Ngabuburit Seru dengan Ikut Kelas Tembikar di Taman Ismail Marzuki

Ngabuburit di Taman Ismail Marzuki kini tidak hanya nongkrong tanpa kegiatan, tapi juga bisa mencoba membuat sesuatu dari tanah liat di kelas tembikar alias pottery class.

oleh Putri Astrian Surahman diperbarui 06 Apr 2024, 16:00 WIB
Kegiatan pottery class Taman Ismail Marzuki. (dok. @lostinclay.jkt/Instagram/https://www.instagram.com/reel/C4fs6Uey2LA/?igsh=MTkxazRpd3o1YzI2dA==/Putri Astrian Surahman)

Liputan6.com, Jakarta - Mengisi waktu ngabuburit dengan beragam kegiatan bermanfaat di bulan Ramadan ini sangat dianjurkan. Bila bingung atau bosan dengan rutinitas yang dijalani, Anda bisa coba menghabiskan waktu dengan mengikuti kelas tembikar alias pottery class di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat.

Di kelas tembikar, peserta akan diajak berkreasi membentuk sesuatu menggunakan tanah liat, seperti gelas, mangkuk, vas bunga, dan lainnya. Selama Ramadan, pottery class dibuka setiap hari dari pukul 11.00 hingga 22.00 WIB. Lokasinya berada di Gedung Trisno Soemardjo TIM, tepatnya di lantai 5.

Ada spanduk bertuliskan pottery class yang akan membantu mengarahkan calon peserta ke kelas tersebut. Tempatnya nyaman, Anda bahkan bisa melihat pemandangan Jakarta dari atas gedung.

Tersedia beberapa paket yang bisa dipilih. Paket wheel throwing misalnya, bisa diikuti dengan membayar Rp49.999. Dengan biaya tersebut, peserta sudah mendapatkan 500 gram tanah liat, peralatan tembikar dan celemek, dan pelatihan selama satu jam.

Terdapat pula paket paket handbuilding and painting dengan biaya Rp79.999. Peserta akan mendapatkan bisque (keramik), perkakas tembikar dan celemek, cat lapisan bawah, dan sesi pelatihan selama satu jam.

Sedangkan, paket Painting on Ceramics berbiaya Rp89.999. Fasilitas yang didapat tanah liat periuk 300 gram, alat gerabah dan celemek, cat glasir, dan sesi pembuatan tembikar selama satu jam. Kelas itu terbuka bagi anak-anak dan orang dewasa.

 


Ada Beberapa Paket yang Bisa Dipilih

Paket pottery class. (dok. Lost in Clay Pottery Studio)

 

Peserta bisa langsung datang tanpa perlu reservasi. Jika sudah jadi, hasilnya bisa langsung Anda bawa pulang. Jika ingin hasilnya sampai jadi keramik dan bisa dipakai makan, minum, dan sudah food grade, akan dikenakan biaya tambahan sebesar Rp125 ribu. 

"Untuk waktu pembakarannya paling cepet dua minggu dan paling lama empat minggu," ujar pendiri Lost in Clay, Dwiki, kepada Tim Lifestyle Liputan6.com, Rabu, 3 April 2024.

 

 

Peserta yang benar-benar baru pertama kali mencoba membuat tembikar tak perlu khawatir mencoba. Pihaknya menyatakan peserta akan dipandu dan dibimbing membuat benda dan menggunakan peralatan yang ada oleh guide. Setelah jadi, peserta juga bisa mewarnai hasil kreasinya dengan cat dan kuas yang telah disediakan.

Secara umum, ada tiga kelas utama yang tersedia untuk peserta. Pertama adalah wheel throwing, yaitu membuat kerajinan tanah liat menggunakan alat putar manual. Berikutnya adalah handbuilding and painting. Itu adalah kelas untuk pengunjung membuat kerajinan tanah liat dengan menggunakan beberapa teknik dasar dengan tangan, lalu hasilnya bisa langsung diwarnai.

Terakhir adalah painting on ceramics. Ini adalah kelas untuk mewarnai keramik yang sudah disiapkan. Biasanya kelas ini direkomendasikan untuk anak usia 4--12 tahun.


Ide Awal Buka Kelas Tembikar di TMII

Lost in Clay Jakarta. (dok. @lostinclay.jkt/Instagram/https://www.instagram.com/reel/C4ZxfvRraRS/?igsh=cTFyeXN1MGZ3bzg2/Putri Astrian Surahman)

Lost in Clay adalah pottery studio yang berdiri sejak November 2023. Namun, mereka baru membuka kelas tembikar di TIM pada 9 Maret 2024. Lost in Clay membawa misi menjadi tempat aman dan nyaman untuk orang-orang yang ingin mencoba satu hal baru di bidang seni tanpa takut dengan aturan jika seni itu harus estetis dan harus punya bentuk yang bagus. 

"Bagi saya, banyak orang yang sebenarnya ingin berkegiatan seni atau mencoba hal baru, tapi masih takut, karena terpatuk oleh seni itu harus nyeni. Padahal, konsepnya seperti mencoba makanan saja. Kita bisa menikmati setiap sensasi rasa dan sentuhan dari mencoba hal baru," ujar Dwiki.

Ia menjelaskan ide awal membuka kelas di TIM karena melihat potensi TIM sebagai tempatnya banyak pameran dan kegiatan seni. Tapi, tempat itu masih kurang ruang bagi masyarakat untuk membuat karya seninya sendiri, dari anak kecil sampai dewasa. Karena tempatnya tergolong baru, saat ini pihaknya fokus mempromosikan tempat tersebut, baik secara konvensional maupun digital.


Daya Tampung Lost in Clay

Kegiatan di Lost in Clay. (dok. @lostinclay.jkt/Instagram/https://www.instagram.com/p/C3FdnjerpEb/?igsh=MXh2aGIycjBkNnkweA==/Putri Astrian Surahman)

 

Pihaknya sering membagikan flyer ke sekitaran pengunjung di TIM dan memasang banner di beberapa titik TIM. Pihaknya juga gencar mempromosikan lewat media sosial dan dari mulut ke mulut. 

Lost in Clay saat ini punya lima karyawan. Dua adalah karyawan tetap, sedangkan tiga orang lainnya adalah part time. "Untuk yang permanen itu masih kenalan, untuk yang part time kita oprec kak," jelas Dwiki.

Meski tergolong baru, sudah banyak pengunjung yang mendatangi tempat ini. Salah satunya rombongan yang akan datang ke kelas yang digelar pada Sabtu, 6 April 2024. "Dari komunitas yang terdiri dari pertukaran mahasiswa antar-daerah," ujarnya.

Kelas Lost in Clay bisa menampung 30 hingga 40 orang. Mereka memiliki 10 alat putar manual dan satu alat putar listrik otomatis. Karena itu, kelas wheel throwing harus bergantian dengan durasi satu jam per sesi.

Infografis Cara Generasi 90-an Jalani Liburan Sekolah. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya