Uni Eropa Selidiki Persaingan Tak Sehat terhadap Produsen Panel Surya China

Komisi Eropa mengatakan mereka mungkin mengenakan tarif pada impor biodiesel China jika dumping terbukti terjadi.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 04 Apr 2024, 19:00 WIB
Ilustrasi energi alternatif, panel surya. (Photo by Jeremy Bezanger on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Uni Eropa telah meluncurkan penyelidikan terhadap dua kelompok perusahaan yang mencakup pembuat panel surya asal China, terkait dugaan persaingan tidak sehat dari sektor manufaktur negara tersebut.

Melansir CNN Business, Kamis (4/4/2024) Komisi Eropa mengatakan akan meninjau apakah subsidi asing memungkinkan kedua konsorsium untuk mengajukan penawaran kompetitif yang "berlebihan", ketika mengajukan penawaran untuk kontrak pembangunan dan pengoperasian taman tenaga surya di Rumania yang sebagian didanai oleh dana Uni Eropa.

Kedua grup tersebut mencakup anak perusahaan LONGi Green Energy Technology Co. di China dan Shanghai Electric Group Co., sebuah badan usaha milik negara itu.

"Ada indikasi yang cukup bahwa kedua (konsorsium) telah diberikan subsidi asing yang mendistorsi pasar internal (UE)," kata Komisi Eropa dalam sebuah pernyataan.

Investigasi baru ini dilakukan menyusul penyelidikan oleh Uni Eropa terhadap dukungan China terhadap pembuat kendaraan listriknya dan tuduhan produsen biodiesel Eropa kalau China telah "membuang" bahan bakar terbarukan ke pasar UE, dengan mengekspornya dengan harga yang sangat rendah.

Komisi Eropa mengatakan mungkin mengenakan tarif pada impor biodiesel China jika dumping terbukti terjadi.

Seperti biodiesel, panel surya merupakan bagian penting dari upaya Eropa untuk melakukan transisi menuju perekonomian yang didukung oleh teknologi ramah lingkungan.

Komisaris Thierry Breton, yang bertanggung jawab atas pasar internal UE, mengatakan dalam pernyataannya panel surya penting secara strategis bagi Eropa, yaitu untuk produksi energi bersih, lapangan kerja dan keamanan pasokan.

Adapun Jens Eskelund, presiden Kamar Dagang Uni Eropa di China, menyuarakan keprihatinan yang lebih luas pada bulan lalu.

"Eropa tidak bisa begitu saja menerima bahwa industri-industri yang secara strategis layak dan merupakan basis industri Eropa sedang dikeluarkan dari pasar," ujarnya.


Fokus China pada Kendaraan Listrik hingga Baterai Litium

Seorang perempuan menarik gerobak portabel dengan seorang anak mendorong ke belakang ketika bersiap untuk mengunjungi Kota Terlarang di Beijing, China, Selasa (7/6/2022). Pemerintah melonggarkan beberapa pembatasan Covid-19 dengan sebagian besar museum gedung bioskop, dan pusat kebugaran diizinkan beroperasi hingga 75 persen dari kapasitas. (WANG Zhao / AFP)

Sementara itu, Perdana Menteri China Li Qiang bulan lalu mengatakan kepada parlemen bahwa China akan fokus mengekspor lebih banyak "jenis baru" produknya, yaitu kendaraan listrik, panel surya, dan baterai litium.

Dan, pada bulan Januari, China membuka penyelidikan anti-dumping terhadap impor brendi dari UE.


Panel Surya PLTS Cirata Tak Tenggelam Meski di Atas Waduk, Ini Rahasianya

Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas 145 MWac atau setara dengan 192 MWp yang berlokasi di Waduk Cirata, Jawa Barat. Dok PLN

PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (Chandra Asri Group) menjadi penyuplai material baku pelampung (floaters) sistem panel surya untuk proyek strategis nasional Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata dalam upaya pemenuhan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). 

Dengan memanfaatkan resin HD Blow UB5206H milik Chandra Asri Group, pelampung pada proyek PLTS Terapung Cirata dirancang khusus untuk menahan beban panel surya, komponen listrik, dan peralatan terkait lainnya guna memastikan operasional yang aman dan andal. Floaters menyediakan daya apung yang diperlukan agar panel surya dapat mengapung di atas permukaan air.

Pelampung juga membantu menjaga panel surya agar tidak tenggelam, beradaptasi pada perubahan tingkat air, serta memberikan stabilitas sehingga panel surya tidak terguling atau terbalik.

PLTS Terapung yang menempati area waduk lebih dari 200 hektar ini merupakan skala utilitas pertama di Indonesia dan terbesar di Asia Tenggara yang memiliki kapasitas 192 MWp.

Proyek PLTS Terapung Cirata juga masuk sebagai upaya Indonesia untuk meningkatkan porsi energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional demi mewujudkan Net Zero Emission (NZE).  

 


PLTS Terapung Cirata

Pengembangan PLTS Terapung Cirata merupakan salah satu bentuk dukungan bagi pemerintah dalam mewujudkan penurunan emisi karbon sebesar 29 persen di Tahun 2030 yang telah ditandatangani dalam Paris Agreement Tahun 2015. (merdeka.com/Arie Basuki)

PLTS Terapung Cirata merupakan proyek besutan PT Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energi (PMSE) yang merupakan joint venture dari PLN Nusantara Renewables dan Masdar (Abu Dhabi Future Energy Company).

Proyek hijau ini ditaksir dapat memberikan kontribusi terhadap NZE sebesar 245 GWh/Tahun Energi Hijau serta 214.000 Ton reduksi CO2/Tahun. Selain memberikan manfaat lingkungan, Proyek PLTS Terapung juga memberikan manfaat bagi perekonomian domestik melalui pemenuhan TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri), pelibatan tenaga kerja lokal dan UMKM setempat.

"Sebagai mitra pertumbuhan, Chandra Asri Group mendukung penuh penyediaan konten lokal dalam proyek-proyek transisi energi di Indonesia seperti yang kami lakukan bagi PLTS Terapung Cirata.  Kami selalu berupaya memenuhi standar yang berlaku untuk menyediakan bahan baku plastik bagi proyek EBT di Indonesia seperti pemenuhan sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam menghasilkan kualitas yang terbaik," kata Direktur Legal, External Affairs & Circular Economy Chandra Asri Group Edi Rivai dikutip Senin (4/1/2023).

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya