Liputan6.com, Jakarta - Publik masih terus mengawal perkembangan kasus dugaan penganiayaan anak selebgram Aghnia Punjabi. Sayangnya, narasi beberapa warganet berkembang jadi seolah menyalahkan orangtua korban. Komentar-komentar online seperti, "Kok ibunya masih kerja?" dan "Orangtuanya ke mana sih anaknya sampai jadi korban penganiayaan?" satu-dua kali terlihat.
Faktanya, tendensi ini telah berulang kali muncul. Melansir CNBC, Senin (1/4/2024), kolumnis, sekaligus kontributor senior The Federalist, Bethany Mandel, beropini bahwa setelah seorang anak terluka atau terbunuh, para mommy-shamers di dunia mendadak berkomentar, tidak mampu berempati untuk menyadari bahwa terkadang hal-hal buruk terjadi, bahkan pada anak-anak yang memiliki orangtua terbaik.
Advertisement
Lalu, mengapa banyak orang yang terdorong menyalahkan orangtua korban, yang dalam banyak hal juga merupakan korban, ketika anak-anak mereka mengalami kekerasan, bukan pihak yang melakukan tindakan tercela itu? Mandel mencatat, kebanyakan orangtua tidak ingin percaya bahwa sesuatu yang buruk dapat terjadi pada anak-anak mereka.
"Para orangtua ingin percaya bahwa mereka dapat mencegah hal tersebut, Karena itu, menurut mereka, pasti ada sesuatu yang bisa dilakukan orangtua lain untuk mencegah tragedi tersebut," sebut Mandel. "Tragedi jarang sekali terjadi secara teratur, dapat diprediksi, atau dapat dicegah."
"Terkadang, hal buruk menimpa orang baik, bisa terjadi kapan saja, dan ini merupakan salah satu aspek kehidupan yang paling menakutkan," kata dia. "Demi mengatasi teror tersebut, banyak dari kita yang berpura-pura bahwa hal tersebut tidak dapat terjadi dan tidak akan terjadi (pada diri sendiri dan orang sekitar)."
Kesalahan Selalu Berada di Pelaku
Mandel menegaskan, kesalahan pada akhirnya selalu berada di pihak pelaku. "Menginternalisasikan gagasan bahwa kita dapat melindungi anak-anak kita dari segala bentuk bahaya atau kitalah yang harus disalahkan atas apa pun yang terjadi pada mereka adalah hal yang berbahaya bagi orangtua dan, pada akhirnya, bagi anak-anak kita," sebut dia.
"Demi kepentingan kita semua, kita memang harus membahas bagaimana orangtua dari semua kalangan dapat melindungi anak-anak mereka, tapi jangan sampai mengesankan atau memberi impresi dalam bentuk apapun bahwa ini merupakan salah para orangtua," tegasnya.
Aghnia sebelumnya merilis foto memperlihatkan anak bungsunya mengalami lebam yang cukup besar di mata sebelah kiri dan ada luka memar juga di area telinga, rangkum kanal Showbiz Liputan6.com, Senin (1/4/2024). Setelah beberapa hari berlalu, ia membagikan informasi terbaru terkait kondisi sang putri.
Ia bersyukur karena mata kirinya yang semula sangat bengkak, perlahan berangsur membaik. "Hari ini matanya sudah agak bisa melek alhamdulillah," tulisnya di Instagram Story pada Minggu, 31 Maret 2024.
Advertisement
Kondisi Terkini Anak Aghnia Punjabi
Namun, ada luka lebam baru muncul, yaitu di area mata sebelah kanan, Aghnia mengabari. Tidak lupa, ia juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah memberi perhatian dan kepedulian pada keluarganya, terutama anaknya. Ia merasa sang buah hati begitu dicintai banyak orang.
"Saya mengucapkan terima kasih banyak untuk semua yang sudah care, keluarga besar, teman, sahabat, dan semua yang sudah memberi bingkisan ke rumah yang mungkin saya tidak bisa tag satu-satu. dari hati yang paling dalam, saya berterima kasih," tuturnya. "Bahkan, saya enggak berhenti nangis terharu, banyak sekali yang menolong Cara tanpa diminta dan yang care. Masya Allah."
Ia menyambung, "Untuk kerabat atau sahabat yang sudah berkunjung ke rumah tapi belum bisa ketemu saya, mohon maaf karena kondisi saya yang kurang stabil dan saya mau fokus ke kesembuhan Cana dulu. Jadi terima kasih sudah mengerti."
Sementara itu, kanal Surabaya Liputan6.com melaporkan, Kepolisian Resor Kota (Polresta) Malang Kota mengungkap motif penganiayaan tersangka penganiaya anak Aghnia yang merupakan seorang perempuan asal Jawa Timur berinisial IPS berusia 27 tahun. Kasatreskrim Polresta Malang Kota Kompol Danang Yudanto mengungkap bahwa pelaku merasa kesal terhadap korban yang masih balita itu.
Motif Penganiaya Anak Selebgram
Rasa kesal pelaku tersebut, kata Kompol Danang, karena korban berinisial JAP (3) menolak diberikan obat untuk menyembuhkan luka cakar. Penolakan itu lantas memancing rasa kesal pelaku, kemudian terjadi penganiayaan. Selain rasa kesal akibat korban tidak mau diberi obat tersebut, berdasarkan pengakuan tersangka, ada beberapa faktor lain yang jadi pendorong peristiwa penganiayaan tersebut.
"Tersangka mengaku saat itu ada salah satu anggota keluarga yang sakit. Namun, itu tidak bisa dijadikan alasan pembenaran untuk melakukan kekerasan terhadap anak," kata Kompol Danang di Kota Malang, Sabtu, 30 Maret 2024, dilansir dari Antara.
Saat ini, Polresta Malang Kota masih melakukan pendalaman terkait kasus dugaan penganiayaan tersebut dan memeriksa rekaman CCTV. Hal tersebut guna memastikan apakah ada peristiwa lain yang dilakukan tersangka terhadap korban. "Kami masih mendalami, tentunya masih dianalisis. Kami akan petakan, apakah ada bentuk kekerasan lain yang bisa kami deteksi dan identifikasi dari rekaman tersebut," sebut dia.
Pihak kepolisian juga telah melakukan pemeriksaan terhadap empat orang saksi, yakni kedua orangtua korban dan dua orang yang bekerja di rumah Aghnia. Saat peristiwa penganiayaan terjadi, kedua orangtua korban berada di Jakarta.
Advertisement