesetaraan nilai inklusif di Indonesia.
Maka dari itu, Dadi dan berbagai pihak lain menyelenggarakan acara bertema “Menuju Inklusivitas Indonesia yang Lebih Baik” dengan tujuan mengingatkan bahwa “Nothing about us, without us.”
“Yang mengkampanyekan bahwa dalam setiap aktivitas inklusif tersebut semestinya melibatkan disabilitas sebagai subjek anggota masyarakat,” kata Dadi dalam keterangan pers, dikutip Senin (1/4/2024).
Membuat Deklarasi Bersama Mengusung Nilai Inklusif
Acara yang digelar pada Selasa, 2 April 2022 bertujuan membangun kesamaan persepsi antara komunitas, masyarakat umum, masyarakat industri dan pemerintah tentang nilai inklusif yang tepat dan strategis.
Acara ini digelar di Trans Luxury Hotel, Bandung dengan melibatkan para penyandang disabilitas mental, intelektual, fisik dan sensori sehingga hak dan kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat terpenuhi sesuai UU Disabilitas no 8 tahun 2016.
Dalam acara ini, berbagai pihak termasuk Komisi Nasional Disabilitas (KND) hendak membuat deklarasi bersama mengusung nilai inklusif yang lebih baik. Tentunya dengan melibatkan penyandang disabilitas khususnya mental/intelektual yang selama ini termarjinalkan. Termasuk dalam akses pendidikan dan pekerjaan akibat stigma bahwa mereka tidak mampu sosial dan bekerja.
Advertisement
Draft Konsep Kesetaraan Objektif
Mengusung spirit “Nothing About Us without Us” acara ini akan menghadirkan penyandang autisme, Anugrah Fadly Kreatoseniman, S.Sn.
Anugrah adalah Mahasiswa Program Magister Pendidikan Luar Biasa Universitas Negeri Yogyakarta. Hadir pula beberapa penyandang autisme lainnya yang akan menyuarakan tentang konsep kesetaraan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
“Sehingga, Indonesia mempunyai draft konsep kesetaraan secara objektif di masa yang akan datang,” kata Dadi.
Fokus Acara
Dadi menambahkan, acara ini dirancang sebagai pra event Hari Peringatan Disabilitas Indonesia 2024. Untuk mempertemukan terlebih dahulu para stakeholder advokator disabilitas representasi dari berbagai komunitas.
Termasuk pihak industri peduli disabilitas dan pemerintah sebagai pemegang regulasi. Acara dilakukan dengan teknis hybrid, daring dan luring.
Fokus acara adalah:
Baca Juga
- Kesepahaman melalui diskusi tentang identifikasi masalah, hal-hal yang dibutuhkan oleh para subjek disabilitas serta langkah-langkah yang harus dilakukan menuju Indonesia inklusif. Khususnya di bidang pendidikan yang tepat, kesempatan kerja serta kehidupan sosial masyarakat yang lebih baik.
- Membuat draft konsep penyelenggaraan HDI 2024 menuju Indonesia yang lebih inklusif secara serempak dan kolaboratif di seluruh wilayah Indonesia, sehingga kesamaan misi dan implementasinya dapat tercapai untuk masa yang akan datang.
Advertisement