Liputan6.com, Jakarta - Ada satu hadis yang cukup populer apabila membicarakan tanda kiamat. Yakni, mengenai mengeringnya Sungai Eufrat.
عن أبي هريرة رضي الله عنه مرفوعاً: «لا تقوم الساعة حتى يحسر الفرات عن جبل من ذهب يُقْتَتَلُ عليه، فَيُقْتَلُ من كل مائة تسعة وتسعون، فيقول كل رجل منهم: لعلي أن أكون أنا أنجو
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Hari kiamat tak akan terjadi sebelum Sungai Eufrat mengering dan menyingkapkan gunung emas sehingga manusia saling membunuh (berperang) untuk mendapatkannya. Maka terbunuhlah 99 dari 100 orang yang berperang dan setiap orang dari mereka berkata, ‘Semoga akulah satu-satunya orang yang selamat.’’(HR Muslim).
Advertisement
Dalam hadis tersebut disebut dengan jelas, 'gunung emas'. Gunung emas ini akan tersingkap seturut mengeringnya Sungai Eufrat dan menimbulkan peperangan.
Bisa ditebak hadis ini populer karena penyebutan gunung emas, di luar keberadaan Sungai Eufrat yang memang sangat legendaris. Diketahui, di sepanjang alirannya, sejak ribuan tahun silam, berkembang berbagai peradaban besar yang tercatat dalam sejarah, Mesopotamia.
Lantas, benarkah hadis ini bisa dimaknai secara lahiriyah bahwa Sungai Eufrat mengering dan menyingkapkan gunung emas?
Berikut ini adalah ulasan singkat pakar geologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Dr. Agus Hendratno, S.T., M.T, dalam diskusi, disarikan dari laman jmg.geo.ugm.ac.id, Rabu (3/4/2024).
Simak Video Pilihan Ini:
Mengenal Sungai Eufrat, Tinjauan Geologi
Sungai Eufrat merupakan tubuh air tawar yang mengalir melalui tiga negara, yaitu Turki, Suriah, dan Irak. Sungai Eufrat masih satu sistem daerah aliran sungai (DAS) dengan Sungai Tigris yang berada di bagian timur laut. Kedua aliran sungai ini kemudian bertemu di bagian hilir, yaitu Teluk Persia yang berada di Negara Kuwait.
Keberadaan Sungai Eufrat dan Sungai Tigris erat kaitannya dengan Mesopotamia yang merupakan salah satu perintis peradaban di dunia. Lembah Mesopotamia memiliki pertanian yang terkenal akan kesuburannya, yang mampu menopang perekonomian masyarakat Mesopotamia.
Ditinjau dari kacamata geologi, daerah Timur Tengah –yang terdapat Sungai Eufrat dan Sungai Tigris di dalamnya– terbentuk karena adanya tumbukan antara lempeng Asia dengan lempeng Afrika. Geologi menjelaskan bahwa semula permukaan bumi hanya terdiri dari satu daratan dan satu perairan yang luas.
Seiring berjalannya waktu dan proses geologi, daratan tersebut kemudian terpisah-pisah menjadi 7 lempeng besar. Lempeng-lempeng tersebut terus mengalami pergerakan serta tumbukan hingga kemudian terbentuk benua-benua dan samudera seperti yang ada saat ini.
Sungai Eufrat dan Tigris berada di wilayah Timur Tengah yang merupakan sebutan untuk negara-negara di Asia Barat dan sekitarnya. Sungai Eufrat dan Tigris yang merupakan satu sistem DAS berada pada sebuah depresi yang dikenal sebagai Lembah Mesopotamia (sekarang Irak).
Sungai Eufrat-Tigris dikelilingi oleh beberapa tinggian di bagian timurnya dengan jenis batuan yang berbeda dengan bagian lembah. Topografi yang kasar di bagian timur Mesopotamia tampak pada peta ataupun citra (seperti pada gambar 1), sehingga jelas terlihat adanya perbedaan ketinggian serta topografi dari wilayah Sungai Eufrat-Tigris dan sekitarnya.
Timbulnya topografi tersebut disebabkan oleh tumbukan antara lempeng Afrika dengan lempeng Antartika yang bergerak dari selatan ke arah utara.
Advertisement
Kajian tentang Sungai Eufrat
Sungai Eufrat dengan segala kekayaan alamnya menyimpan suatu “energi” yang sangat besar. Dr. Agus Hendratno, S.T., M.T. menjelaskan energi yang sangat besar tersebut berupa pertanian yang sangat subur yang dialiri oleh Sungai Eufrat dan Tigris sepanjang tahun serta fluida yang berlimpah, terutama air tanah.
Aspek yang mendorong kesuburan pertanian di sekitar Eufrat adalah teknologi yang dirancang untuk mengatur drainase supaya sistem air terjaga dengan sustainibility yang baik. Teknologi tersebut adalah pembuatan DAM yang mengatur dan membagi aliran air dari hulu hingga ke hilir, sehingga seluruh pertaniannya dapat tumbuh dengan subur.
Adanya pertanian yang subur dengan potensi air tanah yang juga melimpah membuat penduduk Mesopotamia maju dari segi ekonomi.
Seiring dengan berjalannya waktu, isu-isu seputar Sungai Eufrat mulai berkembang, salah satunya adalah isu keringnya Sungai Eufrat. NASA mempublikasikan bahwa Sungai Eufrat telah mengalami penurunan debit air sejak tahun 2003. Hal ini kemudian dihubungkan dengan salah satu hadits riwayat Muslim yang berbunyi:
“Hari Kiamat tidak akan terjadi sampai Sungai Eufrat (mengering lalu) menyingkapkan gunung emas. ………….’”.
Apabila makna tersebut dicerna secara kebenaran fisik, maka kemudian muncul pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan mengeringnya Sungai Eufrat dan gunung emas yang tersingkap di perairan Eufrat.
Ust. Saleh Eko Marwiyanto menegaskan bahwa apa yang disebut hari akhir (kiamat) tidak sama dengan akhir zaman. Keduanya memiliki makna yang berbeda. Akhir zaman adalah masa-masa sebelum kiamat yang sesungguhnya terjadi, sedangkan kiamat adalah apa yang diketahui sebagai hancurnya dunia dan seluruh isinya dimana seluruh kehidupan di muka bumi benar-benar berakhir.
Memaknai Sungai Eufrat Mengering
Mengaitkan dengan hadits riwayat Muslim di atas, apabila ditinjau kembali kesuburan di daerah Sungai Eufrat dan sekitarnya menimbulkan posibilitas yang rendah sampai dapat dikatakan Sungai Eufrat kering dalam konteks air surut hingga terlihat bagian dasarnya saja.
Hadits tersebut bisa diartikan dari dua sisi, yaitu secara eksplisit ataupun secara implisit. Secara eksplisit, kering dalam hal ini diartikan sebagai keringnya sungai dalam bentuk fisik, yaitu surutnya air sungai hingga meninggalkan bentuk sungai yang memperlihatkan bagian dasarnya.
Secara implisit yang dimaksud kering dalam hadits tersebut adalah “kering”-nya hati penduduk sekitar yang kemudian dapat dikaitkan dengan keadaan Timur Tengah yang sedang bergejolak sebab adanya beberapa perang. Maksud dari hadits ini belum bisa disimpulkan mengandung makna yang eksplisit atau implisit, Allaahu ‘alam.
Ditinjau dari segi ilmiah, Sungai Eufrat sangat mungkin untuk mengalami sedimentasi apalagi dengan dibangunnya DAM atau bendungan pada beberapa titik. Pembangunan DAM menimbulkan sedimentasi yang berakibat pada surutnya debit air sungai karena tertutup oleh sedimen.
Kemudian, keringnya Sungai Eufrat dapat dihubungkan dengan terjadinya perubahan iklim sekarang-sekarang ini. Namun, untuk meninjau apakah mengecilnya debit Sungai Eufrat disebabkan oleh perubahan iklim, data-data dinamika atmosfer harus dilibatkan untuk mengetahui tren meteorologi dan klimatologi di daerah Eufrat.
Mengeringnya Sungai Eufrat tidak menjadi satu-satunya tanda dari akhir zaman. Hadits riwayat Muslim tersebut pada kalimat selanjutnya menyatakan bahwa orang-orang akan saling membunuh untuk memperebutkan emas yang tersingkap di Sungai Eufrat hingga dikatakan dalam hadits tersebut bahwa setiap 100 orang yang menghadapi peperangan tesebut 99 jiwa akan terbunuh.
Kemudian, hal ini dikaitkan dengan keadaan di sekitar Sungai Eufrat yang tengah tegang, seperti Suriah, dimana baku senjata telah terjadi hingga menimbulkan korban jiwa terus berjatuhan. Eksploitasi sumberdaya alam, seperti migas yang berlimpah di Timur Tengah, dijadikan modal untuk dapat membeli senjata-senjata berteknologi tinggi.
Advertisement
Memaknai Gunung Emas
Membicarakan seputar gunung emas yang dikatakan tersingkap di dalam perairan Sungai Eufrat, ilmu geologi dapat menjelaskannya dengan melihat jenis batuan yang terdapat di daerah kajian. Melalui kajian geologi, kemungkinan untuk dapat terbentuk suatu gunung emas pada perairan sungai adalah kecil.
Keterdapatan emas dapat diketahui dengan melihat syarat-syaratnya terpenuhi atau tidak. Syarat-syarat tersebut di antaranya adalah terdapatnya batuan vulkanik dan endapan bijih-bijih emas di daerah tersebut. Selain itu, kemungkinan lainnya adalah terdapatnya endapan emas plaser yang bercampur dengan material-material yang ada di sungai dan munculnya gunung api pada daerah tersebut.
Gunung emas yang dibicarakan dalam hadits riwayat Muslim menghasilkan dua makna, yaitu makna lahiriyah dan makna batiniah.
Dr. Agus Hendratno, S.T., M.T. menjelaskan bahwa secara lahiriyah, gunung emas diartikan sebagai gunungapi yang termineralisasi endapan emas dan/atau pada sungai terdapat endapan plaser yang mengandung butrian emas.
Beliau juga menjelaskan bahwa secara batiniah, yang dimaksud sebagai gunung emas adalah kejayaan atau keemasan Mesopotamia yang terdapat di sekitar Eufrat dan Tigris di masa lalu akan terulang kembali dengan kekayaan migas yang terdapat pada kawasan lembah Eufrat dan Tigris.
Kekayaan migas yang menjadi energi terbesar di Timur Tengah tersebut dapat menjadi fitnah terbesar yang diperebutkan oleh beberapa negara Arab dengan negara-negara non-Arab beserta sekutunya.
Gambar 2 di bawah menunjukkan bahwa Sungai Eufrat memiliki batuan berumur crestaceous yang berusia sangat tua. Di Indonesia, batuan dengan umur geologi tersebut dapat ditemukan di Papua.
Sungai Eufrat dan sekitarnya melalui peta di bawah diperlihatkan bahwa terdiri dari batuan sedimen tua, batuan gamping, dan batuan ultra basa yang justru dapat menghasilkan nikel, bukan emas.
Hal lain yang juga memperlihatkan bahwa kemungkinan terbentuknya gunung emas di Sungai Eufrat kecil adalah terjadinya erosi di sungai yang mempengaruhi ukuran material yang kecil dan tidak sebesar bongkah.
Penutup
Tanda-tanda Hari Kiamat yang telah disebutkan oleh Rasulullah saw terkait mengeringnya Sungai Eufrat dapat pula ditafsirkan bahwa kering yang dimaksud adalah bukan kering secara fisik, akan tetapi keringnya hati penduduk sekitar Sungai Eufrat tersebut.
Kekayaan alam baik di luar maupun di dalam bumi Lembah Mesopotamia yang subur itu apabila tidak dijaga oleh manusia-manusia berhati bersih maka akan timbul peperangan dalam rangka perebutan harta. Hati yang bersih amatlah penting dimiliki oleh setiap muslim agar kita benar-benar memiliki jiwa religius, tidak hanya sekadar menjalankan syariat.
Advertisement