Jangan Sering Marah-marah, Bisa Berdampak Buruk bagi Kesehatan Jantung

Sering marah dalam jangka waktu lama dapat berdampak pada kesehatan fisik dan mental.

oleh Rahil Iliya Gustian diperbarui 01 Apr 2024, 13:00 WIB
Ilustrasi marah, kesal. (Image by drobotdean on Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Marah merupakan sifat alamiah bagi manusia. Namun, jika terlalu sering menghabiskan waktu untuk marah-marah bisa memberikan dampak buruk pada kesehatan fisik dan mental Anda.

Menurut American Psychological Association (APA), kemarahan adalah emosi yang ditandai dengan perasaan antagonisme terhadap seseorang atau sesuatu yang dirasa menganggu dan membuat Anda tidak nyaman.

"Kemarahan adalah bagian dari respons fight or flight di mana kelenjar adrenal membanjiri tubuh dengan hormon stres, seperti adrenalin dan kortisol," kata psikolog klinis dan profesor di Central Connecticut State University di New Britain, Raymond Chip Tafrate, PhD, dilansir dari Every Day Health pada Senin, 01 April 2024.

Tubuh mengalami efek fisiologis seperti peningkatan detak jantung dan tekanan darah, dimana hal ini dengan cepat mendorong aliran darah ke jantung. Meskipun sistem respons stres dalam tubuh telah berkembang untuk melindungi diri, tetapi dalam banyak kasus tidak memerlukan dorongan energi tambahan untuk menghadapi situasi yang memicu kemarahan, seperti kemacetan yang tak terduga, atau yang bertingkah.

Peningkatan aktivitas hormon stres dalam jangka panjang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan mental dan fisik yang serius. Berikut adalah beberapa dampak buruk dari kemarahan bagi kesehatan tubuh yang perlu diwaspadai:

1. Kemarahan Memperbruk Kemampuan Otot Jantung

Kemarahan memicu tubuh melepaskan hormon stres, jika terjadi dalam jangka waktu yang lama dapat berdampak buruk bagi kesehatan jantung. Penelitian menunjukkan bahwa kemarahan dapat mengakibatkan perubahan pada jantung yang memperburuk kemampuan otot jantung untuk memompa darah.

Hal tersebut bisa menyebabkan tekanan darah tinggi dan komplikasi, seperti penyakit jantung, serangan jantung, stroke, dan sindrom metabolik. Penelitian lain menemukan bahwa sifat kemarahan yang lebih tinggi juga terkait dengan risiko kematian yang lebih tinggi akibat penyakit jantung koroner dan komplikasinya.


2. Kemarahan Bisa Mengakibatkan Risiko Lebih Tinggi Pada Aritma Hingga Serangan Jantung

Menurut direktur Program Kardiologi Olahraga di Yale Medicine di New Haven, Rachel Lampert, MD, kemarahan juga berdampak buruk pada orang dengan aritmia (detak jantung tidak teratur). 

"Kami telah menunjukkan bahwa orang yang rentan mengalami aritmia ventrikel (detak jantung tidak normal yang berasal dari bilik jantung bagian bawah), atau yang rentan mengalami fibrilasi atrium (ritme tidak normal pada bilik atas), kemungkinan berisiko lebih tinggi pada saat marah atau stres," ujar Lampert. Hal ini dikarenakan adrenalin yang meningkat saat marah dapat menyebabkan perubahan elektrik pada jantung.

selain itu, kemarahan juga meningkatkan risiko serangan jantung. Dalam sebuah tinjauan sistematis dengan total hampir empat ribu partisipan dari lebih dari lima puluh pusat kesehatan di Amerika Serikat.

Para peneliti menemukan peningkatan serangan jantung lebih dari dua kali lipat dalam waktu dua jam setelah ledakan kemarahan. Ini menunjukkan bahwa kemarahan yang lebih intens memang lebih buruk untuk jantung Anda, kata para peneliti.


3. Kemarahan Dapat Mengganggu Pencernaan

Banyak penelitian menunjukkan bahwa otak dan usus selalu berkomunikasi dan saling memengaruhi. Salah satu peran sistem saraf otonom kita yang mengatur proses tubuh yang tidak disengaja adalah membantu mengatur pencernaan. Namun, ini dapat terganggu ketika tubuh masuk ke mode marah, seperti yang dapat terjadi sebagai respons terhadap stres.

"Anda dapat mengalami beberapa perubahan dalam fungsi dan kinerja usus," kata Pankaj Jay Pasricha, MD, ketua kedokteran di Mayo Clinic di Scottsdale, Arizona.

Penelitian menunjukkan bahwa stres dapat menyebabkan gejala-gejala yang tidak menyenangkan pada saluran pencernaan seperti sakit perut dan diare.

Dalam jangka panjang, stres kronis karena marah telah dikaitkan dengan perkembangan penyakit radang usus (IBD), sindrom iritasi usus besar (IBS), dan penyakit refluks gastroesofagus (GERD).


4. Terlalu Banyak Marah Bisa Menghambat Kesehatan Mental dan Kehidupan Sosial

Berada dalam keadaan marah yang terjadi terus-menerus, bisa berdampak buruk pada kesehatan mental. Studi menunjukkan bahwa kemarahan sering meningkat pada gangguan emosional, seperti kecemasan dan depresi, dan dikaitkan dengan gejala yang lebih buruk dan respons yang lebih rendah terhadap pengobatan.

Kemarahan, terutama kemarahan yang berkepanjangan juga dapat memengaruhi konsentrasi dan pola pikir seseorang, menurut APA. Kemarahan dapat membuat orang menjadi bermusuhan hingga berdampak pada hubungan yang tidak baik, dan kemampuan untuk membentuk ikatan sosial. Ini tentu saja dapat merusak kesejahteraan.

"Reaksi kemarahan Anda dapat menyebabkan kerusakan pada hubungan yang paling penting," kata Tafrate. Manusia adalah makhluk sosial, dan kita membutuhkan hubungan sosial untuk berkembang. "Kemarahan dapat memicu kata-kata kasar atau bahkan perilaku kekerasan."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya