Liputan6.com, Washington, DC - Donald Trump mendesak Israel menyelesaikan perang di Jalur Gaza. Hal tersebut disampaikannya dalam wawancara dengan pembawa acara radio konservatif Hugh Hewitt pada Kamis (4/4/2024).
Trump mengatakan Israel "benar-benar kalah dalam perang PR" dan menyerukan penyelesaian secepatnya atas pertumpahan darah tersebut.
Advertisement
"Selesaikan masalah ini dan mari kita kembali ke perdamaian dan berhenti membunuh orang. Ini adalah pernyataan yang sangat sederhana," kata Trump seperti dilansir AP, Jumat (5/4).
"Mereka harus menyelesaikannya. Selesaikan dengan cepat karena kita harus ... kembali ke keadaan normal dan damai."
Trump yang merupakan calon presiden dari Partai Republik Amerika Serikat (AS), sebelumnya mengkritik Joe Biden karena menilainya kurang mendukung Israel. Namun, belakangan dia dinilai mempertimbangkan pencitraan dan mengukur dampak perang Hamas Vs Israel, di mana kekejian Israel telah menewaskan lebih dari 33.000 orang sejak 7 Oktober 2023.
"Saya tidak yakin apakah saya menyukai cara mereka melakukannya," kata Trump.
Dia secara khusus mengkritik keputusan Israel merilis rekaman tindakan ofensifnya. Sepanjang perang, militer Israel merilis video serangan udara dan serangan lainnya terhadap apa yang mereka gambarkan sebagai infrastruktur teroris.
"Mereka seharusnya tidak merilis rekaman seperti itu," ujar Trump. "Itulah mengapa mereka kalah dalam perang PR (public relation). Ya, Israel benar-benar kalah dalam perang PR."
Trump menambahkan, "Mereka merilis rekaman keji dan mengerikan tentang bangunan-bangunan runtuh. Dan orang-orang membayangkan ada banyak orang di gedung-gedung itu ... dan mereka tidak menyukainya. Mereka kalah dalam perang PR. Mereka mengalami kerugian besar. Tapi mereka harus menyelesaikan apa yang mereka mulai dan mereka harus menyelesaikannya dengan cepat, dan kita harus melanjutkan hidup."
Perubahan Sikap Trump
Trump telah lama menyebut dirinya sebagai presiden paling pro-Israel dalam sejarah negaranya, di mana dia sering kali merujuk pada keputusannya untuk memindahkan Kedutaan Besar AS ke Yerusalem.
Namun, Trump juga memiliki hubungan yang tegang dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sejak dia meninggalkan Gedung Putih. Meski keduanya merupakan sekutu dekat selama bertahun-tahun, Trump disebut murka setelah Netanyahu mengucapkan selamat kepada presiden terpilih saat itu, Biden, sementara dia sendiri berusaha membatalkan hasil pemilu.
Dalam wawancara untuk sebuah buku tentang upaya perdamaian Timur Tengah-nya, Trump, menurut penulisnya, menggunakan kata-kata sumpah serapah untuk menggambarkan Netanyahu, menuduhnya tidak setia, dan mengatakan dia yakin pemimpin Israel itu tidak pernah benar-benar ingin berdamai.
Segera setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, Trump mendapat kecaman yang jarang terjadi dari para pesaingnya di Partai Republik menyusul kecamannya terhadap Netanyahu dengan mengatakan pemimpin Israel perlu meningkatkan upaya mereka dan Netanyahu tidak siap menghadapi serangan mematikan yang diklaim menewaskan sekitar 1.200 orang dan lebih dari 250 disandera.
Saat itu pula, Trump mengatakan bahwa dia mendukung upaya negaranya menghancurkan Hamas.
Trump turut dikritik oleh beberapa pihak di Israel atas komentarnya kepada surat kabar Israel Hayom bulan lalu yang menyerukan agar perang segera diakhiri.
"Menurut saya, Israel harus sangat berhati-hati karena Anda akan kehilangan banyak wilayah di dunia. Anda kehilangan banyak dukungan," tuturnya saat itu.
Advertisement