Militer Amerika Serikat Hancurkan 2 Drone di Laut Merah dan Teluk Aden

Militer AS hancurkan dua pesawat tanpa awak yang dikuasai oleh Houthi di Yaman.

oleh Tim Global diperbarui 01 Apr 2024, 17:24 WIB
Kiprah kelompok Houthi menyita perhatian publik usai mendeklarasikan blokade terhadap kapal laut yang menuju Israel di Laut Merah. Blokade itu diklaim hanya akan berakhir jika Israel mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. (AP Photo)

Liputan6.com, Washington D.C - Militer Amerika Serikat melaporkan pada hari Minggu (31/3) bahwa sehari sebelumnya mereka telah menghancurkan dua pesawat tanpa awak di wilayah yang dikuasai Houthi di Yaman karena dianggap mengancam kapal-kapal di wilayah tersebut.

Komando Pusat AS (CENTCOM) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pasukannya menembak jatuh salah satu drone di atas Laut Merah, dan satunya lagi dihancurkan di tempat di mana pesawat itu siap diluncurkan.

CENTCOM menyebutkan bahwa tindakan itu diperlukan untuk melindungi pasukan AS, memastikan kebebasan navigasi, dan membuat perairan internasional lebih aman dan terjamin bagi kapal-kapal AS, koalisi dan kapal-kapal dagang.

Pada saat itu, Badan Operasi Perdagangan Maritim Inggris tidak melaporkan adanya ancaman terhadap kapal-kapal di wilayah tersebut.

Houthi sebelumnya telah melancarkan sejumlah serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah dan Teluk Aden dalam beberapa bulan terakhir, dan mengatakan bahwa tindakan mereka merupakan solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza akibat perang Israel-Hamas.

Serangan-serangan ini telah menyebabkan banyak perusahaan pelayaran komersial mengalihkan rute kapal-kapal mereka dari daerah tersebut, dan memilih menggunakan rute yang jauh lebih panjang dan mahal dengan mengelilingi benua Afrika


Amerika Serikat Update Status Houthi di Yaman Jadi Kelompok Teroris Global

Ideologi Houthi antara lain dirumuskan dalam slogannya, yakni "Allah Maha Besar, matilah AS, matilah Israel, terkutuklah kaum Yahudi dan kemenangan bagi Islam." (AP Photo)

Amerika Serikat (AS) pada Rabu (17/1/2024) menyatakan pemberontak Houthi di Yaman sebagai Kelompok Teroris Global yang Ditetapkan Secara Khusus (SDGT), langkah yang dilakukan di tengah berlanjutnya serangan mereka terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah.

Langkah, yang diumumkan oleh Kementerian Luar Negeri AS dan Gedung Putih, tersebut membalikkan sebagian keputusan Kementerian Luar Negeri AS pada Februari 2021 yang menghapus penetapan SDGT.

"Hari ini, sebagai respons terhadap ancaman dan serangan yang terus berlanjut ini, AS mengumumkan penetapan Ansarallah, yang juga dikenal sebagai Houthi, sebagai Teroris Global yang Ditetapkan Secara Khusus," kata penasihat keamanan nasional Jake Sullivan, seperti dikutip dari CBS News, Kamis (18/1).

"Penunjukan ini merupakan alat penting untuk menghalangi pendanaan teroris ke Houthi, semakin membatasi akses mereka ke pasar keuangan, dan meminta pertanggungjawaban mereka atas tindakan mereka."

Keputusan Kementerian Luar Negeri AS pada tahun 2021 juga menghapus penetapan kelompok tersebut sebagai organisasi teroris asing (FTO), dan penetapan pada Rabu tidak mengembalikan karakterisasi tersebut.

Penunjukan SDGT berbeda dari FTO karena mempunyai implikasi berbeda terhadap potensi penyaluran bantuan kemanusiaan. Label FTO dapat memicu sanksi bagi mereka yang memberikan dukungan material kepada kelompok yang ditunjuk.


Implikasi Berbeda

Dikutip dari AFP pada Senin (29/1/2024), Houthi Yaman juga masih menyerang kapal-kapal komersial yang melintasi Laut Merah. (AFP)

Seorang pejabat senior pemerintah mengatakan, "Penetapan SDGT memberikan fleksibilitas yang lebih baik untuk mencapai tujuan yang kita miliki, yaitu menjaga bantuan kemanusiaan serta kesejahteraan masyarakat Yaman yang lebih luas sambil tetap melawan serangan terorisme yang tidak dapat diterima yang dilakukan Houthi."

Sejak perang Hamas Vs Israel pada 7 Oktober, pemberontak Houthi telah melancarkan puluhan serangan drone dan rudal terhadap kapal dagang di Laut Merah dalam apa yang mereka katakan sebagai solidaritas terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.

Ketika ditanya oleh wartawan pada 12 Januari apakah Houthi adalah kelompok teroris, Presiden Joe Biden menjawab, "Saya kira memang demikian."

Pernyataan Biden tersebut muncul pada hari yang sama ketika pasukan AS dan Inggris, dengan dukungan dari Bahrain, Australia, Kanada, dan Belanda, melancarkan serangan udara putaran pertama mereka terhadap puluhan situs Houthi di Yaman.

Para pejabat AS, termasuk Menteri Luar Negeri Antony Blinken, telah memperingatkan selama berminggu-minggu mengenai konsekuensi yang tidak ditentukan bagi Houthi, sambil menekankan perlunya mencegah konflik Gaza meluas ke seluruh Timur Tengah.

Infografis Militer Israel Perluas Serangan ke Gaza Selatan (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya