Fitur Populer Google Search Ini Tidak Akan Gratis Lagi!

Google mempertimbangkan untuk mematok biaya pada fitur pencarian canggih yang didukung AI.

oleh Robinsyah Aliwafa Zain diperbarui 04 Apr 2024, 19:30 WIB
Google Gemini: Chatbot AI Canggih Pengganti Bard, Kini Tersedia di Android dan iOS! (Liputan6.com/ Yuslianson)

Liputan6.com, Jakarta - Google kini tengah mempertimbangkan untuk mematok biaya untuk fitur yang kini tengah populer.

Laporan dari Financial Times, sebagaimana dikutip dari Android Authority, Jumat (5/4/2024), perusahaan sedang menjajaki cara untuk menawarkan fitur-fitur premium yang didukung kecerdasan buatan (AI) dalam produk Google Search dengan biaya tertentu.

Menurut laporan tersebut, Google mempertimbangkan bahwa fitur pencarian canggih yang didukung AI ini dapat menjadi bagian dari layanan berlangganan Google yang sudah ada seperti Gemini Advanced atau Google One.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa Google Search versi premium akan terus menyertakan iklan.

Potensi perombakan ini nampaknya berasal dari kebutuhan Google untuk menyeimbangkan dua prioritas, yakni mengintegrasikan AI mutakhir ke dalam pengalaman pencariannya sambil menjaga pemasukan iklan yang menguntungkan.

Pendapatan iklan terkait penelusuran yang diperoleh perusahaan sebesar USD 175 miliar pada tahun lalu menggarisbawahi pemasukan utama dari Google.

Sementara itu, kebangkitan ChatGPT dari OpenAI telah mendorong Google berlomba untuk mendominasi pasar AI.

 


Google Uji Layanan AI Search Generative Experience (SGE)

Logo Google di kantornya yang berlokasi di Roppongi Hills Mori Tower, Tokyo, Jepang. (Liputan6.com/ Yuslianson)

Google mulai menguji layanan pencarian bertenaga AI, yang dikenal sebagai Search Generative Experience (SGE), pada Mei tahun lalu.

SGE menawarkan ringkasan dan tanggapan yang didukung AI terhadap pertanyaan, bersama dengan presentasi tentang tautan dan iklan.

Kendati demikian, perusahaan itu lambat dalam memasukkan fitur-fitur SGE ke dalam mesin pencari utamanya, hal tersebut terjadi karena tingginya biaya komputasi yang terkait dengan model AI generatif.

Meskipun SGE menawarkan potensi manfaat bagi pengguna, namun sekaligus menantang landasan model bisnis Google saat ini.

Kemampuan AI untuk memberikan jawaban yang komprehensif dapat menyebabkan penurunan klik pengguna pada tautan situs web, sehingga menghasilkan lebih sedikit tayangan iklan dan berpotensi membahayakan sumber pendapatan utama Google.

Laporan tersebut lebih lanjut mengklaim bahwa para insinyur Google telah mengembangkan teknologi ini, namun keputusan konklusif dan jadwal peluncurannya masih belum pasti.


Fitur Circle to Search Google Bakal Bisa Terjemahkan Bahasa

Fitur Circle to Search yang ada di Galaxy S24 Ultra. (Liputan6.com/Agustinus M. Damar)

Sementara itu, Google memperluas fitur AI Circle to Search untuk bisa menerjemahkan bahasa.

Menariknya, komponen terjemahan bahasa yang akan hadir tidak memerlukan gambar lingkaran. Google mengatakan, pengguna hanya perlu menekan lama tombol beranda atau bilah navigasi dan mencari ikon terjemahan.

Google Translate sendiri sudah dapat melakukan hal ini, meskipun dengan cara yang sedikit berbeda. Pembaruan itu memungkinkan pengguna tidak perlu keluar dari satu aplikasi dan membuka aplikasi lainnya hanya untuk memeriksa sesuatu.

Alat terjemahan ini mulai diluncurkan dalam beberapa minggu ke depan, meskipun hanya untuk perangkat Android yang dapat menjalankan Circle to Search.

Perangkat tersebut antara lain mencakup Google Pixel 7, Pixel 8, dan seri Samsung Galaxy S24, serta beberapa model ponsel dan tablet Galaxy premium.

Google Maps juga mendapatkan penyegaran, dengan penekanan pada AI. Saat pengguna membuka suatu tempat di Maps, seperti restoran, AI akan menampilkan ringkasan yang menggambarkan tempat menarik atau unik dan apa yang disukai orang tentang tempat tersebut.


AI Google Bisa Prediksi Banjir Tujuh Hari Sebelum Kejadian

Tampilan panel samping alat kustomisasi tema Google Chrome desktop. (Liputan6.com/Dinda Charmelita Trias Maharani)

Di sisi lain, kecanggihan AI dari Google bahkan mampu memprediksi datangnya banjir bahkan tujuh hari sebelum kejadian.

Dikutip dari Engadget, raksasa internet ini telah mempelajari prediksi banjir dengan melatih model machine learning mereka dengan semua jenis data yang terkait. 

Data yang dipakai untuk AI itu meliputi sejarah lokasi, pembacaan ketinggian sungai, pembacaan ketinggian dan medan, serta masih banyak lagi.

Setelah mempelajari data yang ada, Google membuat peta lokal dan menjalankan berbagai simulasi di setiap lokasi.

Kombinasi teknik ini memungkinkan model machine learning mereka memprediksi banjir yang akan datang secara akurat. Google berharap dapat menerapkan prediksi bencana ini di lebih banyak negara.

Kendati demikian, Google yakin bahwa mereka telah menyempurnakan keandalan perkiraan cuaca global yang tersedia saat ini.

Google juga meningkatkan prediksi banjir di negara-negara berkembang, seperti beberapa bagian di benua Afrika dan Asia.

Cek Fakta Infografis pencurian data pribadi

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya