Liputan6.com, Jakarta - Setelah menjalin aliansi dengan waktu cukup panjang, Nissan dan Mitsubishi untuk pertama kalinya akan bermitra dalam produksi kendaraan listrik, hybrid, dan truk pikap untuk pasar Amerika Utara.
Nissan setelah membeberkan kerja sama dengan Honda dan menerbitkan rencana baru jangka panjangnya dalam "The Arc" untuk membuat 30 model baru hingga akhir 2026, memang terlihat gencar memperkuat dan memperlebar hubungan bisnisnya.
Advertisement
Disitat Auto News, pertukaran teknologi antara kedua perusahaan raksasa Jepang ini, Nissan akan mendapatkan teknologi plug-in hybrid dari Mitsubishi, sementara pabrikan berlogo tiga berlian itu akan mendapatkan kendaraan listrik dengan teknologi Nissan.
Walau Nissan sudah lama melakukan penetrasi mobil listrik di AS dengan Nissan Leaf dan Ariya, produsen mobil tersebut terkejut dengan minat pada mobil hybrid yang terus meningkat akhir-akhir ini. Produksi hybrid untuk rencana jangka menengah tercantum pada roadmap besar The Arc milik Nissan.
Sementara itu, Nissan dan Mitsubishi akan bersama-sama mengembangkan pikap yang akan diproduksi di Meksiko.
Dalam jangka panjang, truk pikap ini juga akan mendapatkan opsi drivetrain hybrid dan listrik, walau hal tersebut masih dalam pertimbangan yang belum diputuskan secara resmi.
Pikap ini akan memiliki bobot 1 ton yang kemungkinan akan mendarat sebagai penerus Nissan Frontier.
Walau pikap ini diperkirakan baru akan tiba pada 2027 dan 2031, diler Mitsubishi di AS akhirnya akan melengkapi showroomnya dengan jenis pikap yang merupakan salah satu primadona di pasar AS.
Pasalnya, Triton milik Mitsubishi yang telah memulai sebaran globalnya terlambat didatangkan ke AS karena menghadapi tarif ketat sebesar 25 persen untuk truk ringan impor. Kini dengan pikap yang diproduksi di Meksiko, masalah tarif akan luput.
Meskipun belum ada detil lebih lanjut mengenai model kendaraan dan indikasi kapan Mitsubishi EV atau Nissan PHEV akan memasuki pasar, kerja sama ini akan mengisi kesenjangan strategis dalam jajaran produk mereka menghadapi persaingan pasar menuju transisi energi.
Telah Lama Bermitra
Nissan Motor Co. dan Mitsubishi Motors Corp. telah terikat dalam aliansi korporasi sejak tahun 2016 setelah mantan Chairman Nissan, Carlos Ghosn merenggut 34 persen saham pengendali di Mitsubishi setelah mereka terlibat dalam skandal kecurangan emisi.
Untuk pasar Jepang, Nissan dan Mitsubishi telah lama bermitra dalam pembuatan minicar baik listrik maupun bensin. Keduanya baru saja merayakan produksi ke-100 ribu untuk minicar listriknya.
Mitsubishi juga meminjam platform dan mesin crossover Nissan Rogue untuk Outlander generasi terbarunya untuk pasar global. Namun, proyek bersama yang menargetkan Amerika Utara baru disiarkan dalam rencana kali ini.
CEO Nissan Makoto Uchida menyoroti kerja sama yang lebih erat dengan Mitsubishi dan mitra lamanya di Prancis, Renault, sebagai kunci untuk mempertahankan profitabilitas dalam rencana bisnis jangka menengah menghadapi elektrifikasi yang ia umumkan pada 25 Maret lalu.
"Kita tidak bisa melakukan semuanya sendirian. Kita memerlukan kemitraan untuk mengisi kesenjangan strategis," kata Uchida.
Pada Februari lalu, Wakil Presiden Eksekutif Mitsubishi Hiroshi Nagaoka mengatakan perusahaannya yang memiliki salah satu portofolio terkecil di AS, sedang melakukan pembicaraan dengan mitra aliansi. Saat itu, Mitsubishi menolak mengidentifikasi kendaraan tersebut.
"Di Amerika Utara, kami akan menerima pasokan kendaraan dari mitra aliansi kami sampai batas tertentu. Kami akan menerima apa yang diperlukan dalam keseluruhan jajaran produk kami," kata Nagaoka.
"Dalam peralihan elektrifikasi, mobil baru akan diperlukan. Jadi kami sedang berdiskusi dengan mitra kami," tambahnya.
Advertisement