Liputan6.com, Jakarta Harga emas dunia melanjutkan relinya dan mencapai rekor tertinggi pada hari Senin, 1 April 2023. Lonjakan ini didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve, dan daya tarik emas sebagai aset safe haven.
Melansir CNBC International, nilai emas spot naik 1,32% dan diperdagangkan pada USD 2.265,53 per ounce.
Advertisement
Harga emas berjangka AS juga naik lebih dari 2% dan diperdagangkan pada USD 2.286,39 per ounce.
"Saya pikir ini adalah momen yang sangat menarik dalam emas," kata Joseph Cavatoni, ahli strategi pasar di Dewan Emas Dunia (WGC).
"Apa yang sebenarnya mendorong kenaikan ini adalah, menurut saya, banyak spekulan pasar yang benar-benar mendapatkan kepercayaan dan kenyamanan (dalam) pemotongan suku bunga The Fed," bebernya.
Pengamat pasar Dewan Emas Dunia memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga pada bulan Mei atau Juni.
Pengukur inflasi utama The Fed untuk bulan Februari naik 2,8% secara tahunan, menurut data yang dirilis Jumat lalu, kemungkinan akan membuat bank sentral AS menahan diri sebelum dapat mulai mempertimbangkan penurunan suku bunga.
The Fed masih mempertahankan suku bunga pada akhir pertemuan bulan Maret baru-baru ini, namun tetap bertahan pada perkiraan penurunan suku bunga sebanyak tiga kali di 2024.
Seperti diketahui, harga emas cenderung memiliki hubungan terbalik dengan suku bunga. Ketika suku bunga turun, emas menjadi lebih menarik dibandingkan dengan aset pendapatan tetap seperti obligasi, yang akan menghasilkan imbal hasil yang lebih lemah dalam lingkungan suku bunga rendah.
Harga emas batangan juga didorong lebih tinggi oleh permintaan luar negeri, menurut Caesar Bryan, manajer portofolio di perusahaan manajemen investasi Gabelli Funds.
"Di Tiongkok, investor swasta tertarik pada emas karena kinerja sektor real estate yang buruk," jelas Bryan, seraya menambahkan bahwa perekonomian Tiongkok secara umum masih lemah dan pasar saham serta mata uangnya tidak berkinerja baik.
Reli Emas Dipicu Pembelian Bank Sentral Dunia
Cavatoni menyebut, reli emas sejauh ini dipicu oleh kuatnya pembelian dari bank sentral dunia dalam upaya mendiversifikasi portofolio cadangan karena risiko geopolitik, inflasi domestik, dan melemahnya dolar AS.
"Dasar yang sangat kuat bagi mereka untuk terus membeli… (tetapi) mari kita lihat apakah jumlah mereka akan terus meningkat dan bertahan lama," tambahnya.
Tiongkok adalah pendorong utama permintaan konsumen dan pembelian emas oleh bank sentral, menurut data dari WGC.
Advertisement
Harga Emas Dunia Masih Perkasa, Bagaimana Prediksinya di Awal April 2024?
Harga emas terus melonjak dan tidak dapat dihentikan karena mencatat kinerja sangat baik dengan menutup bulan dan kuartal mendekati rekor tertinggi, jauh di atas USD 2.200 per ounce.
Para analis mencatat bahwa kinerja emas pada Kamis, 28 Maret 2024 yang mengakhiri minggu perdagangan yang dipersingkat menjelang akhir pekan panjang Paskah, lebih mengesankan jika dibandingkan dengan Indeks dolar AS, yang diperdagangkan mendekati level tertinggi enam minggu di atas 104 poin.
Harga emas terakhir diperdagangkan di kisaran USD 2.241 per ounce, naik 2,7% dari minggu lalu. Untuk bulan ini, emas naik 9%, dan untuk kuartal ini, logam mulia naik 8%.
Dorongan emas lebih lanjut ke wilayah langit biru juga terjadi menjelang data inflasi yang penting. Meskipun pasar tutup pada hari Paskah, namun hari tersebut bukan merupakan hari libur pemerintah, sehingga Biro Analisis Ekonomi AS akan merilis Indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE). Menurut perkiraan konsensus, para ekonom memperkirakan inflasi akan meningkat 0,3% di bulan Februari.
Prediksi Analis
Beberapa analis mengatakan bahwa emas menarik momentum baru karena ancaman inflasi tidak sebesar sebelumnya. Pekan lalu Federal Reserve memberi isyarat mereka masih memperkirakan tiga kali penurunan suku bunga tahun ini meskipun mereka melihat inflasi bertahan di atas target 2%.
Analis Pasar Senior di Barchart, Darin Newsom mengatakan reli emas adalah sinyal bahwa investor khawatir bahwa Federal Reserve tidak akan mampu mengendalikan inflasi karena mulai menurunkan suku bunga.
"Ketakutan geopolitik masih ada dan akan terus meningkat menjelang pemilu AS pada bulan November,. Jika The Fed mulai menurunkan suku bunga, imbal hasil obligasi akan turun, sehingga menjadikan emas sebagai aset safe-haven yang lebih menarik," kata Newsom, dikutip dari Kitco, Minggu (31/3/2024).