Harga Minyak Dunia Melambung Usai Konsulat Iran di Damaskus Dirudal

Harga minyak mentah AS dan Brent membukukan kenaikan selama tiga bulan berturut-turut. WTI naik 17,8% untuk tahun ini sementara Brent naik 14,2%.

oleh Arthur Gideon diperbarui 02 Apr 2024, 08:00 WIB
Harga minyak Brent yang menjadi patokan harga minyak dunia dengan kontrak pengiriman bulan Juni bertambah 42 sen atau 0,48% menjadi USD 87,42 per barel. Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah berjangka naik pada perdagangan pertama di kuartal II 2024 di tengah laporan bahwa konsulat Iran di Damaskus Suriah terkena serangan rudal.

Mengutip CNBC, Selasa (2/4/2024), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) untuk pengiriman Mei naik 54 sen atau 0,65% menjadi USD 83,71 per barel.

Sedangkan harga minyak Brent yang menjadi patokan harga minyak dunia dengan kontrak pengiriman bulan Juni bertambah 42 sen atau 0,48% menjadi USD 87,42 per barel.

Media pemerintah Suriah dan Iran mengatakan pada hari Senin bahwa serangan rudal Israel menghantam konsulat Iran di Damaskus. Sumber keamanan Lebanon mengatakan bahwa seorang komandan senior Garda Revolusi Iran, Mohammad Reza Zahedi, termasuk di antara korban tewas.

 

“Berita ini jika terkonfirmasi, jelas merupakan peningkatan konflik di Timur Tengah dan kemungkinan akan terus meningkatkan harga minyak dalam jangka pendek,” jelas analis Roth MKM Leo Mariani mengatakan kepada kliennya pada hari Senin.

 

Ukraina menyerang kilang minyak Rusia, dan serangan militan Houthi di Laut Merah telah menyebabkan pengalihan pengiriman minyak mentah di sekitar Tanjung Harapan di Afrika bagian selatan.

OPEC+

Harga minyak dunia juga naik lebih tinggi pada 2024 di tengah ekspektasi permintaan global yang kuat karena OPEC+ menahan pasokan minyak di pasar setidaknya hingga kuartal kedua.

Harga minyak mentah AS dan Brent membukukan kenaikan selama tiga bulan berturut-turut. WTI naik 17,8% untuk tahun ini sementara Brent naik 14,2%.


Perdagangan Sebelumnya

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Harga minyak naik lebih dari USD 1 per barel pada perdagangan Kamis (Jumat waktu Jakarta), setelah jatuh selama dua sesi berturut-turut. Harga minyak melonjak di tengah prospek pasokan mengingat aliansi produsen OPEC+ diperkirakan akan tetap mempertahankan pengurangan produksi saat ini.

Dikutip dari CNBC, Jumat (29/3/2024), harga minyak mentah Brent berjangka untuk bulan Mei naik USD 1,39 atau 1,61% menjadi USD 87,48 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik USD 1,82 atau 2,24%, menjadi USD 83,17 per barel.

Kedua patokan harga minyak dunia tersebut naik lebih dari 2% pada minggu ini dan berada di jalur untuk berakhir lebih tinggi selama tiga bulan berturut-turut.

Pada sesi perdagangan sebelumnya, harga minyak berada di bawah tekanan dari kenaikan tak terduga dalam persediaan minyak mentah dan bensin AS pada minggu lalu, didorong oleh peningkatan impor minyak mentah dan lesunya permintaan bensin.

Namun, peningkatan stok minyak mentah lebih kecil dari proyeksi American Petroleum Institute, dan para analis mencatat peningkatan tersebut lebih rendah dari perkiraan untuk sepanjang tahun ini.

“Kami… memperkirakan persediaan minyak AS akan meningkat kurang dari biasanya sebagai cerminan dari defisit tipis pasar minyak global. Hal ini kemungkinan akan memberikan dukungan terhadap harga minyak mentah Brent di masa depan," kata Analis SEB Bjarne Schieldrop.

Tingkat pemanfaatan kilang di AS, yang naik 0,9 poin persentase pada minggu lalu, juga mendukung harga.


Ekonomi AS

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan menyatakan, perekonomian AS  tumbuh lebih cepat dari perkiraan sebelumnya pada kuartal keempat. Produk domestik bruto meningkat pada tingkat tahunan sebesar 3,4% dari laju yang dilaporkan sebelumnya sebesar 3,2%.

“Kekuatan di pasar saham menunjukkan kuatnya pendapatan ke depan yang, pada gilirannya, mengisyaratkan perekonomian AS yang sangat kuat dan kondusif terhadap permintaan produk energi yang lebih baik dari perkiraan,” kata Konsultan Energi Ritterbusch and Associates, Jim Ritterbusch.

Infografis Krisis Venezuela di Negeri Minyak. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya