Liputan6.com, Jakarta - PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) mengatakan pengalihan saham treasuri lewat private placement. Pengalihan dilakukan pada 28 Maret 2024, di mana perseroan berhasil mengalihkan kembali saham treasuri sebanyak 27.147.900 lembar saham.
Saham yang dialihkan ini merupakan sisa saham hasil pembelian kembali yang dibeli oleh perseroan pada periode pembelian kembali 2 September - 1 Desember 2015
Advertisement
Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam (Persero) Tbk, Niko Chandra menjelaskan, harga penjualan yaitu Rp 2.950 per saham, yang merupakan harga penutupan sehari sebelum tanggal transaksi.
Di mana harga tersebut tidak lebih rendah dari Rp 1.578 per saham, rata-rata harga penutupan selama 90 hari terakhir sebelum tanggal penjualan.
"Dengan dilakukannya pengalihan saham treasuri perseroan pada 28 Maret 2024, maka perseroan masih memiliki 6.302.000 lembar saham yang merupakan hasil pembelian kembali (buyback) yang dilakukan oleh perseroan pada 17 Maret 2024 sampai dengan 16 Juni 2020," kata dia dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (2/4/2024).
Pihak penerima pengalihan saham treasuri adalah PT BNI Sekuritas (BNIS). BNIS merupakan pihak pembeli yang terafiliasi dengan perseroan.
Sebab, BNIS ataupun perseroan baik langsung maupun tidak langsung dikendalikan oleh pengendali yang saham, yaitu Negara Republik Indonesia. Pembeli merupakan anggota bursa (AB) yang memiliki kegiatan usaha salah satunya yaitu perdagangan efek sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Ini Biang Kerok Laba Bukit Asam Susut 51,4% pada 2023
Sebelumnya, PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) membukukan penurunan laba 51,4 persen pada 2023. Hal ini lantaran harga batu bara yang lesu.
Direktur Keuangan & Manajemen Risiko PT Bukit Asam Tbk, Farida Thamrin menjelaskan, salah satu faktor susutnya laba tahun lalu lantaran terjadi koreksi harga batu bara dan fluktuasi pasar. Rata-rata harga batu bara ICI-3 terkoreksi sekitar 34 persen dari USD 127,8 per ton pada Januari-Desember 2022 menjadi USD 84,8 per ton secara tahunan.
Sementara, Harga Pokok Penjualan mengalami kenaikan, di antaranya pada komponen biaya royalti, angkutan kereta api, dan jasa penambangan.
"Jadi khusus ICI-3 itu turunnya hampir 34 persen. Kedua dari sisi biaya. Ini memang hampir sama dengan biaya yang timbul di 2023 dengan 2022. Komponen biaya yang timbul pertama dari royalti, kedua angkutan, dan penambangan," imbuhnya.
Namun, ia menyebut kebutuhan biaya pada kuartal IV 2023 menunjukkan penurunan secara kuartalan. Oleh sebab itu, lewat efisiensi dari sisi biaya atau cost, harapannya perusahaan bisa menjaga laba tetap tumbuh meski harga batu bara turun. Sepanjang 2023, perseroan membukukan pendapatan Rp 38,49 triliun. Pendapatan ini turun 9,75 persen dari Rp 42,65 pada 2022.
Dari raihan itu, perseroan membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada 2023 sebesar Rp 6,1 triliun. Laba ini turun 51,42 persen dibandingkan laba pada 2022 yang tercatat sebesar Rp 12,57 triliun.
Pada sesi pertama, harga saham PTBA naik 1,41 persen menjadi Rp 2.880 per saham. Harga saham PTBA dibuka stagnan Rp 2.840 per saham. Harga saham PTBA berada di level tertinggi Rp 2.900 dan terendah Rp 2.810 per saham. Total frekuensi perdagangan 5.563 kali dengan volume perdagangan 216.391 saham. Nilai transaksi Rp 62,1 miliar.
Advertisement
Target 2024
Sebelumnya diberitakan, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menargetkan produksi batu bara pada 2024 mencapai 41,3 juta ton. Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk, Arsal Ismail mengatakan, perencanaan perseroan tahun ini dilakukan dengan mencermati perkembangan pasar terkini dan mengantisipasi berbagai faktor yang dinamis.
"Pada 2024, PTBA menargetkan produksi batu bara sebesar 41,3 juta ton, penjualan 43,1 juta ton, serta angkutan 33,7 juta ton," kata Arsal dalam konferensi pers kinerja perseroan tahun buku 2023, Jumat (8/3/2024).
Sebagai perbandingan, perseroan berhasil meningkatkan kinerja operasional sepanjang 2023. Pada periode tersebut, total produksi batu bara PTBA pada mencapai Rp 41,9 juta ton. Raihan ini tumbuh 13 persen dibanding realisasi produksi pada 2022 yang sebesar Rp 37,1 juta ton.
"Capaian produksi ini berhasil melampaui target sebesar 41 juta ton yang ditetapkan pada adal tahun 2023," ujar Arsal.
Kenaikan produksi itu diikuti dengan peningkatan volume penjualan batu bara menjadi 37,0 juta ton pada 2023, naik 17 persen dibanding tahun sebelumnya. Perseroan mencatat penjualan ekspor sebesar 15,6 juta ton atau naik 25 persen dibanding 2022.