Liputan6.com, Jakarta - PT Multipolar Tbk (MLPL) melaporkan kinerja keuangan 2023 dengan membukukan pendapatan sebesar Rp 11 triliun, naik 0,4% dari Rp 10,9 triliun pada tahun sebelumnya.
Di sisi laba bersih, Perseroan mencatat laba yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp 172 miliar, meningkat 13,8% dari Rp 151,2 miliar pada tahun sebelumnya, sebagai hasil upaya perseroan dalam terus meningkatkan efisiensi operasional.
Advertisement
CEO & Presiden Direktur Multipolar, Adrian Suherman mengatakan, manajemen perseroan terus memperkuat struktur keuangan perseroan, salah satunya dengan menurunkan liabilitas. Perseroan secara konsolidasi berhasil menurunkan jumlah pinjaman bank dari Rp 2,2 triliun pada akhir 2022 menjadi Rp 2,0 triliun pada akhir 2023.
"Perseroan melunasi pinjaman yang akan jatuh tempo dalam kurun waktu 1,5 tahun ke depan sebesar Rp1,3 triliun dan memperoleh pinjaman baru senilai Rp1,1 triliun dengan jatuh tempo," kata Adrian dalam keterangan tertulis, dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (3/4/2024).
Performa Bisnis Ritel
Pada 2023, bisnis ritel MPC menunjukkan performa yang konsisten dibandingkan tahun sebelumnya. Matahari Department Store (LPPF) membukukan penjualan kotor sebesar Rp 12,6 triliun, meningkat dari Rp 12,4 triliun pada 2022.
MDS memperbaharui strategi merchandising-nya dengan meningkatkan daya tarik merek-merek private label dan peluncuran merek SUKO, serta memperkuat kemitraan dengan para vendor konsinyasi untuk menghadirkan merek-merek favorit di kalangan pelanggan.
Selama 2023 MDS membuka 8 gerai baru dan merevitalisasi 8 gerai dengan menggabungkan desain storefront yang baru dengan sistem pencahayaan yang lebih baik, yang berdampak positif pada penjualan.
Matahari Putra Prima ( MPPA), dengan gerai-gerai Hypermart, Foodmart, Hyfresh, FMX & Boston, mencatat penjualan bersih sebesar Rp6,9 triliun, sedikit turun dari Rp 7,0 triliun pada tahun sebelumnya, disebabkan oleh penurunan penjualan di beberapa kategori tertentu akibat pergeseran dalam pola discretionary spending di kalangan konsumen.
Namun, melalui peningkatan efisiensi operasional, manajemen berhasil meningkatkan EBITDA sebesar Rp 116 miliar dibandingkan tahun sebelumnya.
Performa Bisnis Teknologi dan Digital
Pada bisnis teknologi & digital, Multipolar Technology (MLPT) membukukan pendapatan sebesar Rp 3,3 triliun, sedikit turun dari Rp 3,4 triliun pada tahun sebelumnya.
MLPT terus mendukung akselerasi transformasi digital di Indonesia dengan meningkatkan kapabilitas dalam teknologi terkini seperti Cloud, Big Data & AI (Artificial Intelligence), Digital Business Transformation, Security, dan pada saat yang sama memperluas portofolio investasi digital & teknologi.
Bidang Healthtec
Adapun untuk bidang healthtech, anak perusahaan Perseroan, VIDA, telah menawarkan asuransi kesehatan digital melalui lebih dari 300 rumah sakit dan klinik per akhir 2023, dan anak perusahaan lainnya.
Meditap, yang bertujuan untuk mengoptimalkan proses kesehatan dan manfaat dengan mengintegrasikan manajemen perawatan berkualitas tinggi dan layanan administrasi, telah berhasil menjalin kerjasama dengan lebih dari 3.300 penyedia layanan kesehatan dan melayani lebih dari 300.000 anggota aktif per akhir 2023.
"Penerapan strategi efisiensi di semua lini yang didukung oleh upaya deleveraging telah berhasil meningkatkan kinerja MPC. Seiring optimalisasi neraca keuangan, MPC terus mengembangkan investasinya pada bidang-bidang usaha baru dengan fokus pada bidang healthtech, fintech, dan layanan berbasis teknologi lainnya,” pungkas Adrian.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement
Bayar Utang, Multipolar Dapat Pinjaman Sindikasi Rp 1,1 Triliun
Sebelumnya diberitakan, PT Multipolar Tbk (MLPL) memperoleh fasilitas pinjaman sindikasi senilai Rp 1,1 triliun. Pinjaman itu berasal dari PT Bank CIMB Niaga Tbk dan Bank Permata Tbk.
Jangka waktu pinjaman yakni lima tahun sejak tanggal penandatanganan perjanjian fasilitas pinjaman sindikasi. Agunan yang ditawarkan yakni berupa tanah dan bangunan.
"Tujuan dari fasilitas pinjaman sindikasi yakni untuk pelunasan utang finansial perseroan yang timbul dari fasilitas kredit yang diperoleh dari Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk," ungkap Sekretaris PT Multipolar Tbk, Natalie Lie dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pelunasan utang finansial perseroan dari fasilitas kredit yang diperoleh dari Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk akan memperkuat kondisi keuangan perseroan dengan penurunan utang bank jangka panjang perseroan. Hingga akhir September 2023, perseroan membukukan penjualan Rp 8,2 triliun, atau naik tipis dari raihan September 2022 yang sebesar Rp 8,19 miliar.
Dari raihan itu, perseroan membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar RP 143,8 miliar dari realisasi per Desember tahun lalu yang rugi Rp 179,24 miliar. Aset sampai dengan akhir September 2023 tercatat senilai Rp 13,15 triliun, naik dibandingkan posisi akhir 2022 sebesar Rp 13,14 triliun.
Kemudian liabilitas naik menjadi USD 8,52 triliun dari Rp 8,85 triliun. Sementara ekuitas naik menjadi Rp 4,63 triliun dari sebelumnya Rp 4,59 triliun.
Pada penutupan perdagangan saham Senin, 18 Desember 2023, saham PT Multipolar Tbk (MLPL) melemah 2,82 persen ke posisi Rp 69 per saham. Saham MLPL dibuka turun satu poin ke posisi Rp 70 per saham. Saham MLPL berada di level tertinggi Rp 72 dan terendah Rp 69 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 650 kali dengan volume perdagangan 194.701 saham. Nilai transaksi harian Rp 1,4 miliar.
Kinerja 2022
Sebelumnya diberitakan, PT Multipolar Tbk (MLPL) mengumumkan hasil kinerja keuangan hingga akhir 2022. Multipolar membukukan penjualan neto Rp 10,85 triliun pada 2022, meningkat 5,23 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 10,31 triliun.
Mengutip laporan keuangan Multipolar, Senin (20/3/023), beban pokok penjualan barang dan jasa hingga akhir 2022 mencapai Rp 8,94 triliun atau meningkat 5,79 persen dari realisasi sebelumnya sebesar Rp 8,45 miliar.
Dengan demikian, laba bruto Multipolar naik 3,24 persen menjadi Rp 1,91 triliun pada 2022 dari Rp 1,85 triliun pada 2021. Perseroan mencatatkan penurunan laba sebelum pajak final dan pajak penghasilan 72,13 persen menjadi Rp 45,77 miliar pada 2022 dari tahun sebelumnya Rp 164,26 miliar.
Hingga akhir 2022, Multipolar mengantongi laba bersih sebesar Rp 151,22 miliar. Laba bersih perseroan turun 24,85 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 201,25 miliar
Sementara itu, aset perseroan senilai Rp 12,84 triliun hingga akhir 2022 turun dari akhir tahun lalu sebesar Rp 14,76 triliun. Kemudian, liabilitas perseroan Rp 8,35 triliun hingga akhir 2022 turun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 10,23 triliun.
Sedangkan, ekuitas perseroan tercatat sebesar Rp 4,48 triliun hingga akhir 2022 turun dari akhir tahun lalu Rp 4,52 triliun.
Pada perdagangan saham Senin, 20 Maret 2023, pukul 14.39 WIB, saham MLPL naik 3,8 persen ke posisi Rp 82 per saham. Saham MLPL dibuka naik satu poin ke posisi Rp 80 per saham. Saham MLPL berada di level tertinggi Rp 87 dan terendah Rp 79 per saham. Total frekuensi perdagangan 1.505 kali dengan volume perdagangan 315.951 lot saham. Nilai transaksi Rp 2,6 miliar.
Advertisement