Liputan6.com, Jakarta - Lebih dari sebulan yang lalu, di tengah sinisme terhadap penyelenggaraan Pemilihan Umum 2024 dan bergulirnya wacana pengajuan hak angket, saya menulis opini bahwa kemenangan pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka telah diakui dunia. Meskipun saat itu baru didasarkan pada hasil hitung cepat, sejumlah pemimpin dunia tanpa ragu-ragu menyampaikan ucapan selamat kepada Prabowo yang telah terpilih sebagai Presiden ke-8 Republik Indonesia.
Kini, dengan nuansa yang kurang lebih serupa, di tengah berjalannya sidang perkara perselisihan hasil Pilpres 2024 yang diajukan oleh kubu Paslon 1 dan Paslon 3 di Mahkamah Konstitusi (MK), lagi-lagi dunia memberikan jawaban dan dukungan. Setelah sebelumnya banyak menerima ucapan selamat melalui surat, panggilan telepon, atau media sosial, kali ini Prabowo mengumumkan lawatan perdananya memenuhi undangan Presiden Tiongkok, dilanjutkan kunjungan ke Jepang dan kabarnya dalam waktu dekat juga dikabarkan akan bersilaturahmi ke negeri jiran, Malaysia.
Advertisement
Prabowo tiba di Beijing, Tiongkok, pada Minggu (31/3/2024), disambut langsung oleh Wakil Menteri Luar Negeri Sun Weidong, Duta Besar Tiongkok di Jakarta Lu Kang, dan Atase Pertahanan RI di Beijing Brigjen TNI (Mar) Benny Poltak. Serangkaian pertemuan dengan Presiden Xi Jinping, Perdana Menteri Li Qiang dan Menteri Pertahanan Admiral Dong Jun, digelar berturut-turut sejak Senin hingga Selasa (02/04/2024).
Mengawali sambutannya dalam pertemuan di Balai Agung Rakyat, Beijing, Presiden Xi Jinping kembali mengucapkan selamat kepada Prabowo yang telah terpilih sebagai Presiden Indonesia dan menyampaikan keinginan Tiongkok untuk memperkuat kerjasama di masa depan.
Tidak langsung kembali ke Indonesia, Prabowo meneruskan lawatannya ke Jepang untuk bertemu Perdana Menteri Fumio Kishida dan Menteri Pertahanan Minoru Kihara. Prabowo akan berada di Jepang sampai Rabu (3/4/2024).
Dalam keterangan Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshimasa Hayashi, kunjungan Prabowo diharapkan akan meningkatkan kerja sama bilateral yang sudah berjalan erat di berbagai bidang.
Diplomasi Personal Prabowo
Dalam studi Hubungan Internasional (HI), undangan untuk bertemu langsung seperti itu disebut sebagai diplomasi personal (personal diplomacy). Sebuah strategi diplomasi yang memfokuskan pada hubungan antarpribadi di antara pemimpin negara untuk mencapai tujuan politik, ekonomi, atau keamanan. Dalam diplomasi personal, pemimpin negara secara langsung terlibat dalam berbagai dialog dan negosiasi dengan pemimpin negara lainnya.
Merujuk catatan, strategi diplomasi personal sebenarnya sudah berusia setua diplomasi itu sendiri. Hubungan internasional di zaman kuno, misalnya antara Yunani dan Roma selalu ditandai oleh kunjungan langsung bergantian secara berkala. Mirip dengan apa yang terjadi di masa modern, berbagai kunjungan saat itu juga diinformasikan kepada masyarakat luas melalui berbagai saluran. Inilah yang kemudian disebut sebagai diplomasi publik (public diplomacy).
Diplomasi personal yang terus dilakukan di tengah kemajuan teknologi komunikasi adalah konsekuensi dari psikologi dan cara kerja otak manusia. Joe Allen, Profesor psikologi industri di University of Utah Health mengatakan, manusia adalah makhluk yang sangat sosial. Meskipun kita bisa melakukan interaksi sosial melalui panggilan video, itu tidak pernah benar-benar bisa menggantikan pertemuan dan sentuhan fisik secara langsung. Ada sesuatu tentang kebersamaan di ruangan yang sama yang melepaskan endorfin yang tidak tersedia dalam pertemuan virtual.
Dengan kata lain, undangan langsung Presiden Xi Jinping dan Perdana Menteri Fumio Kishida dapat dimaknai sebagai upaya untuk menjalin hubungan akrab dengan Prabowo, Presiden ke-8 Republik Indonesia. Pertemuan langsung dimaksudkan untuk melepas endorfin, tertawa bersama, bersalaman, menunjukkan kehangatan dan rasa hormat satu sama lain. Tentunya, pertemuan itu pasti juga dimaksudkan untuk membahas berbagai agenda strategis. Dapat dikatakan ini merupakan satu ‘langkah kuda’ yang positif untuk membangun komunikasi dan meningkatkan komitmen kerja sama lebih awal.
Apalagi, Prabowo selama ini jelas terlihat sangat concern pada isu-isu internasional, baik kawasan maupun global. Pergaulannya yang kosmopolitan sejak kecil membuat Prabowo memiliki antusiasme dan kenyamanan yang besar untuk terlibat dalam dialog-dialog antarnegara, baik bilateral maupun multilateral. Tentunya, itu juga ditunjang oleh kemampuan komunikasi yang begitu baik.
Advertisement
Mengokohkan Jalan Tengah
Tidak hanya menunjukkan diplomasi personal, undangan langsung dari Tiongkok dan Jepang juga merupakan simbol penting dalam kacamata kutub kekuatan dunia. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kekuatan dunia dibagi ke dalam dua kutub, yakni Barat diwakili Amerika Serikat (AS) dan Timur diwakili Tiongkok.
Undangan langsung dari Presiden Xi Jinping menjadi sinyal penting atas pengakuan kutub Timur. Di bawah kepemimpinan Prabowo, Tiongkok tentu ingin melanjutkan kerja sama bilateral dan multilateral yang sudah terjalin hangat selama ini.
Kemudian terkait Jepang, negeri Samurai ini pada dasarnya dapat dikatakan sebagai perwakilan Amerika Serikat di Asia. Yang menarik adalah, Tiongkok dan Jepang yang selama ini dikenal tidak akur justru terlihat antusias melakukan diplomasi personal dengan Prabowo. Banyak analis internasional kemudian meyakini, kiprah presiden terpilih ini di masa depan akan memperkuat posisi Indonesia sebagai 'jalan tengah' dunia.
Latar belakang keluarga sebagai intelektual sekaligus aktor di sektor ekonomi dan bisnis, saya kira telah membentuk pemahaman Prabowo bahwa lingkungan strategis yang ideal bagi Indonesia untuk terus tumbuh dan berkembang adalah lingkungan yang lebih kondusif dan stabil dalam arti lingkungan yang minim guncangan dan rendahnya intensitas persaingan antara dua kekuatan: Amerika Serikat dan Tiongkok.
Setelah Tiongkok dan Jepang, Prabowo juga dijadwalkan akan berkunjung ke Malaysia dalam waktu dekat. Kunjungan ke Malaysia ini saya kira akan menyangkut berbagai isu yang terkait dengan masalah konflik kawasan, penguatan ASEAN maupun persoalan Indo Pasifik secara luas.
Keberagaman hubungan internasional strategis yang sudah lebih awal dibangun oleh Prabowo ini akan menjadi modal besar untuk meningkatkan peluang Indonesia memperbesar pengaruhnya dalam mempertahankan kawasan yang tetap kondusif dan stabil hingga konflik terselesaikan secara damai.
Kita tahu, dengan tetap berpegang pada sikap politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif, Prabowo telah mencatat sejumlah capaian signifikan dalam agenda-agenda internasionalnya dan terhindar dari jebakan persepsi politik blok.
Lawatan ke Tiongkok dan Jepang sekaligus membuktikan bahwa Prabowo sejauh ini tidak dipersepsikan sebagai ancaman atau musuh, bahkan dipandang sebagai mitra strategis potensial oleh berbagai negara dominan yang ikut berkompetisi dan mempengaruhi konstelasi di kawasan ini seperti Tiongkok, Rusia, maupun negara-negara Pakta AUKUS (Australia, Inggris dan Amerika Serikat), serta Jepang dan Prancis.
Di sisi lain, konsistensi komitmennya membangun kapabilitas militer dan industri pertahanan nasional sebagai penopang, Prabowo juga akan sangat concern pada upaya meningkatkan peran dan pengaruh Indonesia untuk membangun kesadaran kolektif ASEAN sebagai pemain kunci di kawasan. Terutama dalam rangka mengatasi ambiguitas ASEAN yang diakibatkan oleh adanya kepentingan nasional yang berbeda dan hubungan hegemon-proksi dengan kekuatan dominan tertentu.
Saya kira, memandang ASEAN sebagai pijakan Indonesia untuk lebih eksis dalam kiprahnya di panggung dunia masa depan adalah hal yang realistis. Kerjasama pertahanan dalam berbagai bentuk termasuk latihan militer bersama dan pengembangan ekosistem industri pertahanan kawasan dapat menjadi pondasi bagi upaya itu.
Akhirnya menurut saya, dalam pemerintahannya lima tahun ke depan Prabowo akan menerjemahkan visi-misinya ke dalam berbagai agenda geopolitik yang lebih komprehensif, lebih substansial dan lebih berdampak. Jika berhasil dijalankan secara paralel, berbagai langkah kebijakan dan tindakan pemerintahan Prabowo akan meningkatkan peluang Indonesia di masa depan.
Dengan ragam latar belakang, pemahaman dan pengalamannya, termasuk sebagai paria-populis dengan pergaulan kosmpopolitan, saya kira Prabowo akan mampu menepis keraguan dan memenuhi syarat untuk membawa Indonesia lebih terhormat dan bermartabat. Bukan hanya di kawasan, dunia sudah menyapa dan menyiapkan panggung untuk Prabowo, Presiden ke-8 Republik Indonesia.
Penulis: Khairul Fahmi, Institute for Security and Strategic Studies (ISESS)