Liputan6.com, Jakarta - Delapan penumpang kapal pesiar Norwegia mengaku ditelantarkan di sebuah pulau di Afrika oleh kapal yang mengangkut mereka. Dua di antara penumpang yang ditinggalkan itu adalah perempuan hamil dan lansia yang memiliki penyakit jantung.
Jill dan Jay Campbell yang berasal dari South Carolina mengatakan mereka terjebak di sebuah pulau di Sao Tome, Afrika Tengah, bersama empat warga AS lain dan dua penumpang asal Australia. Menurut WMBF, kapten kapal menolak mengangkut mereka kembali setelah mereka turun untuk mengikuti tur wisata singkat.
Advertisement
Pasangan Campbell mengakui ada masalah dalam tur wisata ke pulau itu. Mereka menyatakan bahwa pemandu tur 'tidak mengantarkan mereka kembali' ke kapal tepat waktu pada Jumat, 29 Maret 2024.
"Kami merasa, waktu kami semakin singkat, dan mereka berkata, 'Tidak masalah, kami bisa mengantarmu kembali dalam waktu satu jam," kenang Jay kepada pemandu wisata. Dia mengatakan operator tur kemudian menghubungi kapten kapal pesiar untuk memberi tahu mereka bahwa mereka akan terlambat.
Ketika rombongan tur itu tiba di pelabuhan, Ia menyatakan bahwa kapal tersebut masih berlabuh. Penjaga pantai pulau itu lalu membawa mereka naik perahu untuk kembali ke kapal pesiar. Namun, kapten diduga menolak mengizinkan rombongan itu naik.
"Kapten bisa saja membuat keputusan mudah untuk mengembalikan salah satu tender boat (kapal kecil), menjemput kami, memuat kami dengan aman, dan kemudian melanjutkan perjalanan," kata Campbell. "Mereka tidak punya jadwal singgah di pelabuhan keesokan harinya, mereka hanya akan berada di laut."
Lewati 6 Negara untuk Mengejar Kapal Pesiar
Anggota rombongan mengaku dibiarkan terdampar di pulau itu tanpa membawa barang bawaan apa pun dari kabin, termasuk uang, obat-obatan, dan dokumen perjalanan yang diperlukan. Hanya pasangan Campbell yang membawa kartu Visa dan harus membayar lebih dari 5 ribu dolar untuk makanan, perlengkapan mandi, dan hotel untuk grup tersebut, kata mereka kepada WRAL.
Dalam pernyataan terbaru pada Sabtu, 30 Maret 2024, juru bicara Norwegia Cruise Lines menyatakan bahwa 'para tamu bertanggung jawab atas segala biaya perjalanan yang diperlukan untuk bergabung kembali dengan kapal di pelabuhan panggilan berikutnya yang tersedia.'
Mengetahui hal tersebut, rombongan berencana terbang ke Gambia di Afrika Barat untuk naik kapal pesiar di pelabuhan pada Minggu, 31 Maret 2024. Mereka menghabiskan 15 jam perjalanan melalui enam negara untuk mencapai pelabuhan pada Hari Paskah, hanya untuk mengetahui bahwa kapal tersebut tidak dapat berlabuh karena air surut, menurut WPDE.
Para penumpang sekarang menuju ke pelabuhan di Senegal, tempat kapal pesiar tersebut dijadwalkan berlabuh pada hari ini, Selasa (2/4/2024). Namun, melakukan hal tersebut tidak akan mudah.
Advertisement
Keluar Banyak Biaya
Menurut Jay, rombongannya membutuhkan alat transportasi yang bisa mengangkut mereka semua, termasuk perempuan disabilitas. Drama pun masih berlanjut karena feri yang dibutuhkan untuk menyeberangkan mereka ke Senegal tidak berfungsi.
"Kami baru saja mengetahui dari pria tersebut bahwa feri tersebut tidak berfungsi, namun dia berkata, 'Tidak masalah, jika feri tersebut tidak berfungsi, kami akan naik perahu kecil lagi dan kemudian mengambil mobil di seberang," kata Jay kepada WDPE.
“Dan begitu kita tiba di sisi lain Senegal, perjalanan akan memakan waktu empat jam lagi.”
Meski begitu, Jay mengatakan perjalanan itu sepadan. "Kami membayar banyak untuk perjalanan ke Afrika ini, jadi kami berharap bisa melewati sisa perjalanan ini dan berakhir di Spanyol," katanya kepada WBMF.
Sementara itu, juru bicara kapal pesiar sebelumnya mengaku sudah 'berkomunikasi dengan para tamu' dan 'bekerja dekat dengan pihak berwenang setempat untuk memahami persyaratan dan visa yang diperlukan jika para tamu ingin bergabung kembali dengan kapal pada panggilan pelabuhan yang tersedia berikutnya'.
Kapal Pesiar Dilarang Berlayar ke Pulau Komodo
Dari dalam negeri, Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Labuan Bajo memperpanjang larangan kapal wisata untuk berlayar ke Pulau Komodo Taman Nasional Komodo (TNK) hingga 20 Maret 2024 karena cuaca buruk. Sebelumnya, KSOP Kelas III Labuan Bajo telah mengeluarkan surat pemberitahuan kepada para nakhoda wisata (Notice to Mariners) tentang larangan berlayar selama enam hari sejak 11-16 Maret 2024.
"Larangan diperpanjang sampai 20 Maret," kata Kepala KSOP Kelas III Labuan Bajo Stephanus Risdiyanto pada Minggu, 17 Maret 2024, dikutip dari kanal Regional Liputan6.com.
Menurut dia, larangan berlayar selama lima hari ke depan karena ada potensi gelombang tinggi dan angin kencang menurut prakiraan cuaca oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Selama rentang waktu larangan berlayar, KSOP Kelas III Labuan Bajo tidak melayani pemberian Surat Persetujuan Berlayar (SPB) kepada kapal yang ingin berlayar.
KSOP Kelas III Labuan Bajo, hanya memberikan SPB kepada kapal yang berlayar ke Pulau Rinca yang masih berada dalam kawasan Taman Nasional Komodo. "Itupun SPB diberikan hanya untuk speedboat," katanya.
Advertisement